[ P ] - Perlu menghukum Balik

24.1K 4.2K 1.5K
                                    

Njir gue update setiap hari. Gue pasti masuk surga atas kebaikan yang Maha Agung ini :P

***

Jarum pendek pada jam weker Chelsea itu berhenti di angka 04.15 dini hari. Kamar dalam keadaan gelap total, hanya cahaya berpendar dari arah jendela. Di atas kasur bersprai hitam polos itu, tergeletak seonggok wanita tanpa busana. Bukan, itu bukan korban pembantaian seperti di berita-berita kriminal, itu hanya korban ... ciuman paksa.

Salsabila--sang korban--berbaring tak bergerak. Sepasang mata coklatnya menatap nyalang langit-langit kamar. Napasnya pendek-pendek. Untuk sekian jam terkutuk Salsa hanya mampu memegangi bibirnya seperti orang tolol.

Ya Allah hu ya Rabbiiiii...” lirih Salsa sembari meremas rambut di dua sisi kepala. Dalam satu detik, ia berbalik, bersujud dengan kepala yang menelungkup ke bantal. “Nasib gue gimana setelah ini, mati aja lah gue, huaaaa.” Salsa berteriak di dalam bantal.

Gundah gulana Salsa tentu saja ada hubungannya dengan kejadian beberapa jam lalu! Dia hampir gila gara-gara Ikbal. Begitu sampai ke kostan, Salsa langsung mandi junub membersihkan sisa-sisa Ikbal dari tubuhnya. Bukannya jijik atau sok suci hanya saja ... ini benar-benar menggelikan bagi Salsa.

Kalau boleh memilih, Salsa lebih baik mencium kaki meja, daripada berciuman dengan Ikbal. Ya Tuhan! Ikbal itu bro kentalnya di kantor! Partner seru-seruan. Apa yang harus Salsa lakukan saat bertemu Ikbal lagi? Memikirkan itu, Salsa sampai menangis frustrasi menggaruk kulit kepalanya hingga perih.

Masalahnya, Ini Ikbal, Man. Muhammad Ikbal! Yang sudah pernah melihat Salsa tertidur di pantry dengan iler yang terjun marajelala ke meja. Yang berulangkali menyimak Salsa makan dengan gaya kunyahan seperti babi lapar.

Ikbal yang hampir setiap hari disuguhkan pemandangan Salsa duduk mengangkang kurang ajar dengan rokok di tangan. Ikbal yang sudah pernah melihat Salsa menggaruk pinggiran paha karena gatal tergesek celana jeans. Ya Rabbal Alamiiin!

“Ya Tuhan, kalau besok Hamba bangun, pindahkan Hamba ke sudut mana pun di dunia ini selain di daerah yang ada Muhammad Ikbal-nya.”

Salsa memaksakan diri untuk tidur. Dia tidak sadar, ada hal penting yang seharusnya lebih layak dia pikirkan selain insiden ciuman paksa itu: sakit hatinya ke Arkhan. Nyatanya, segala aksi Ikbal malam ini lebih meledak dan melekat hingga tak ada tempat lain di kepala Salsa untuk menampung tentang Arkanino.

Di kepala Salsa, terputar rekaman wajah Ikbal. Napas pelan lelaki itu yang menyapu ujung hidung Salsa. Dahi yang bersandar tegas di dahi Salsa, serta bekapan tangan posesif di tengkuk. Bagian brengseknya... bibir itu! Bibir yang mengerjai bibir Salsa hingga membengkak.

“BABIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIKKKKKKKKKKK!!!!!” salsa berteriak di tengah kesunyian malam. Benar-benar streeeees karena kilatan adegan ciuman laknat itu lagi-lagi terputar menghantuinya.

Suara grasak-grusuk di luar kamar Salsa terdengar bersamaan dengan gedoran pintu beruntun.

“Saaa, Saaaa, adha apha toh? Kamu Ndhak apa-apa?”

“Kibooo, lo nggak apa-apa?”

“Woiii Sallsa, Ose mumampos kah bataria par tengah-tengah malam ini?”

Salsa memaki pelan ketika sadar suaranya membangunkan penghuni kost-kostannya. Dia menjawab, “Enggak apa-apa, guys. Gue cuma mimpi... mimpi Pat Kay kumpul kebo sama Awkarin.”

***

Biasanya, Arsila Salsabila selalu menganggap kantor adalah tempat hiburan. Meski setiap harinya dihadapi pada rutinitas dan pemandangan yang sama: muka stres teman-temannya menatap tabel RAB, bergelung dengan kertas site plan dan dokumen-dokumen tebal perencanaan proyek, tetapi selalu ada moment di mana Salsa merasa bahwa ia dikelilingi orang-orang asoy dan kondisi lingkungan kerja yang geboy.

Dictionary Of Broken HeartWhere stories live. Discover now