untitled,

26.2K 419 5
                                    

#TOK TOK

Kirana terkesiap mendengar pintu kamarnya diketuk, ia baru terbangun setelah semalaman memikirkan nasibnya yang sekarang. ia beranjak dan membukakan pintu, terlihat lelaki yang menyebutnya pelayannya tengah berdiri sambil memandang datar kepada kirana.

"bukankah tidak baik jika pelayan harus dibangunkan oleh majikannya?"tanyanya sinis.

Perkataan sinisnya itu berhasil membuat setengah nyawa kirana yang masih berterbangan secara bersamaan masuk dan sadar sepenuhnya. Kirana terdiam tak menjawab.

"kau punya waktu 30 menit untuk membereskan dirimu dan memasak, aku tidak suka menunggu. Mengerti?"hardiknya lalu melenggang meninggalkan kirana yang terpaku mendengar perkataannya. '30 menit? Dia benar-benar gila, aku bahkan tidak tau dimana letak dapur' rutuk kirana kesal lalu berlari kearah kamar mandi.

-

"Oh tuhan.. aku terlambat 15 menit" ucap kirana panik sambil menatap jam dinding dan segera membalik omeletnya lalu menyajikannya diatas meja bersama nasi goreng buatannya. ia melihat pelayan yang semalam mengantarnya dan rentenir itu, berjalan mendekatinya.

"selamat pagi nona anastasya"ucap pelayan itu sopan

"selamat pagi, eh.. jangan panggil aku nona. disini aku juga pelayan"ucap kirana sambil tersenyum canggung. pelayan itu hanya tersenyum.

"maaf pak, em.. Tuan, ada dimana sekarang?"tanya kirana sambil tersenyum.

" Tuan Roshental sedang di Ruang kerjanya" Ucap pelayan itu

" terima kasih, namaku Kirana.. bapak bisa memanggilku ran jika namaku terlalu panjang disebutkan"ucap kirana.

"sama- sama nona kirana"ucap pelayan itu sambil tersenyum.

"panggil saja ran, aku juga pelayan disini"ucap kirana lagi. Pelayan itu tersenyum lalu melangkah pergi. Kirana menghela nafas lalu berjalan berkeliling rumah, ia melihat ada sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka dan terlihat tuan angkuh itu tengah mengancingi kemeja hitam yang tampak pas di pakainya. Kirana mengetuk pintu pelan

"Maaf tuan.. makanan sudah siap" ucap Kirana dengan nada pelan. Dia melirik kirana sekilas.

"Masuklah" ucapnya datar. ia mengernyit tapi tetap melangkah masuk keruang kerjanya, banyak buku yang berderet rapih seperti perpustakaan kecil lalu kulihat meja kerja hitam dengan sofa hitam di depannya.

"Kau sudah puas mengamati ruanganku? Sekarang kemarilah" ucapnya masih datar, kirana menunduk malu karena telah dengan bodohnya mengamati ruangannya. ia berjalan pelan kearahnya dan berhenti agak jauh didepannya.

"Mendekat 3 langkah" ucapnya masih memerintah,kirana lalu melangkah pada langkah ke 3 sengaja ia mengecilkan langkanya karena jaraknya terlihat terlalu dekat.

"benarkan langkah ke 3 mu atau aku yang melangkah kearahmu" ucapnya geram melihat tingkah kirana, Kirana melangkah lebih dekat kearahnya. Lelaki dihadapannya ini benar-benar tinggi, tinggi kirana hanya sebahunya. kirana masih menunduk karena jarak yang sangat dekat, lalu tuan angkuh itu menyodorkan dasi berwarna hitam kehadapan kirana.

"Pakaikan" bisiknya ditelinga kirana karena jarak kami memang dekat. kirana bahkan bisa mencium bau musk dari tubuhnya. kirana mengambil dasi itu lalu memakaikannya dengan gugup karena sedari tadi lelaki ini terus menatapnya membuat kirana salah tingkah.

"Siapa namamu?" Ucapnya masih menatap dengan tatapan yang sama. Kirana tersentak kaget karena tiba-tiba dia mengangkat dagu kirana seperti menyuruh menatapnya.

"Kirana.. namaku Kirana" ucap kirana lalu kembali menunduk membenarkan dasinya yang telah selesai dipakaikan.

"Bukannya tidak sopan berbicara sambil menunduk nona kirana?" Ucapnya dingin. ia mendongakkan kepala kirana lalu tanpa kirana sadari bibir lelaki dihadapannya ini telah berada tepat dibibir kirana.

CUP

kirana terdiam membeku, dia mencium dengan singkat lalu tersenyum

"Kau terlambat lebih lama dari perkiraanku, itu hukuman dan jangan diulangi lagi nona kirana mengerti?" Tanyanya.

kirana mengangguk masih tak bergerak dari tempatnya, entah harus marah atau apa ia bingung ini terlalu tiba-tiba.

"Bernafaslah dan cepat keluar aku sudah lapar" ucapnya singkat kembali bernada dingin lalu melangkah keluar.

kirana langsung tersadar sedari tadi ia menahan nafas, lalu menyusul mengikuti tuannya itu dari belakang.

Kirana mengalaskan nasi goreng dan omelet ke piring tuan-nya lalu beranjak pergi.

"Kau mau kemana?"tanyanya

"Aku akan kedapur tuan, masih ada yang harus dibereskan" ucap kirana sopan

"Kau tidak makan?" Tanyanya lagi

"Saya akan makan setelah membereskan dapur" ucap kirana sambil menunduk, Sulit sekali menatapnya.

"Duduklah dan makan" perintahnya

"Tapi tuan, pelayan tidak boleh makan bersama majikannya" ucap kirana menolak, ia tidak ingin bersamanya lama-lama auranya benar benar menakutkan.

"Aturan siapa itu? Aku majikanmu dan kau harusnya mengikuti aturanku, duduk dan makan"ucapnya dengan nada meninggi karena kesal.

"Tapi tuan.." kirana mendongak menatapnya sungkan

"Kirana, tak ada penolakan atau kau ku hukum" ucapnya dingin sambil menatap kirana tajam.

"Baiklah" ucapnya lalu mengambil kursi di samping tuannya dan mengambil alas lalu memakannya, mereka makan dalam diam suasana rumah ini benar-benar dingin.

"Aku selesai, bereskan rumahku. Jika aku pulang lebih dari jam 10 malam tidurlah jangan menungguku, mengerti?" Ucapnya tanpa menunggu jawaban dari kirana, dia melenggang pergi keluar lalu tidak lama kemudian terdengar suara mobil menjauh. Kirana menghela nafas lega.

"Akhirnya.. aku bisa mati karena auranya tadi" gumam Kirana sambil mengusap dada lalu membereskan piring. Kirana membereskan rumah besar ini dengan cepat.

"Capek..hhh.. siapa yang membereskan rumah ini sebelum aku? Dia pasti sangat hebat" ucapnya terengah sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa lalu ingatannya mengingat ibu yang menangis ketika ia dibawa paksa oleh rentenir brengsek yang telah menjualnya itu, tapi setidaknya sekarang lebih baik dari pada bersama orang itu. kirana menyentuh bibirnya dan mengingat kecupan singkat tuan angkuh itu.

"aku tidak boleh sampai jatuh cinta pada lelaki itu, dia mengerikan"gumam Kirana pelan.


SlaveWhere stories live. Discover now