[ E ] - Ehhh insiden sialan!

28.2K 4K 1.5K
                                    

Belom edit. Kalau ada typo. Maklumin.

¤ ¤ ¤

Siang itu, Salsa sampai di kantor dengan wajah cerah. Secerah masa depan artis dangdut yang nikah sama pejabat. Senyum tak putus membingkai wajahnya yang dipoles bedak Viva plastikan harga 2000-an itu. Gincu abal-abal setia memerahkan bibir seksi Salsa, menambah gurat cerianya.

Terlalu bahagia, Salsa sampai melempar senyum ke semua orang yang berpapasan dengannya. Dicap gila? Apa kata awak ajah lah Salsa mah peduli kunti, yang penting senyum itu ibadah.

Ibadah itu pahala.

Pahala bekal untuk ke surga.

Surga ada dua ; surga di akhirat, dan sorga dunia.

Surga di akhirat? lagi dalam proses nabung pahala untuk beli tiketnya.

Sorga dunia? Err itu... yang semalan itu, ahaaaay. Dia itu....

Dia... yang semalam pelukin Salsa. Nyetir pakai tangan kanan tapi tangan kirinya sesekali genggamin tangan Salsa. Payungin dari gerbang kost-kostan sampai masuk beranda. Antarin sampai muka kamar dan ngasih ucapan selamat tidur, bonus obokan kecil di puncak kepala. Uluuuh laki-laki yang diunduh langsung dari sorga firdaus banget ni kayaknya si Rizaka Rizaka ini.

Salsa jadi ngerasa kayak perempuan sungguhan yang disayang dan diperlakukan sepantasnya. Selama ini, Salsa merasa selalu disamakan dengan laki-laki. Nggak di kost-kostan, di kantor, di komunitas vespa, semuanya memperlakukannya dengan tidak wajar.

Salsa sampai berulangkali memeriksa kelaminnya. Perasaan dia nggak pake biji yah, ada sih biji tapi biji yang lebih unyu gitu dan tersembunyi di balik kutang buatan emaknya dari sarung terigu segitiga biru itu. (Kata emaknya, biar yang liat beha itu ingat adonan dan bawaannya pengen ngaduuuk ajah).

Beha udah merk segitiga biru, tapi bagaimana bisa dia diperlakukan seperti laki-laki gahar? Didorong kepalanya. Ditinju lengannya. Bahkan yang paling parah, si Deri sampai naik ke punggung dan gelayutan minta digendong. Ckck keadilan keadilan sudah bisa diunduh dalam bentuk pdf belum?

Sampai di kubikel Deri, Salsa berhenti sejenak di depan meja pria bermata sipit itu. "Heh, jangan pura-pura ilang ingatan yah," serangnya. "Traktir makan malam dan stopak gue lima bungkus. Chelsea mimpin klasemen sekarang, The Gunners di luar lima besar!"

Menggaruk tengkuk, Deri melirik tidak enak ke meja Gigi. Khawatir kalau Gigi mencuri dengar obrolan mereka. Kan malu. Laki-laki itu menjawab dengan nada pelan, "Tapi kan poinnya beda tipis, Sa."

"Bodoh amat! Perjanjiannya kan kalau chelsea mimpin. Gak mau tau, nanti malam ajak gue makan sea food," tuntut Salsa, "lambung gue udah bergelombang ni direcoki mie instant mulu."

Deri berdecak. "Nanti malam kan ada turnamen futsal kantor. Lo ikut ke sana deh. Rame kok, ada Gigi, soalnya Koko ikut main juga. Kan Gi?" Deri meminta dukungan Gigi, perempuan di seberangnya itu mengangguk. "Juga ada ... Arkhan! Nah, ikut ajah, nanti pulangnya gue traktir!"

Salsa terdiam beberapa saat memikirkan tawaran menarik itu. Kalau dia ikut ... tentu saja dia bisa ketemu Arkhan, plus pulang perutnya kenyang. Kan lumayan. Tapi toh Salsa akhirnya menggelang tegas. "Nggak deh, Der."

Good. Penolakan pertama untuk Arkhan.

"Nanti ajah, Der, makan malamnya. Tapi, abis makan siang nanti, Marlboro gue lima bungkus yah? Kan utang kemarin waktu liga champion juga belum lo lunasin. Lagian gue abis makan kalo nggak ngasap, pait banget mulut gue, sepahit penolakan Gigi ke lo waktu itu."

Ini mulut Salsa udah kayak tubuh suami istri yang baru selesai jima di malam bulan ramadhan. Minta disucikan segera sebelum imsak datang.

"Masih lebih pahit mana sama penolakan Arkhan?" Deri membalas.

Dictionary Of Broken HeartWhere stories live. Discover now