Hari Kamis, pukul 01.29

5.6K 540 7
                                    

"I feel like I'm in New York right now."

"Iya, ya."

Allena memutar kepalanya yang tadinya sedang bersandar pada dada Bhanu menjadi menatap wajah lelaki itu dari bawah. "Pernah ke New York?" tanya Allena.

Mereka berdua sedang duduk di sofa yang letaknya di balkon apartemen—yang ternyata milik Bhanu selama di Jakarta karena orang tuanya sudah pindah ke Yogyakarta dan tinggal bersama nenek satu-satunya—dengan tangan Bhanu melingkari tubuh gadis itu.

"Enggak sih," jawab Bhanu dengan cengiran. "Lo sendiri?"

Allena tertawa pelan sebelum ia menggelengkan kepalanya. "Gue udah gak tau apa lagi yang mau diceritain. Udah mulai ngantuk juga. Kita mau kayak begini sampai pagi?" tanya Allena lalu bangun dari pelukan Bhanu.

Dilihatnya Bhanu cemberut. "Kalo gitu nanti buang-buang waktu dong?"

Allena mencubit lengan Bhanu sambil menatapnya dengan melotot. "Dasar sinting! Masa gak tidur sih? Yang penting, kan, gue lagi bersama lo sekarang. Gue tidur duluan." Allena bangkit dari tempatnya lalu masuk ke dalam kamar Bhanu untuk tidur.

"I'll wake you up at seven, okay!" ujar Bhanu agak berteriak upaya suaranya terdengar sampai kamarnya.

"Jam delapan!" seru Allena menawar.

"Oke, Bos!" balas Bhanu. Sesuatu dari dalam diri Bhanu seperti ada yang mengganjal dan seperti berkata bahwa hari Kamis ini adalah kesalahan.

"Hanya sehari, Bhanu. Hanya sehari." Bhanu menggumam pada diri sendiri dengan matanya yang menatap Allena tertidur di kamarnya. Gadis itu rupanya sengaja membuka pintu kamar Bhanu. "Kenapa saat itu kita putus ya, Na?"

One Fine DayWhere stories live. Discover now