Hari Kamis, pukul 16.02

4.8K 512 2
                                    

Mereka sudah sampai di tujuan mereka untuk berpiknik. Namun, tidak ada satu pun yang keluar. Mesin mobil masih menyala. Keduanya diselimuti dalam keheningan.

"Gue... ternyata, lo masih sama. Bener. Lo gak berubah sedikit pun, malah." Keheningan dalam mobil menguap karena suara Allena yang mengisi udara hampa. "Lo masih belum bisa berpikir, mana yang harus jadi prioritas lo."

"Lena, jangan ngebuat hari Kamis ini berantakan. Gue tau—"

"Lo." Allena memotong ucapan Bhanu, matanya menatap tajam ke arah laki-laki itu dengan tangannya yang terlipat di perut. "Lo yang ngebuat jadi kacau, Bhanu. Lo pikir, dia yang berstatus sebagai pacar lo itu, gak sakit hati? Ya, anggaplah masalah dia memang sepele. Minta temenin lo untuk ke rumah sakit karena penyakit ringan dan gak ada yang bisa nemenin dia. Tapi, Bhanu, dia adalah prioritas lo. Seharusnya."

"Dengan lo berkata seperti itu, Na. Lo sadar gak, siapa prioritas gue?" tanya Bhanu dengan datar, matanya pun kini menatap wajah gadis yang sedari tadi sudah menatapnya dengan mata nyalang.

Sudah kesepakatan bersama dari awal. Jika punya pacar, harus bilang kalau mereka akan berjalan-jalan pada hari Kamis ini. Konyol, ya, rasanya? Dan ide konyol itu pun, Bhanu sendiri yang mengusulkannya pada Allena. Allena yang lebih konyol lagi, menyetujui ide terkonyol Bhanu.

Allena mendengus kasar lalu tertawa yang dipaksakan, "Back to earth, Bhanu. She's your girlfriend."

"I've tried many times to love her, Na! Tapi, gimana kalau hati gue selalu memilih lo? Bilang sama gue, apa lagi yang harus gue lakuin?" tanya Bhanu dengan gusar, tangannya mengacak rambut lalu memejamkan matanya.

"Ya, berusaha lebih keras lagi!" suara Allena menyentak Bhanu. Ia memijit pelipisnya.

Setelah membisu lagi beberapa lama, Bhanu bersuara. "Terus, kenapa lo mau menerima ajakan gue, Na? Lo bisa nolak. Lo selalu punya pilihan, kan?" suaranya terdengar pelan.

Pertanyaan yang membuat Allena skak mat. Bahkan, gadis itu sendiri pun tidak mempunyai alasan yang pasti, kenapa juga ia mau menerima ajakan Bhanu.

Ataukah, dirinya sedang menyangkal, bahwa kenyataannya ada sebagian dari dirinya juga masih menginginkan laki-laki itu?

One Fine DayWhere stories live. Discover now