Daily Prophert

104 8 2
                                    


HARRY POTTER-PAHLAWAN DUNIA SIHIR MENELANTARKAN PUTRINYA

Harry Potter-Kepada Auror muda yang sekaligus Pahlawan Dunia Sihir menelantarkan putri bungsunya, Lily-Luna Potter. Gadis kecil yang akan berusia lima tahun bulan depan ini diduga ditinggalkan Sang Pahlawan untuk bermain bersama kedua putra tertuanya di tepi danau...


"Sampah!" Hermione meremas Daily Prophert yang ia termukan diatas meja kerja Harry. "Beraninya wanita tua itu menulis hal seperti ini." Hermione yang saat itu sedang mengunjungi sabahatnaya sangat geram. Hermione datang untuk memberikan dukungan terhadap sahabat yang kini sudah menjadi adik ipar suaminya. "Harry, aku sangat menyesal dengan apa yang terjadi. Aku harap Lily segera ditemukan."

"Harry! Daily Prophert semakin gila!" Ron menerobos kantor Harry tanpa tau istrinya datang untuk menemui Harry. "Hermione? Apa yang kau lakukan disini?"

"Melihat keadaan sahabatku tentunya," seru Hermione sinis.

"Oh iya Harry," Ron hampir lupa bahwa ia ingin memberitahukan berita Daily Prophert pagi ini. "Rita membuat karangan bebas lagi."

"Aku sudah membacanya," Harry menjawab hambar. "Hebat sekali bukan, aku asik bermain dengan kedua putra kesayanganku, semantara putri kecilku menangis sendirian di dalam tenda."

"Jangan dipikirkan Harry. Sejak dulu wanita itu memang gila," seru Hermione. "Dia tidak tau hal yang sebenarnya."

"Harry sebenarnya pagi ini aku mendapat kabar dari Marcus bahwa tim pencarian Lily menemukan kejanggalan ditempat menghilangnya Lily," Ron melanjutkan. "Maaf tidak memberitahukanmu. Aku tidak ingin membuatmu semakin kacau."

"Kejanggalan apa?"

"Mereka mendeketsi sihir Harry."

"Sihir?"

"Tapi kami tidak tau apa yang menggunakannya, dan sihir ini agak berbeda. Seperti bukan sihir seorang penyihir ataupun peri rumah.," Ron menjelaskan.

Harry bangkit dari kursinya, "Aku akan menyelidikinya sendiri."

"Harry, lebih baik kau beristirahat. Sudah tiga hari sejak menghilangnya Lily dan kau belum istriahat. Tidurlah dan tenangkan dirimu. Setelah itu kau bisa mencari Lily lagi," Hermione mengkhawatirkan sahabatnya.

"Hermione benar. Kau serahkan saja semenatar kepada kami," Ron menambahkan.

"Tapi bagaimana mungkin aku bisa beristirahat jika aku tidak tau keberadaan putriku!" suara Harry meninggi tanpa disadari Harry. Harry tidak bermaksud membantak kedua sahabatnya.

"Harry, tenanglah. Lily itu keponakanku. Aku akan sekuat tenaga untuk mencarinya," Ron mencoba meredam emosi Harry.

***

Albus merobek halaman depan Daily Prophert setelah membaca berita bohong dalam surat kabar itu karena tidak ingin keluarganya membaca berita itu.

"Albus," Ginny mengampiri anaknya yang memiliki mata Harry. "Kenapa lama sekali sayang,"

"Tidak Mom," Albus menyembunyikan robekan surat kabar itu pada saku belakangnya. Ia tidak berani membuangnya sekarang karena takut ketahuan. Albus menyerahkan surat kabar yang sudah ia balik dan kembali masuk ke dalam ruang keluarga.

Sudah tiga hari Lily menghilang dan rumah keluarga Potter itu terasa sangat sunyi. Biasa setiap pagi selalu ada pertengkaran diantara para Potter junior, tapi kali ini tidak ada sama sekali. Ginny sekarang ini sering memikirkan nasib putri kecilnya di kamar kosong yang rencana akan mereka jadikan sebagai kamar Lily jika sudah berusia lima tahun.

Ginny sangat menyesal tidak membawa Lily bersamanya, tapi ia sama sekali tidak menyalahkan Harry. Biar bagaimanapun saat itu adalah situsasi yang sangat mengerikan karena ketiga anak-nya sekaligus berada dalam bahaya, walaupun hilangnya Lily sama sekali tidak terduga. Lily berada di dekat tenda saat itu, siapapun pasti mengira Lily akan aman.

Albus merasa bersalah karena membuat James kesal saat berada diatas perahu. "Kalau saja aku tidak mencoba merebut dayung dari James, pasti kami tidak akan kehilangan keseimbangan," berulang kali Albus berkata seperti kepada keluargnya.

"Seandainya saja aku ikut bersama kalian. Pasti Harry tidak akan kerepotan menjaga mereka," Teddy juga menyesali ketidak hadiran dirinya.

Semua orang menyalahkan diri mereka atas hilangnya satu-satunya anak perempuan keluarga Potter.

Albus memasuki ruang keluarga dan melihat James duduk di depan televisi yang menyala, namun Albus tau bahwa James tidak menonton acara tersebut. "Lily senang sekali kartun ini," seru James saat Al duduk disampingnya.

Setiap pagi sebelum berangkat kesekolah Lily memang tidak pernah melewatkan kartun sesukaannya ini. Biasanya James dan Lily akan bertengkar untuk berebut acara televisi, tapi sekarang Lily tidak ada. James sangat merasa kehilangan.

"Al, apa itu yang ada disaku belakangmu," James melihat robekan kertas Daily Prophert di yang menyembul keluar dari saku belakang Al.

"Bukan apa-apa," Albus menariknya sebelum James menariknya.

"Al, kenapa Daily Prophertnya robek?" Ginny masuk ke ruang keluarga dan melihat robekan Daily Prophert ditangan Albus. Kaget dengan kedatangan Ibunya secara tiba-tiba Albus lengah dan James berhasil mengambil robekan itu.

James membaca Headline yang tercetak besar disana. Matanya terbelalak setelah membaca berita yang memfitnah ayahnya. "INI TIDAK BENAR," teriak James. Ini bukan salah Daddy, tapi ini salahku. Aku biang masalahnya."

Ginny mengambil robekan itu dan membacanya, ia tidak kuasa menahan air matanya saat membaca karangan seniornya di kantor Daily Prophert.

"Aku tidak ingin kalian membaca ini," Albus menarik kertas itu dan merobek hingga kecil dan membuangnya. "Kata Teddy ini kecelakaan."

"Mommy, bagaimana dengan Daddy? Pasti saat ini banyak yang membicarakan hal buruk tentang Daddy," keluh James. "Bagaimana jika teman-teman Daddy dikantornya tidak mau mendengarkan perintah Daddy lagi?"

"Tenang sayang, teman-teman Daddy tidak akan semudah itu percaya dengan Daily Prophert. Mereka tau kalau Daddy kalian sangat menyayangi kalian semua. Lagipula Mommy sudah membaca Koran muggle, mereka telah memberitakan kabar yang sebenarnya," jelas Ginny.

"Mommy, aku mau memberitahu sesuatu," bisik James yang disertai sedikit isakan.

***

TBC

DerelictWhere stories live. Discover now