Bab 9 Memasuki Malam Zafaf

4.3K 6 0
                                    

Bab 9

Memasuki Malam Zafaf

Kalau sudah ada kerelaan untuk menjadi teman hidup, maka tunggu sesaat

lagi jalinan perasaan itu akan sah. Sesaat lagi, apa-apa yang haram bagi

kita telah menjadi halal atas karunia Allah. Sesaat lagi, seorang jejaka

mulai harus memberikan kelembutan sikap kepada wanita yang beberapa

waktu lalu dipinangnya. Sesaat lagi, seorang wanita mulai mempunyai kewajiban

untuk bertaba'ul (pengurusan dan pelayanan). Ini kelak di akhirat akan dimintakan

tanggung jawab kita. Ada perjanjian yang sangat berat kepada Allah, sehingga Allah

memberi hak kepada kita beberapa kesenangan dan memberi amanah di balik

kesenangan-kesenangan itu. Perjanjian ini terikat sesaat lagi, ketika seorang ayah

mengucapkan ijab atas anak gadisnya dan seorang laki-laki mengucapkan qabul

(penerimaan) untuk mengikat jalinan perasaan sebagai suami-istri.

Inilah akad nikah. Inilah akad yang menjadikan halal apa-apa yang sebelumnya

haram, dan membuat berpahala apa-apa yang sebelumnya merupakan dosa.

Ikatan Itu Bernama Mitsaqan-Ghalizhan

Nabi berdiri di Mina, di Masjid Kheif. Dia memandang ribuan jama'ah yang

hadir untuk berhaji di sekitarnya. Kemudian bibirnya yang tidak pernah berdusta

menyebutkan pujian kepada Allah. Lalu memulai khuthbahnya.

"Wahai manusia," kata Rasulullah berseru, "dengarkan penjelasanku baik-baik,

karena aku tidak tahu apakah aku masih berjumpa lagi dengan kalian di tempat ini

pada tahun yang akan datang."

Kado Pernikahan 116

Suara Rasulullah bergetar. Para sahabat merasa ada yang akan hilang. Ada tangis

yang terasa, tapi menahannya di tenggorokan. Ada kesedihan. Ucapan Rasulullah kali

ini, mengisyaratkan perpisahan. Tahun depan mungkin Rasulullah sudah tidak

bersama mereka lagi. Betapa besar kehilangan kalau Rasulullah benar-benar dipanggil

oleh Yang Mengutusnya, Allah subhanahu wa ta'ala. Betapa besar kehilangan kalau

kali ini adalah haji perpisahan, haji wada', sedang wajah suci itu telah bertahun-tahun

membimbing mereka sekaligus menanggung luka-luka dalam beberapa peperangan.

Para sahabat merasakan kesedihan itu.

Kemudian Rasulullah berkata, "Apakah aku sudah menyampaikan risalah

Tuhanku kepada kalian?"

Para sahabat menjawab dengan suara serentak, dengan gemuruh yang sama, dan

dengan jawaban yang sama, "Benar. Engkau sudah menyampaikan risalah kepada

kami."

"Allahumma isyhad. Ya Allah, saksikanlah!" Sebagian sahabat sudah tidak

sanggup lagi menahan tangisan mereka. Mereka mengetahui bahwa tugas Nabi sudah

Kado PernikahanWhere stories live. Discover now