Hari Selasa, pukul 18.57

12.2K 780 5
                                    

"Lo gak ngerasa deg-degan, Len? Atau apa ya, kayak... apa ya? Aduh, kenapa jadi gue yang grogi gini ya?" ujar Sasa seperti berbicara pada diri sendiri. Sedari mereka nongkrong di kafe lalu berpindah ke mobil yang menuju tempat acara reuni tersebut, Sasa masih saja heboh dengan berbagai pertanyaan serupa pada Allena.

"Guh, pacar lo suruh diem. Gue biasa aja, kenapa dia yang rusuh gak jelas gini?" omel Allena pada Teguh, pacarnya Sasa.

"Nanti kalo gue yang kena amukan dia, emang lo mau tanggung jawab, Len?" tanya Teguh dibubuhi ekspresi yang berlebihan. Sasa menoyor kepala Teguh.

"Wayolo udah sampe! Len, Len, lo kuat gak? Aduh, gimana nih?" tanya Sasa heboh.

Allena mendecak kesal lalu memukul kepala Sasa bagian belakang. "Diem. Kalo udah sampe, ya, turun!" ujar Allena lalu turun terlebih dahulu dan meninggalkan Sasa yang masih berlebihan.

Setelah Allena pikir-pikir lagi, semuanya hanyalah masa lalu. Pasti akan terlupakan. Iya, kan?

Kakinya melangkahkan pada sebuah restoran yang sudah direservasi dari salah seorang panitia acara reuni. Acara pertama dari reuni itu adalah berkumpul dengan teman sekelas. Tiap kelas mendapat meja terpisah. Maklum saja, saat SMA dulu kelas tidak pernah berubah, muridnya itu-itu saja selama tiga tahun.

Allena mengembangkan senyumnya ketika mendapati teman sekelasnya. Sorak sorai teman sekelasnya pun makin nyaring ketika Allena duduk di salah satu kursi. Banyak yang menanyakan kabar, bertanya apakah masih sanggup berkuliah, masih jomblo atau tidak, dan lain-lain.

Selagi bercengkrama dengan teman sekelasnya dulu, mata Allena menyisir ruangan. Rupanya, reuni angkatan ini tidak membuat semuanya ikut hadir, tapi masih tetap ramai. Tapi bukan itu maksudnya, ia mencari orang yang sejak tadi dihebohkan Sasa. Tapi sepertinya, di antara lautan manusia yang tidak hanya duduk-duduk saja, ia tidak akan bisa memastikan apakah orang itu datang atau tidak.

Ya sudah, Allena tidak begitu mengharapkan dia datang.

"Len!" sebuah suara mengembalikan kesadarannya. "Ayo, foto-foto dulu!"

Allena tersenyum lalu ikut bergabung kerumunan yang sedang berfoto.

One Fine DayWhere stories live. Discover now