loveless - 01

13.6K 500 40
                                    

Malam itu keadaan bar yang biasa aku kunjungi mengalami kepadatan pengunjung yang cukup padat hingga untuk duduk dengan tenang di kursi kecil tepat dihadapan sang bartender kali ini seakan – akan begitu sulit.

Biasanya tidak.

Aku bahkan selalu mendapatkan tempat duduk di mini bar dan dengan leluasa mudahnya meminta kepada sang bartender untuk menambah minuman yang aku pesan dan juga mudah untuk melihat seluruh pemandangan para pengunjung dan mencari pria keren mana yang akan mengajakku untuk pulang dan bercinta.

Tenang saja, aku bukan tante – tante pecinta pria muda dan akan aku manfaatkan untuk kesenanganku. Aku tidak seperti itu. Aku lebih suka pria yang berpengalaman dan suka bermain dalam setiap percintaan. Itu akan membuat malamku terasa sempurna. Dan sampai kali ini aku belum bisa menemukan pria yang bisa aku ajak untuk bercinta kedua kalinya.

Mereka hanya akan bercinta denganku satu kali dan tidak pernah aku undang untuk kedua kalinya.

Malam yang berganti dan pria pun berganti. Tak pernah sama.

Jangan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. –salah satu pedomanku.

Aku benci keramaian seperti ini. Terlalu berisik dan terlalu padat, seakan – akan aku tengah berada di antara pawai dan bermandikan keringat dimana bersumber dari orang – orang sekelilingku.

Gelas vodka terakhir aku tenggak dengan cepat dan meminta tambahan one shoot pada sang bartender kemudian aku beranjak melewati kerumunan para manusia ini untuk menuju balkon dari bar ini demi mencari angin segar dan aroma yang lebih baik dibandingkan perpaduan keringat-alkhol dan juga rokok didalan sana.

Sungguh ini lebih baik.

Meskipun New York masih menjadi salah satu kota dengan tingkat polusi cukup tinggi, setidaknya lebih baik dibandingkan polusi didalam bar saat ini.

"Feeling better?"

Suara rendah milik pria lain yang berada di balkon bersamaku saat ini hampir membuat jantungku loncat keluar sama halnya dengan badanku. Pria tinggi dengan surai rambut hitam menutupi keningnya dan juga postur badan tinggi—sangat tinggi dan sudah pasti tubuhnya sangat ideal dan juga berotot. Itu bisa terlihat jelas dari genggaman tangannya memegang botol beer disana. Aku bahkan bisa membayangkan langsung bagaimana bila tangannya menggenggam payudaraku dan meremas kuat—sial.

"Ternyata kau mabuk hah?"

Suaranya terdengar lagi berucap kearahku.

"Tidak!" aku menjawab cepat, menghilangkan segala pemikiran mengenai bagaimana tangannya menjamah badannku. "Aku tidak mabuk, hanya saja kepalaku cukup pusing melihat keadaan didalam cukup ramai dengan manusia – manusia disana." Aku menjawab dan tidak lagi melihat kearahnya. Pandanganku kali ini melihat pemandang dibawah yang sebetulnya hanya gerak mobil dan kendaraan lain yang berlalu lalang. Pemandangan sosok pria itu lebih baik dibandingkan pemandangan yang aku lihat saat ini, tapi aku tidak mungkin langsung mengajaknya untuk bercinta denganku secara langsung pada detik ini juga. Aku harus membuat dirinya lah yang mengajakku untuk bercinta.

"Apa pemandangan dibawah lebih menarik dibandingkan berbicara denganku dan saling menatap satu sama lain. Kau terlihat cantik, fyi."

Sial. Apa ia bisa membaca pikiranku?

"... gadis kecil sepertimu cukup terlihat dewasa dan cantik."

"Apa?" okey dia menganggapku anak kecil! Aku tidak suka! Bahkan aku selalu bersusah payah mengenakkan sepatu berhak tinggi agar siapapun tidak menganggapku kecil tapi ia orang asing yang baru saja bertemu hanya dalam hitungan meniti sudah berani mengatai fisikku secara langsung.

LOVELESS (END)Where stories live. Discover now