Lily

53 3 3
                                    

Harry terbangun  di Kantor Auror Headquarters, perlahan ia mengangkat kepalanya dari atas tumpukan dokumen yang ada diatas meja kerjanya. Kepalanya terasa berat dan sedikit sakit. Untuk mengurangi rasa sakitnya, Harry memijat kepalanya dan matanya berfokus pada kalender di depannya. Setelah itu ia melihat jam di tangan kirinya. Saat itu sudah jam dua belas malam, berarti hari itu sudah masuk tanggal satu september. 

Tepat lima tahun lalu, Lily dilahirkan. Tahun lalu, mereka merayakan ulang tahun keempat Lily tepat setelah dia bangun tidur, mereka selalu merayakan ulang tahun Lily di pagi hari karena jam sebelas pagi mereka sudah harus berada di Stasiun King's Cross untuk mengantar Teddy ke Hogwarts. 

Tahun ini, Untuk pertama kalinya Harry tidak mengantarkan Teddy ke Hogwarts. Lima tahun lalu, saat Lily lahirpun Harry masih sempat mengantarnya untuk memasuki tahun pertama Teddy di Hogwarts. 

Teddy saat ini sudah remaja, dia sudah paham apa yang terjadi saat ini. Karena itu ia sendiri yang meminta izin untuk pergi ke Stasiun King's Cross berasama Victoire Weasley, keponakan Harry dan Ginny. Dan tentu saja diantar oleh Bill dan Fleur, orang tua Victoire, serta adik Victoire, Dominique yang tahun ini adalah tahun pertamanya di Hogwarts.

Masih teringat jelas dalam ingatan Harry saat mengetahui Ginny mengandung Lily. Saat itu Harry sedang dirawat di St. Mungo, ia terluka saat melakukan penyerbuan di markas mantan penyihir hitam yang kembali membuat masalah. Mereka merapalkan mantra kuat yang membuat Harry dan beberapa rekannya terluka parah. 

Semakin Harry meminjat kepalanya membuat dirinya mengantuk kembali dan tanpa sadar, Harry menguap dan tertidur lagi.

                                                                                          ---

"Harry," Ginny histeris melihat luka disekujur tubuh Harry, walaupun sudah dibalut dengan perban dan dibagian kakinya cukup parah.

"Sttt.." Harry menenangkan Ginny walaupun dengan suara agak lemah. "Aku gak apa-apa kok. Kenapa kamu histeris?"

"Bagaimana aku tidak histeris jika melihat suamiku seperti ini," suara Ginny terdengar sangat khawatir karena keadaannya.

"Anak-anak kamu bawa?" Harry penasaran.

"Aku titipkan pada Luna dan Rolf."

"Yang benar saja Gin, mereka punya dua bayi. Kenapa kamu harus menambahkan tiga anak lagi untuk mereka jaga." Harry bicara dengan seperti itu bukan bermaksud untuk menyinggung Ginny tapi entah kenapa istrinya itu terlihat tersinggung. Tapi memang beberapa lama ini Ginny menjadi sangat sensitif.

"Sore Harry, Ginny." Draco Malfoy Healer spesialis luka akibat sihir hitam ini menyapa kedua teman lamanya. "Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?" Lanjutnya kepada Harry.

"Sudah lebih baik," suara Harry masih terdengar lemah walaupun dia sudah berusaha terdengar jauh lebih baik.

"Ginny, bisa bicara denganmu sebentar?" Draco mengajak Ginny agak menjauh sebentar dari Harry untuk membicarakan keadaan Harry. Merekapun bicara diujung ruangan dan tak lama mereka berbicara, Ginny pingsan. Spontan Draco menangkap Ginny tepat di depan mata Harry. Harry agak cemburu melihatnya tapi dia sendiri tidak bisa bangun karena kakinya yang terluka.

Draco membaringkan Ginny di sofa dekat tempat tidur Harry dan memeriksa keadaannya.

"Draco, Ginny kenapa?" Harry panik sambil terus berusaha bangun untuk melihat keadaan Ginny lebih dekat. 

"Tetap di tempatmu Harry. Aku akan memanggil Healer lain untuk memastikannya," seru Draco sambil keluar dari kamar tempat Harry di rawat.

Tapi Harry tetaplah Harry. Dia tidak perduli perkataan Draco. Ia perlahan menghampiri Ginny sambil berjalan pincang serta kesulitan bergerak karena selang infus yang terpasang pada dirinya walaupun jarak sofa tempat Ginny berbaring hanya beberapa langkah saja darinya.

DerelictWhere stories live. Discover now