Hari Kamis, pukul 11.00

5.4K 519 0
                                    

"Ayo, makan, Na. Gue laper," rengek Bhanu pada Allena yang masih serius membaca buku.

"Sumpah, perpus sekolah makin bagus aja. Gue rasanya gak mau ke mana-mana. Lagian, tadi lo udah makan batagor. Beli aja lagi," ujar Allena tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia pegang.

Bhanu menghela napas karena jengah. Tangannya pun akhirnya meraih tangan Allena lalu menarik pelan tangan gadis itu sebagai isyarat kalau mereka harus pergi dari tempatnya. "Yuk, lo juga belom makan kecuali cilung tadi."

"Iya deh, iyaaa." Allena yang merasa terseret karena genggaman tangan Bhanu itu pun akhirnya ikut bangkit dan berjalan di sisi laki-laki itu dengan tangan yang masih tergenggam. "Rasanya masih sama seperti terakhir kali."

"What feels?"

"Rasa digenggam sama lo." Allena mengelus tangan yang ia genggam dengan jempolnya.

"Sebenernya, gue agak kesel sama lo, Na." Bhanu mulai melepaskan genggamannya setelah mereka sampai di depan mobil lalu masuk duluan ke dalam mobil dan disusul Allena kemudian.

"Kok, kesel?" tanya Allena heran.

"Karena lo," Bhanu menatap Allena. "Adalah lo. Lo masih tetap orang yang sama seperti terakhir kali kita ketemu. Gue takut gue gak bisa mengontrol perasaan gue, perasaan untuk kembali jatuh cinta sama lo."

Perasaan takut itu ternyata semakin menghantui hati Bhanu rupanya, perasaan takut itu semakin sangat terasa.

Allena membeku sesaat lalu tertawa canggung. "That ain't my business. Lo tanggung aja sendiri, kalau-kalau perasaan lo itu muncul lagi ke permukaan."

"Ain't your business? Atau lo juga takut akan merasakan hal yang sama?"

Allena tidak menjawabnya. Bukan karena ia mendadak bisu. Tapi karena yang diucapkan Bhanu itu benar. Ia tidak ingin Bhanu membuatnya kembali jatuh hati yang kedua kali.

"Are'nt you hungry? Because I'm hungry too." Allena mengalihkan pembicaraan.

Bhanu kemudian tersenyum dengan kebiasaan Allena yang satu ini. Ia tau ketika Allena mengalihkan pembicaraan berarti yang diucapkan Bhanu benar. Dan selintas, ia terpikir untuk membuat gadis yang duduk di sebelahnya ini kembali jatuh hati padanya.

Namun kemudian, ia mengurungkan niatnya.

One Fine DayWhere stories live. Discover now