Penyihir Setangah Goblin

107 4 11
                                    


"Harry," Ron Weasley menerobos ruang kerja Harry.

Harry dengan sigap penutup semua berkas penyelidikan dengan tim kecil yang ia buat untuk mencari Lily dan menyembunyikannya. "Apa sih susahnya mengetuk pintu sebelum masuk," gerutu Harry terhadap sahabatnya itu.

"Ini sangat penting Harry," Ron masih tergesa-gesa. "Kau ingat tahanan yang kalo jebloskan ke Azkaban beberapa tahu lalu?"

"Lucu sekali Ron," Harry tertawa hambar. "Sangat banyak penyihir yang aku jeboskan ke sarang Dementor itu."

"Kau yang lucu Harry," Ron menggelengkan kepalanya. "Sudah sejak lama Kementerian sudah tidak mempekerjakan Dementor untuk menjaga Azkaban.

Harry tertawa sinis, "Kau lupa ya, aku lah salah satu pentecus ide itu. Mana mungkin aku melupakannya."

"Lupakan itu. Sekarang kau harus mengingat Gerrick. Penyihir setengah Goblin itu telah dibebaskan."

"Gerrick siapa?" sudah terlalu banyak penyihir campuran yang Harry tanggkap.

"Itu loh yang kasusnya sampai ke dunia muggle. Perdagangan organ muggle," Ron tidak sabaran dengan kelambatan Harry dalam mengingat. Ron sangat sadar saat ini Harry masih memikirkan putrinya yang sampai saat ini belum ditemukan.

Mendengar pernyaataan sahabatnya itu, terlintas dibenak Harry pria gemuk bertubuh seperti Professor Flichwick namun dengan wajah yang sangat garang.

"Dia melarikan diri?" Harry tersentak. Penyihir berbahaya seperti dia tidak boleh berkeliaran dengan bebas.

"Tidak," geram Ron. "Kan sudah aku katakan sebelumnya, dia dibebaskan. Pengadilan memutuskan pembebasannya lebih cepat."

"Tapi dia penyihir berbahaya." Geram Harry. "Sudah banyak anak-anak yang menjadi korbannya," mendengar ucapannya sendiri mendadak Harry membayangkan Lily menjadi salah satu sandera Gerrick. Hatinya dan pikirannya mendadak menjadi panas.

"Aku tau Harry. Kita harus membicarakan ini dengan Kementerian."

Harry dan Ron bergegas mengambil bubuk floo untuk pergi ke Kantor Kementerian Sihir untuk bertemu dengan Kingsley Shacklebot, Menteri Sihir saat ini. Ron masuk terlebih dahulu dan sebelum Harry masuk ke dalam perapian Sandy mengetuk pintu.

"Mr. Potter, apa anda di dalam. Aku memiliki berita penting,"seru Sandy dari balik pintu ruangannya.

"Masuklah Sandy," Naluri Harry sebagai Ayah membuatnya penasaran dengan perkembangan kasus putrinya sehingga dia memilih mendengarkan informasi dari Sandy terlebih dahulu.

"Anda ingin pergi Mr. Potter?" tanya Sandy saat ia masuk dan melihat bubuk floo di tangan Harry.

"Ya, ada hal penting yang harus aku biciarakan dengan Pak Menteri," jawab Harry.

"Mr. Potter, aku sudah mendapatkan DNA sihir itu. Aku sudah mencocokkan dan mencoba meminta beberapa penyihir dan makhluk sihir untuk melakukan sihir secara bersamaan dan aku menemukan DNA yang sangat cocok," jelas Sandy. "Orang yang membawa Lily adalah penyihir setengah goblin."

***

"Orang yang membawa putri anda adalah Penyihir setengah Goblin."

"Lupakan itu. Sekarang kau harus mengingat Gerrick. Penyihir setengah Goblin itu telah dibebaskan."


Kata-kata Sandy dan Ron terus berputar di kepala Harry. Ia sangat takut putrinya menjadi salah satu korban dari Gerrick atau kawanannya. Harry memijat kepalanya yang sakit karena terus memikirkan hal ini.

"Harry, kau baik-baik saja?" Ginny tampak khawatir melihat sikap suaminya. "Mau aku buatkan teh hangat?"

Harry tersenyum dan mengangguk, dan sigap Ginny pergi ke dapur untuk membuat teh dan juga menyiapkan cemilan untuk Harry.

Melihat Ginny pergi mendadak membuat Harry gelisah. Bagaimana jika itu semua benar? Dan bagaimana Harry harus menjelaskan semuanya pada Ginny. Selama ini Ginny sudah berusaha untuk tetap kuat setelah kehilangan putri kesayangannya. Harry bahkan belum berani bercertita tentang penemuan potongan baju Lily yang bersimpah darah lagi hasil dari penyelidikan rahasianya.

"Ini Honey," Ginny memberikan secangkir teh untuk Harry.

Harry menatap wajah Ginny dan mendadak wajah Lily terbesit dalam pandangannya, "Terima Kasih."

"Ginny," Harry berusaha mencari topik pembicaraan untuk pikiran buruknya tentang Lily.

Ginny menatap Harry sambil tersenyum lembut.

"Aku bertemu dengan anak laki-laki itu," Harry membicarakan David. "Remaja yang menyelamatkanmu dan Albus."

"Ohhh, Harry," untuk pertama kalinya sejak Lily menghilang, Ginny tampak begitu berseri. "Dimana kau bertemu dengannya. Aku harus mengucapkan rasa terima kasihku kepadanya. Tanpa dia pasti penyihir setengah goblin itu pasti sudah membunuh kami berdua."

deggg... Sekali lagi Harry mendengar makhluk itu disebut. Ia hampir lupa bahwa dalang  penyerangan di London saat itu juga penyihir setengah goblin.

"Ada apa dengan mereka?" batin Harry. "Apakah para goblin melakukan pemberontakan lagi?"


DerelictWhere stories live. Discover now