Chapter 9 : Heartbeat

299 63 49
                                    

Foto Parker lihat di atas 👆🏻👆🏻👆🏻

-----

Billy berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan menundukkan kepalanya. Sekarang, semua orang di sekolah tahu kalau dia adalah anak dari Walikota Kleighton. Dia memasuki ruang olahraga indoor yang biasa digunakan untuk pertandingan basket.

Semua siswa terlihat sudah duduk di kursi yang menjulang seperti anak tangga. Billy ingin bergabung bersama teman-temannya tetapi sang asisten walikota menarik tangannya untuk duduk di depan, di tempat yang sudah disediakan untuk semua pendamping walikota.

Tempat yang disediakan oleh sekolah untuk para pendamping walikota letaknya di deretan depan, Billy memilih untuk duduk berjauhan dengan ayahnya. Lalu, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang dan berkata, "Kira-kira pidato ayahmu selesai dalam waktu berapa lama? Aku sangat bosan mendengar orang berpidato terlalu lama."

Billy melebarkan senyumannya dan tanpa memutar kepalanya untuk melihat orang yang mengajaknya bicara itu dia langsung berkata, "Iya, aku juga sangat bosan melihat ayahku."

Setelah itu, orang yang menepuk pundaknya tadi langsung menuju ke deretan depan untuk duduk di samping Billy. "Namaku Parker, aku bodyguard mu sekarang," Katanya.

Billy melihat penampilan Parker dengan kebingungan, dia hanya mengenakan sweater hoodie berwarna pink dan celana jeans panjang. Penampilannya berbeda sekali dengan bodyguard ayahnya yang lain, yang selalu terlihat mengenakan Jas hitam berdasi dan celana kain.

"Parker? Aku tidak menyangka kau akan se... gaul ini," Kata Billy kepadanya.

Parker kemudian tertawa kecil dan berkata, "Aku tahu kau tidak suka jika berdampingan dengan bodyguard tua yang sama sekali tidak mempunyai selera humor. Jadi, ayahmu memutuskan untuk mengirim bodyguard yang kau sebut gaul ini kepadamu."

Billy melihat ayahnya dari jauh, akhirnya ayahnya mengerti apa yang selama ini dia maksud. Bodyguard yang bisa sekaligus dijadikan seorang teman.

-----

Walikota Montero berpidato mengenai segala peristiwa yang terjadi di kotanya baru-baru ini, dia menghimbau kepada seluruh siswa agar tetap berhati-hati. Pidatonya tidak terlalu panjang, hanya sekitar 25 menit. Namun sebelum sang walikota menyelesaikan pidatonya, terdapat 3 orang dari tim kepolisian datang dan salah satu diantara mereka berbisik ke telinga kepala sekolah.

Sang kepala sekolah langsung berbicara kepada salah seorang guru yang berada di dekatnya, lalu guru tersebut terlihat berjalan ke arah Billy dan kemudian berbicara kepadanya, "Billy, ada orang dari tim kepolisian yang ingin berbicara kepadamu sekarang, mereka menunggu di luar."

Sementara ayahnya masih berpidato, Billy langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar diikuti oleh Parker yang sekarang adalah bodyguard nya.

Di luar gedung olahraga, Billy langsung disambut oleh 3 orang tadi. Lalu, orang yang tadi berbisik ke telinga kepala sekolah tadi menjabat tangan Billy dan berkata, "Hai Billy, aku Marianne Hapstal dan bekerja pada  District Attorney Office. Kantor kami baru saja mengirimkan surat resmi untuk mewawancaraimu seputar kematian Edward Sanchez."

Mendengar hal tersebut membuat Billy kehilangan kata-kata. "Apa mereka tahu kalau aku ada bersama dengan Edward disaat dia ditembak?" Kata Billy dalam hatinya. Yang jelas, saat ini jantung Billy berdetak sangat kencang.

-----

Esther hari ini tidak masuk sekolah alias bolos, dia ingin melihat keadaan Jimmy yang sudah koma selama 2 minggu. Setelah banyak kejadian yang menimpanya,dia jadi lupa dengan Jimmy yang sama-sama menjadi korban pada insiden malam itu.

Esther berjalan menuju kamar yang ditempati Jimmy, dia dapat melihat laki-laki yang sudah lama ia sukai itu terbaring tidak sadarkan diri. Dia kemudian membuka pintu kamar itu dan dapat merasakan suasana yang dingin dan hening, hanya terdengar suara mesin denyut jantung yang terletak di samping tempat tidur Jimmy.

Jimmy sama sekali tidak sadarkan diri, tubuhnya berada di sini tetapi jiwanya seperti melayang-layang di luar sana. Esther duduk di bangku yang terletak di samping tempat tidur Jimmy, dia menatap laki-laki yang sudah menjadi crush nya semenjak masuk sekolah menengah pertama dan akhirnya terlontar ucapan dari mulutnya, "Jim, apa kau bisa mendengarku? Aku membutuhkanmu disini."

Tentu saja Jimmy tidak bereaksi apa-apa, dia sedang koma. Esther kemudian menitikkan air matanya dan memutuskan untuk berbicara kepada Jimmy semua hal yang selama ini dia ingin katakan, "Kau tahu? Aku suka padamu semenjak hari pertama kita bertemu."

Suasana hening yang ada di dalam kamar yang ditempati Jimmy akhirnya berubah. Seisi ruangan tersebut akhirnya dipenuhi oleh suara isakan tangis Esther yang sebenarnya tidak terlalu berisik.

"Aku tidak suka basket. Namun, saat aku tahu kau ikut dalam ekskul basket.. Aku memutuskan untuk ikut ekskul tersebut. Sesuatu hal yang kubenci, akan menjadi hal yang sangat istimewa jika aku selalu bersamamu." Kata Esther melanjutkan segala hal yang dia ingin katakan sedari dulu.

Esther mengambil tissue yang ada di dalam tasnya, dia menggunakan tissue itu untuk menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya.

"Satu lagi. Semenjak semua anak perempuan meletakkan cokelat dan surat di lokermu, itu membuatku sangat jengkel. Namun, senyumku melebar ketika kau bilang kepadaku bahwa kau sedang menunggu seseorang." Kata Esther yang akhirnya meneteskan air matanya kembali karena tidak sanggup merasakan kesedihan yang ada pada lubuk hatinya.

"Aku berharap itu adalah aku.."

-----

Di sisi lain, ada Billy yang sudah berada di kantor polisi. Parker yang sekarang sudah menjadi Bodyguardnya menunggunya di ruang tunggu.

Sekarang, Billy berada di sebuah ruangan yang selalu digunakan para District Attorney untuk mewawancarai atau menginterogasi seseorang. Ruangan tersebut kedap suara dan tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang.

Lalu tidak lama kemudian, Marianne Hapstal selaku District Attorney yang bertemu dengannya di sekolah tadi masuk ke dalam ruangan tersebut. Billy bisa melihat dia membawa sesuatu di tangannya, kemudian ia duduk berhadapan dengan Billy.

"Billy aku ingin bertanya, apa kau kenal dengan Edward Sanchez?" Tanya Marianne kepada Billy. Lalu Billy menjawabnya dengan spontan, "Tentu saja. Dia pernah bekerja di Villa milik ayahku."

Marianne menganggukkan kepalanya dan tanpa basa-basi lagi langsung menanyakan suatu hal kepada Billy, "10 Desember, sekitar pukul 10 malam kau berada dimana?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, jantung Billy tambah berdetak kencang. "A-Aku berada di rumah salah satu temanku," Katanya menjawab pertanyaan petugas District Attorney itu.

"Begitu? Kau tidak bertemu dengan Edward dimanapun?" Tanya Marianne kemudian.

Billy diam selama beberapa saat, dia mencoba untuk menenangkan hatinya sebelum menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Marianne Hapstal. "Aku bahkan tidak tahu kalau Edward kabur dari penjara, aku baru mendengar beritanya pagi-pagi," Kata Billy mencoba menjawab pertanyaan Marianne tanpa membuatnya penasaran.

Marianne kemudian tersenyum dan meletakkan barang yang tadi dia bawa ke atas meja. Billy sangat terkejut saat melihat benda yang ada di depannya itu ternyata adalah sebuah senapan berlaras panjang yang telah dibungkus oleh plastik karena sudah masuk dalam barang bukti tindak kejahatan.

Marianne kemudian melihat Billy tepat pada matanya dan melontarkan sebuah pertanyaan, "Kau pernah melihat senjata ini sebelumnya?"

Billy langsung mengangkat kepalanya dan berkata kepada Marianne, "Tidak, aku tidak pernah melihatnya."

Marianne tersenyum kembali dan berkata, "Oh ya? Lalu kenapa DNA-mu terdapat pada senapan ini?"

THE KLEIGHTON NINE CASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang