Air Terjun Tangisan

104 8 3
                                    


Setelah sekian lama akhirnya bisa update lagi. Walaupu aku sadar ceritaku sepi pengunjung, tapi tetep aja aku ngerasa gantung kalo gak tamatin. Terima Kasih banget buat yang mau baca cerita gaje ini ^^

Happy Reading~

***


"Lily jangan cemberut terus dong. Kita kan mau senang-senang," tegur James kepada Lily yang kini duduk dikursi depan bersama ayah mereka. "Daddy.. ceritakan pada Lily tentang gadis yang menjadi air terjun karena menangis terus."

"Cerita apa?" umpan James salah arah, bukan Lily yang tertarik tapi malah bocah laki-laki disampingnya. "Dad, kenapa tidak pernah menceritakannya padaku?"

"Apa Lily mau dengar juga?" Harry melirik putri kecilnya. Lily tidak menjawab karena masih kesal karena tidak ada Ginny.

"Ayo dong Lils," James masih terus merayu Lily. "Kalo Lily jawab, nanti Jamie beliin coklat deh. Di sekolahku banyak coklat enak loh."

"Jamie gak bohong kan?" Lily mulai melunak. "Nanti kalo bohong aku gak mau ngomong sama Jamie lagi."

"Iya, Jamie janji." Rayuan James berhasil dan mengikuti cara bicara Lily memang selalu sukses untuk membuat mood Lily membaik.

"Jadi Lily mau dengar kan?" giliran Harry yang bertanya dan Lily mengangguk. Harry menghela napas senejak dan memulai, "Pada jaman dahulu, hiduplah seorang gadis kecil yang tidak mempunyai siapapun."

"Gak punya Ayah, Ibu, kakak, atau adik," timpal James yang sadar kalau Lily tidak mengerti.

"Tepat," lanjut Harry. "Dia hidup seorang diri karena itu berkeliling dunia untuk mencari keluarganya. Ia mencari selama bertahun-tahun sampai akhirnya didekat jurang ia mendengar seorang wanita tua yang bertemu seorang ibu yang mencari anak gadisnya yang hilang bertahun-tahun lalu."

"Nama gadisnya siapa dad?" Lily penasaran.

"Namanya Lintang," Harry asal menjawab karna tidak disebutkan dalam cerita itu, dan ia pun melanjutkan, "Gadis itu-Lintang berlari menghampiri wanita tua itu dan bertanya dimana ibu yang ia ceritakan. Namun wanita tua itu hanya menunjuk jurang dibawahnya. Lintang mengira ibu yang ceritakan itu adalah ibunya, karena itu Lintang menangis sangat keras sampai airmatanya jatuh kejurang. Air matanyanya semakin lama semakin deras dan Lintang terjatuh dalam jurang itu juga dan tiba-tiba muncullah air terjun."

"Dad," Al tampak merasa janggal dengan cerita Harry. "Apa benar ibu yang terjatuh itu adalah ibunya Lintang?"

Harry menggeleng karena memang tidak ada kepastian jelas tentang cerita itu.

"Dad," kini Lily yang memanggil Harry," kalau itu bukan ibunya Lintang, berarti dia salah orang kan? Kenapa ada orang yang mau mati karena orang yang dia tidak kenal?"

Harry tiba-tiba teringat saat perang Hogwarts dulu saat banyak sekali orang yang tidak mengenal baik dirinya tapi mau merelakan nyawa untuknya, "Entahlah sayang."

Harry memarkirkan mobilnya karena mereka sudah sampai perkemahan muggle dan langsung meraih Lily kedalam pelukannya. "Pasti orang itu sangat beruntung." Harry mencium kepala Lily dan mengisyaratkan kedua putranya untuk bergabung berpelukan bersama mereka. Walaupun sesak namun Harry menikmatinya saat seperti ini.

Tok..tok..tok...

Terdengar suara ketukan pintu kaca mobil Harry. Harry melepaskan pelukan anak-anaknya dan membuka pintu mobil.

"Maaf Sir, parkiran mobil ada disebelah sana," seorang petugas memberitahukan lokasi parkir yang benar.

"Maaf Sir," Harry segera memindahkan mobilnya ketempat yang benar.

DerelictWhere stories live. Discover now