Chapter 7 : Escape From Reality.

317 106 57
                                    

foto carter lihat di atas 👆🏻👆🏻

-----

Asher bekerja part time di sebuah mini market kecil yang berada tidak jauh dari rumahnya sebagai seorang kasir. Meskipun orangtuanya mempunyai perusahaan besar dan dikategorikan sebagai konglomerat, Asher tetap ingin bekerja untuk menambah uang sakunya. Dia juga tidak mau uang yang dia pakai untuk berpacaran dengan Emma berasal dari orangtuanya.

Di mini market tempat Asher bekerja hanya terdapat 3 orang kasir. Hari Jumat, temannya yang mendapatkan shift untuk bekerja pada sore hari tidak masuk kerja karena sakit. Asher dimohon untuk masuk kerja memenuhi shift sore hingga malam dengan tawaran gaji ekstra meskipun dia sudah meminta izin 2 hari yang lalu untuk pergi mengunjungi pemakaman Kurt. Mau tidak mau, Asher harus masuk kerja pada Jumat itu karena hanya dialah seorang kasir yang dimiliki oleh mini market tersebut untuk bekerja pada shift sore.

Tidak disangka-sangka hari itu banyak sekali orang yang mengunjungi mini market tempat Asher bekerja untuk berbelanja. Asher sangat kewalahan melayani semua pembeli hingga tidak sempat untuk menghubungi temannya jika dia tidak bisa datang ke acara pemakaman Kurt. Bahkan tidak ada satupun temannya yang mencoba untuk menghubungi Asher untuk menanyakan keberadaannya, semuanya terlihat fokus pada pemakaman Kurt.

Sekitar pukul 8 malam, Asher akhirnya dapat menutup mini market tersebut. Di luar, dia dapat melihat banyak mobil pemadam kebakaran yang lewat sehingga menyebabkan timbul tanda tanya dalam benaknya.

Sementara itu, di sisi lain terdapat Emily yang sedang di bawa ke rumah sakit dengan ambulans. Ternyata darah yang keluar dari lengannya itu bukan karena hempasan beling, melainkan karena ada peluru yang bersarang dan akhirnya menyebabkan pendarahan. Peluru tersebut harus di keluarkan secepatnya. Saat sampai di rumah sakit, tim medis langsung membawanya menuju UGD untuk ditindak lanjuti.

Emily yang saat itu sedang dibawa menuju ruang UGD dapat melihat ibu Emma yang sedang menangis di deretan kursi ruang tunggu. Hal itu menyebabkan dirinya sangat khawatir dan menyebabkan luka pada lengannya terasa tambah sakit.

-----

Esther dipersilahkan masuk ke dalam ruang Sherriff setelah dia mengaku melihat semua kejadian yang terjadi sebelum peristiwa kebakaran yang menimpa rumah Emma. Sherriff tersebut bisa dibilang adalah boss polisi kota Kleighton. Semua orang biasa memanggilnya Sherriff Lorenzo.

Kemudian Sherriff Lorenzo melihat kedua mata Esther yang sudah duduk di depannya. "Apakah benar kau adalah orang terakhir yang bersama Emma saat itu?" Kata Sherriff Lorenzo kepadanya. "Benar, aku melihat seseorang ada di dalam rumahnya saat itu. Mungkin orang itulah penyebab dari semua kejadian yang menimpa kami!" Kata Esther yang menjelaskan secara singkat tetapi pasti.

Sherriff Lorenzo terlihat sedang menulis semua hal yang diberitahukan oleh Esther kepadanya. Kemudian dia meletakkan pena yang dia pakai lalu berkata kepada Esther, "Aku sudah menulis semua yang kau beritahukan kepadaku. Sekarang aku ingin kau untuk pulang karena ini sudah larut malam."

"Apa? Hanya itu?" Tanya Esther yang tidak menyangka sang Sherriff hanya menanyakan hal sedikit padanya, padahal sudah jelas dia adalah saksi dari peristiwa yang menimpa Emma.

Sherriff Lorenzo kemudian membuka pintu ruangannya dan berkata, "Kau sudah melakukan tugasmu dengan memberitahu kami kejadian yang sebenarnya. Sekarang sisanya adalah tugas kami sebagai aparat keamanan. Tugasmu sekarang hanyalah duduk diam dan menjaga dirimu baik-baik."

Esther kemudian keluar dari ruang Sherriff dan melihat Zach yang sedang menunggunya di luar. "Aku sudah memberitahu semuanya tetapi ekspresi Sherriff bodoh itu sangat di luar dugaanku. Dia mempersilahkan aku untuk keluar setelah kurang lebih aku duduk di sana selama 5 menit mungkin? Argh." Kata Esther kepada Zach.

Kemudian Zach memberi helm kepada Esther dan berkata, "Sudahlah, sekarang aku akan mengantarmu pulang."

-----

Setelah 30 menit berjalan kaki, Asher akhirnya sampai di rumah. Wajahnya tersenyum setelah melihat ada mobil Alphard merah yang terparkir di halaman rumahnya yang sangat besar, itu menandakan bahwa ibunya sudah pulang ke rumah.

Asher sangat jarang bertemu dengan orangtuanya. Ayah dan ibunya pergi ke kantor pagi-pagi buta sebelum Asher bangun dan kembali ke rumah sesudah dia tidur. Selama ini yang selalu menemani Asher hanya seorang asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya semenjak dia masih kecil.

Asher kemudian menapakkan kakinya masuk ke dalam rumah dan mendapati ibunya yang sedang sibuk menelpon seseorang. Lalu Asher menjatuhkan tasnya ke bawah lantai untuk memberitahu ibunya bahwa dirinya sudah pulang. "Asher? Ibu kira kau sudah tidur diatas. Jangan ganggu ibu dulu ya, sedang ada client penting menelpon," Kata ibunya yang tersadar akan keberadaan anaknya tersebut.

Tanpa bicara, Asher langsung berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Dia langsung mengunci pintu dan merebahkan dirinya di tempat tidur. Terlihat sebuah pisau yang sudah lama ada di bawah bantalnya, Asher mengambil pisau tersebut lalu berpikir untuk menggesekkan benda tajam tersebut ke nadi yang ada di tangannya. Namun, hatinya melunak dan dia memutuskan untuk melempar pisau tersebut menjauhi dirinya.

Asher kemudian tersungkur di bawah lantai dan menangis tanpa suara. Selalu terbesit dalam otaknya untuk bunuh diri setelah melihat keadaan keluarganya yang jauh dari kata harmonis. Asher tumbuh tanpa merasakan tangan lembut kedua orangtuanya, semenjak kecil dia diasuh oleh sang asisten rumah tangga. Namun, Asher tetap berusaha untuk bertahan demi menggapai cita-citanya yang selama ini dia impikan.

-----

Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam dan Carter harus bekerja lembur di kantor polisi tempat ia bekerja untuk membuat laporan mengenai semua peristiwa yang terjadi pada hari ini. Lalu, dia melihat ke arah monitor yang ada di depannya. Di monitor tersebut terdapat kode-kode yang mewakili setiap ruangan sel yang ditempati oleh narapidana.

Jika kode tersebut berwarna hijau berarti ruangan sel narapidana tersebut sudah terkunci rapat tetapi jika kodenya berwarna merah, itu menandakan ada sel yang belum terkunci.

Carter melihat semua kode-kode yang ada di monitor tersebut, memastikan semua sel sudah terkunci. Namun, terdapat satu sel yang kodenya berwarna merah yaitu sel A349N. Carter membuka daftar nama semua narapidana dan ternyata sel A349N adalah ruangan yang ditempati oleh Edward.

Carter langsung bangkit dan pergi memeriksa sel tersebut dan matanya langsung melebar saat melihat pintu sel yang ditempati oleh Edward sudah terbuka. Carter masuk ke dalam sel tersebut dan dia melihat seperti ada seseorang yang sedang tidur di ranjang dan tertutup oleh kain yang biasa digunakan oleh setiap narapidana sebagai selimut.

Carter kemudian membuka kain tersebut berharap Edward yang sedang tidur di ranjangnya. Setelah kain itu terbuka, Carter langsung lari keluar dan berbicara pada walkie talkie nya kepada setiap polisi yang ada di channel nya saat itu, "Narapidana A349N baru saja kabur dari sel dengan ciri-ciri rambut cokelat ikal, tinggi sekitar 180cm, mata hijau dan setengah latin. Aku ulangi, Narapidana A349N baru saja kabur dari sel dengan ciri-ciri rambut cokelat ikal, tinggi sekitar 180cm, mata hijau dan setengah latin."

Edward ternyata kabur dari selnya dan meletakkan guling dan tumpukkan karung yang di selimuti kain di atas ranjangnya seakan-akan ada orang yang sedang tidur di atas ranjang tersebut. Semua polisi yang sedang berpatroli sekarang mencari ke setiap sudut kota untuk memeriksa keberadaan Edward.

Sementara itu, Esther yang baru saja ingin tidur dikagetkan dengan suara ketukan keras pada pintu rumahnya. Ada seseorang yang menggedor-gedor rumahnya berkali-kali hingga Esther merasa takut karena dia sekarang ini sedang sendirian di rumahnya.

Kemudian, Esther memberanikan diri untuk memeriksa orang yang menggedor-gedor pintu rumahnya tersebut dengan tongkat baseball yang sudah ada di tangannya. Setelah dia melihat keluar melalui celah gordennya, ternyata orang yang menggedor-gedor pintu rumahnya pada tengah malam itu adalah Billy. Esther kemudian membuka pintunya dan berkata, "Billy? Ada apa denganmu?"

Billy langsung membalikkan badannya dan terlihat bercak darah yang ada pada tangan dan bajunya.

"Esther, aku benar-benar kacau." Kata Billy dengan wajah yang terlihat sangat ketakutan.

THE KLEIGHTON NINE CASEWhere stories live. Discover now