Hari Kamis, pukul 09.43

5.7K 543 6
                                    

Mata Allena membulat saat telah mengetahui tujuan Bhanu. Kini mereka berada di depan gedung SMA mereka. Sekolahnya tampak sepi, mungkin karena sedang adanya kegiatan belajar dan mengajar.

Para pedagang khas anak sekolahan berjejer rapi di depan gedung sekolah. Kebanyakan pedagang baru, mungkin karena mengikuti jajanan tren masa kini.

"Gue gak mengira kita bakal ke sini," ujar Allena lalu memerhatikan laki-laki di sampingnya yang baru saja mematikan mesin mobil.

"Kan, udah dibilang. Hari ini kita mengulang kisah. Ya, jadi anak SMA lagi dong." Bhanu memberikan cengirannya pada Allena.

"Serius, Bhanu!"

"Gue serius." Bhanu menekankan kata serius. "Seneng rasanya, mendengar nama gue dari suara lo. Rasanya lo jarang manggil nama gue."

"Bhanu. Bhanu. Bhanu. Bhanu. Bhanu. Bhanu. Bhanu sayang."

Bhanu yang hendak keluar dari mobil itu mendadak memutar badannya untuk menghadap Allena. "Say it again, Na."

Alis Allena naik sebelah, "It again."

"You know what I mean."

"Gue laper, mau makan cilung kesukaan gue dulu. Untung Mas Joni masih dagang sampe sekarang." Allena malah keluar dari mobil dan menghampiri salah satu gerobak dagangan.

Tak lama, Bhanu menyusul Allena setelah memesan batagor yang letaknya bersebelahan dengan gerobak Mas Joni itu. "Widih, Mas Jon! Apa kabar? Makin laku gak jualan lo?" sapa Bhanu pada Mas Joni. Sebenarnya umur Mas Joni itu jelas sekali terlihat lebih tua dari pada Bhanu, tapi orang-orang yang sering beli dagangannya selalu terlihat akrab. Nama aslinya pun bukan Joni, entah siapa nama aslinya, sudah turun-temurun orang-orang memanggilnya Mas Joni.

"Aduh, siapa namanya, ya. Lupa aku. Baik kabarku. Sekarang sama pacarnya lagi ya," sahut Mas Joni pada Bhanu.

"Bhanu, Mas, Bhanu. Gitu aja lupa."

"Mau batagornya dong," ucap Allena ketika melihat penjual batagor memberikan seporsi pada Bhanu. "Dua suap aja. Jangan yang kena saosnya."

Bhanu menyuapi batagor pada Allena karena tangan Allena yang sedang memegang beberapa tusukan aci digulung itu.

"Hanya karena kita makan di sini. Rasanya gue kayak kembali memiliki lo lagi, Na. Inget gak, tiap lo lagi nungguin nyokap lo ngejemput lo dan gue bakal selalu nungguin di sini dan terkadang sambil makan juga." Bhanu tersenyum. "Sebagian dari diri gue merasa ingin kembali ke masa itu lagi. Masa saat kita masih saling memiliki."

"Kita memang saling memiliki kok. Untuk hari ini."

Mendengar kalimat itu, senyum Bhanu memudar perlahan.

One Fine DayNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ