Jejak Sihir

99 4 3
                                    

"Lily sempat menggunakan sihir untuk membela diri," seru Sandy, Auror muda yang merupakan salah satu bawahan Harry saat mereka sedang melakukan penyelidikan ulang.

"Menurutku sihir itu bukan dari Lily, auranya
agak bebeda," sangkal David, rekan Sandy.

"Sihir yang dapat terdektesi itu hanya sihir anak dibawah umur Dave," Sandy memutar bola matanya. "Satu-satunya penyihir dibawah umur ditempat ini pada saat itu hanya Lily."

"Jadi kau percaya dengan ocehan para muggle itu?" David kesal dengan pernyataan Sandy karna temannya terkesan tidak mau repot dengan penyelidikan ulang ini.

"Aku tidak bilang begitu. Tapi siapa lagi penyihir ditempat ini selain Mr. Potter dan anak-anaknya saat itu."

"Sihir ini terlalu kuat untuk anak yang bahkan belum berusia 5 tahun," tegas Dave.

Harry penghampiri kedua anak buahnya itu, "Sandy, temui Hermione dan minta bantuannya untuk mendeteksi jejak sihir di Kantor Penggunaan Sihir tidak pada Tempatnya." Harry menoleh pada David, "Dan Dave, kau pandai melihat aura sihir. Aku ingin melanjutkan pencarian dengan menggunakan bakatmu itu untuk menyelusuri jejak ini."

Sandy ber-apparate untuk menemui Hermione sedangkan Harry dan Dave kembali melanjutkan penyelidikan. Penyelidikan kali ini tidak melibatkan muggle sama sekali. Harry bahkan tidak meminta izin petugas keamanan di perkemahan itu untuk penyelidikan ulang. Harry membentuk tim kecil agar tidak mencurigakan muggle ditempat itu, ia sengaja tidak mengajak Ron dalam misi ini karna ia masih tidak mampu melihat keluarga istrinya terluka lebih dalam.

"Mr. Potter," seru David. "Jejak sihir ini masuk kedalam hutan yang lebih dalam."

Harry tercengang, "Tapi pakaian putriku di temukan ditepi hutan." Ia menangis membayangkan putrinya diseret ke dalam hutan tanpa pakaian utuh.

"Aku turut menyesal dengan kejadian ini Mr. Potter."

"Ayo lanjutkan penyelidikan," Harry berusaha menguatkan diri.

Mereka berdua masuk ke dalam hutan lebih dalam lagi dan mencari berbagai macam petunjuk yang dapat membantu mereka.

"Lily menggunakan sihir disini," Harry meneliti batu yang tampak retak ringan. "Sandy benar, Lily melakukan perlawanan tapi bukan di perkemahan, tapi disini. Batu ini sangat jelas retak akibat terkena sihir Lily. Jika penyihir dewasa yang melakukannya sudah pasti batu ini sudah hancur.

"Disini juga terdektesi sihir Mr. Potter," David menunjuk pohon yang tidak jauh dari batu itu. "Lihatlah, pohon ini patah. Tapi aku tidak yakin, aku merasakan dua sihir berbeda."

"Marcus juga pernah bilang sihir diperkemahan juga buka dari penyihir ataupun peri rumah," seru Harry.

"Ohhh... tidakkk," David tampak geram. "Maafkan aku Mr. Potter, tapi jejaknya berhenti disini. Aku tidak bisa merasakan jejak apapun lagi.

"Jadi menurutmu dia ber-apparate disini?" Harry lemas mengetahui fakta ia tidak dapat melanjutkan pencarian putrinya. Ia bersandar pada pohon patah yang terkena sihir.

David mengangguk, "Sekali lagi maafkan aku Mr. Potter." Hening sejenak sampai David kembali bicara, "Apakah kita boleh seperti ini Mr. Potter?

Harry mengangkat kepalanya dan menatap David tidak mengerti.

"Seharusnya kita bergabung dengan yang lain untuk mencari putrimu. Mr. Kingsley bahkan membentuk tim khusus dengan auror terbaik untuk membantumu. Semakin banyak bantuan, semakin cepat putrimu ditemukan."

"Aku takut," Harry menjawab pelan. "Aku sangat takut siapapun orang yang mengambil putriku akan meyakiti orang lain yang membantuku. Sudah terlalu banyak orang yang mati karena membantu ku saat aku masih muda," Suara Harry terdengar sendu. "Tapi aku tidak bermaksud mengorbankanmu dan Sandy," Harry buru-buru menambahkan. "Kalian berdua adalah Auror muda berbakat. Aku yakin kalian mampu membantuku."

David tersenyum, "Aku yakin kita bisa menemukan putrimu Mr. Potter. Kau adalah Pahlawan Dunia Sihir, apapun yang kita hadapi saat ini pasti bisa kau tangani."

"Aku tidak sebehat itu, selama ini aku selalu mendapat bantuan."

"Kau tau, sejak kau menyelamatkan ku aku selalu menjadi fansmu Mr. Potter. Rasanya senang sekali aku bisa bekerja besama idolaku."

Harry sekali lagi menatap David tidak mengerti.

"Kau telah meyelamatkan hidupku tujuh tahun yang lalu Mr. Potter. Kau tidak ingat? Saat itu kau belum menjadi Kepala Auror."

Pikiran Harry terlalu kacau untuk mengingat tugas-tugasnya sebagai Auror muda.

"Yah, memang itu sudah lama sekali. Pekerjaanmu sangat banyak, aku yakin kau tidak mengingatnya satu per satu, tapi aku akan selalu mengingatnya."

"Terima Kasih," seru Harry Tulus. "Maaf aku belum bisa mengingatnya."

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mendukungmu. Saat itu kan meyelamatkanku dan istrimu yang sedang hamil tua dari serangan di pameran seni di London."

Mata Harry terbelalak saat menyadari pria muda di depannya adalah seorang anak remaja berusia empat belas tahun yang dulu membantunya menyelamatkan Ginny saat mengandung putra keduanya.

Harry memeluk pemuda itu sambil berseru, "Jadi kau anak itu. Terima kasih, karena kau telah membantu istriku. Serangan itu sangat fatal dan terjadi di Museum muggle. Sama Sekali tidak terduga. Jika kau tidak membantunya, mungkin Albus, putraku tidak akan pernah lahir kedunia."

"Tapi kaulah yang menyelamatkan kami," David tersenyum.

"Tapi karna keahlianmu dalam meraskan sihirlah membantu mereka," Harry semakin mengeratkan pelukannya.

David melepaskan pelukan Harry dan berseru, "Selama kita bekerja sama seperti dulu, aku yakin kita bisa menemukan putrimu Mr. Potter. Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mencari jejak lainnya."

***
TBC

DerelictWhere stories live. Discover now