Gringotts

53 4 12
                                    

Harry terus memikirkan surat dari Gerrick. Gerrick meminta dirinya membawakan Pedang Gryffindor, sedangkan Rigort meminta barangnya yang entah apa itu untuk dikembalikan. Apakah Pedang Gryffindor  adalah benda yang diingikan Rigort? Dan dendam apa yang dimilikinya? Kenapa dia meminta benda yang bukan milik Harry. Dan jika benar Rigort adalah penyihir yang menjadi dalang kerusuhan di Museum London, bukankah seharusnya Harry lah yang dendam kepadanya karna hampir membuat putranya Albus Severus dan Ginny meninggal?

Harry bimbang apakah Gerrick benar-benar dipihaknya atau Rigort. Rigort tidak pernah bicara jelas dalam suratnya tentang benda apa yang dia mau, ataupun dimana dia harus mengembalikan benda yang dimaksudnya. 

Gerrick juga mengatakan bahwa dia korban. Korban dari apa? Sudah sangat jelas dia akhirnya mengakui bahwa dialah yang menculik anak-anak muggle untuk dijual organ dalamnya kepada penyihir hitam.

degggg... 

Jantung Harry tiba-tiba berdegup kencang. Bisa-bisanya dia melupakan kejahatan Gerrick walaupun hanya sesaat. Mendadak perasaannya kacau, takut jika putrinya benar-benar manjadi korban keganasannya.

Harry akhirnya memutuskan untuk segera menemui Gerrcik tidak perduli dengan membawa pedang Gryffindor ataupun tidak. Lagipula Harry juga tidak tau dimana pedang itu. Terakhir Neville Longbottom lah yang ia ketahui memiliki pedang tersebut untuk membunuh Nagini.

"Dad," James datang mengampiri Harry yang saat itu sengaja menjauh dari para tamunya. Ia tidak ingin mereka tau apa yang sedang terjadi.

"Ada apa nak?" Tanya Harry.

"Aku belum minta maaf kepadamu," James terdengar lirih

"Minta maaf untuk apa?"

"Karena aku minta berkemah, Lily jadi hilang."

"Ssttt.." Harry mencoba menghilangkan rasa bersalah putra sulungnya, ia tahu jika tidak berkemahpun pasti Rigort akan mengambil salah satu anaknya. Dan bisa jadi jika mereka tidak berkemah, James lah yang saat ini berada diposisi Lily. Seketika Harry ngeri membanyangkannya . "Ini bukan salahmu," Harry bicara dengan nada yang lembut.

"Dad," seru James lagi. Kali ini Harry jelas melihat airmata pada mata putranya. "Aku takut terjadi sesuatu pada Lily. Dia masih kecil. Walaupun dia menyebalkan, tapi aku gak mau dia kenapa-kanapa. Maafkan aku karna tidak bisa menjaga Lily, padahal aku kakaknya."

Harry menarik James dalam pelukannya dan membuat James semakin terisak. Harry mengelus punggung James sambil berkata, "Lily akan pulang. Aku berjanji padamu."

"Dad," James melepaskan pelukan Harry masih sambil terisak. "Aku juga berjanji kepadamu, aku tidak akan membuat Lily menangis lagi jika dia pulang. Kali ini aku akan benar-benar menjaganya."

Harry mengusap kepala James lembut saat mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut James. Ada rasa bangga mendengar itu semua jika dia mengingat James yang sempat iri berat dengan Lily karena mendapatkan perhatian lebih dari banyak orang saat adiknya itu baru lahir.

Untuk menghibur James, Harry mengajak kedua putranya untuk pergi ke Diagon Alley. Setidaknya mereka bisa sejenak melupakan kesedihan dengan melihat-lihat atau makan es cream disana. 

Setelah beberapa kali berkeliling dan membeli beberapa hal yang diinginkan oleh putranya, Harry menatap gedung Gringotts yang kini berada persis di hadapannya, tempat dimana para Goblin bekerja disana. Harry pun mengajak anak-anaknya untuk pergi ke Florean Fortescue's Ice Cream Parlour.  Setalah memesan Harry meninggalkan uang kepada James untuk berjaga-jaga jika mereka ingin tambah atau sekedar membeli coklat dan permen.

"Aku akan pergi sebentar, kalian jangan pergi kemana-mana," perintah Harry pada dua anak laki-laki di depannya itu. Harry sengaja bicara tegas agar mereka tidak melanggar. Ia pun menambahkan kepada James, "Tolong jaga adikmu. Jangan pergi kamana pun. Jangan coba-coba pergi sebelum aku datang. Aku akan meminta Madam Florean untuk mengawasi kalian. Aku akan ke Gringotts sebentar. Jika terjadi sesuatu, hubungi aku. Kau bawa Handphone kan?"   

James mengangguk dan setelah berjanji akan menjaga  Al, Harry pergi ke Gringotts untuk bertemu dengan para Goblin. Ia ingin tau apakah mereka dekat dengan ras campuran mereka sendiri. Jika benar Harry ingin menemui beberapa dari mereka, karena Harry benar- benar tidak sabar untuk bisa betemu dengan Gerrick. Jadi Harry berniat untuk mencari tahu keberadaannya.

"Apa katamu?" Burgock, seorang Teller Gringotts berkata sinis pada Harry saat ia bertanya tujuannya. "Kau pikir kami mau mengakui mereka sebagai bagian dari kami. Hanya goblin sampah yang mau bercampur dangan makhluk lain. Jika kau kesini bukan untuk mengambil atau menyimpan uang, lebih baik kau pergi. Aku tidak ada waktu untuk ini."

Bukan hanya Burgock yang berkata seperti itu pada Harry. Ia juga sudah bertanya pada beberapa goblin lain dan jawaban mereka sama. Harry paham ternyata mereka memandang rendah ras mereka sendiri yang telah bercampur dengan  makhluk lain.

Harry keluar dari Gringotts dengan kecewa sampai akhirnya ia mendengar sesorang memanggil dirinya.

"Psssttt.. Tuan," Harry menoleh melihat seorang penyihir muda memberi isyarat bahwa dirinya berbicara dengan Harry. Harry pun menghampirinya.

"Tuan, aku tadi tak sengaja mendengar pembicaraan Anda dengan beberapa goblin," kata pemuda itu sambil berbisik.

"Apa kau tau sesuatu tentang mereka?" tanya Harry mulai bersemangat.

"Ya, aku tidak sengaja bertemu dengan salah satu dari mereka."

Mata Harry melebar, "Dimana kau bertemu dengan mereka?"

"Di Hogsmeade, dia datang dengan anak perempuan berambut merah yang sedang sekarat," jelas pemuda itu. 

Mendengar hal itu Harry langsung bertanya," Anak berambut merah? Apa usianya sekitar lima tahun?"

"Sepertinya iya," jawab pemuda itu. Hati Harry menjadi berdebar.

"Apa kau tau dimana mereka singgah? Dan apa anak itu baik-baik saja?" Harry tidak sabar ingin tau keadaan putrinya jika memang benar anak yang dimaksud itu adalah Lily.

"Aku tau dimana mereka singgah, kebetulan tempatnya tak jauh dari rumahku. Tapi itu sudah beberapa minggu yang lalu.  Aku sudah lama tidak melihat anak itu. Aku tidak tau anak itu masih hidup atau tidak karena saat itu aku melihat dia sudah sangat tidak berdaya. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka dan terlihat sangat lemah. Dan aku sudah tidak pernah melihatnya lagi. Tapi Penyihir setengah goblin itu masih sering bolak-balik kesana."

"Bisakan kau mengantarkanku kesana sekarang?" Harry tidak sabar untuk memastikannya.

"Maaf, aku tidak bisa sekarang,"pemuda itu berkata pelan. "Saat ini aku sedang bekerja." Harry melihat name tag dengan logo Gringotts pada dadanya. Ternyata pemuda ini salah satu pegawai Gringotts. 

Harry pun tiba-tiba teringat bahawa dia juga tidak mungkin pergi kesana sekarang karena ia sedang meninggalkan anak-anaknya di Florean Fortescue. 

"Baiklah kalau begitu, bagaimana dengan besok? Besok hari libur kan?" tanya Harry.

Pemuda itu pun setuju.

"Kalau begitu kita bertemu langsung di Hogsmeade, aku akan menunggu mu di Three Broomsticks," kata Harry. "Oh ya, siapa namamu?" Harry baru menyadari lelaki di depannya itu belum memperkenalkan diri.

"Aku Jimmy Peakes," pemuda itu memperkenalkan diri.

"Terima kasih Mr. Peakes," kata Harry. "Aku Harry Potter."

Mendengar nama Harry Potter mata pemuda itu langsung melebar. Tidak percaya seorang Pahlawan Dunia Sihir ada di hadapannya dan sedang bicara dengannya.

                                                                                        ___ 

TBC

Semoga kalian suka ceritanya. Happy Reading semua. ^^

DerelictWhere stories live. Discover now