Part 2

12.9K 656 5
                                    

"Ayna, dengerin aku baik-baik. Aku ini bukan penjual emas, apalagi tembaga. Pikiran kamu kenapa, sih? Kok, bisa-bisanya bilang kayak gitu?"

Arkan sedikit kesal. Bagaimana bisa Ayna menyebut dirinya penjual emas, padahal jelas-jelas ia seorang pimpinan perusahaan milik keluarga.

Ayna menggaruk kepala, bingung dengan semua kalimat yang lelaki itu lontarkan. Apa salahnya? Bukannya tadi dirinya memuji pria itu karena berjualan emas?

"Om Arkan emangnya bukan penjual emas? Serius? Kok, tadi malah sebut mas-mas? Om mau ngeprank Ayna, ya? Ngaku deh."

Arkan membulatkan mata. Benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang yang dirinya nikahi beberapa jam lalu. Entah, belum cukup sehari menjadi pasangan, ia sudah diuji dengan ujian level tinggi.

Arkan geleng-geleng, menepuk jidat berkali-kali. Pusing. 'Ya Allah, Umi. Anak siapa, sih, yang Umi jodohin sama Arkan? Kok, gini amat otaknya?'

Arkan mengambil bantal, beranjak ke sofa dan membaringkan tubuhnya. Letih dan pusing bercampur, sedangkan Ayna hanya mengangkat bahu, tidak tahu.

• • •

Pukul 04.34 Ayna terbangun mendengar masjid berbunyi. Ia mengerjap beberapa kali seraya mengumpulkan nyawa, saat kesadarannya telah penuh. Selimut yang membungkus tubuhnya disingkirkan.

"Om Arkan," gumam Ayna saat pandangan melihat ke sofa, Arkan begitu pulas dengan tidurnya, seolah tidak ada beban sama sekali.

Ia bergegas meraih handuk dan berjalan ke kamar mandi. Selang lima belas menit, ia sudah keluar. Namun, baju yang ia kenakan masih sama.

Arkan pun sudah bangun dan duduk sambil bersandar menunggu istrinya selesai. Saat kepalanya terangkat menatap Ayna, netra elang itu menyipit.

"Kenapa bajunya dipake lagi?"

"Anu, Om ... Ayna belum punya gamis. Jadi, dipake lagi, deh."

"Oke, nanti kita belanja. Kamu siap-siap salat, saya wudu dulu." Arkan beranjak, sedangkan Ayna hanya berdeham menanggapi perkataan suaminya.

• • •

"Ar, udah ada rencana gak mau honeymoon ke mana?" tanya ibu Arkan.

Mereka kini berada di meja makan, menikmati sarapan bersama. Ayna tampak kikuk mendengar pertanyaan mertuanya. Bulan madu? Tidak pernah sekalipun dirinya berpikir ke sana.

Sementara itu, Arkan melirik istrinya yang sedang mengaduk-aduk makanan. Ia sedikit paham, mungkin Ayna takut. Terlebih dengan umur yang terkesan sangat muda.

"Belum ada, Mi. Lagian, menurut Arkan gak perlu ada acara honeymoon segala. Kan kerjaan di kantor banyak, entar kalau ditinggal lagi malah makin numpuk."

Alibi yang bagus, seharusnya Arkan menjadi guru bahasa Indonesia, bukan bekerja di kantor.

"Hm, padahal umi udah pengen gendong cucu."

"Beli di swalan aja, Mi. Anak beruang ama panda banyak kok di sana," celetuk Ayna membuat Arkan dan ibunya membulatkan mata.

Si empu yang sadar akan ucapannya barusan lekas-lekas membekap mulut sendiri, kemudian geleng-geleng. Awalnya ia pikir mertuanya akan marah, tetapi yang terjadi malah sebaliknya.

"Haha, istri kamu lucu, Ar. Pinter stand up comedy, masukin academy stand up comedy aja bareng Raditya Dika," seloroh wanita paruh baya itu.

Arkan melongo. Astaga, ibunya sudah ketularan penyakit polos Ayna. Mampus! Hidupnya kini berputar bersama dua wanita penuh aksi heroik yang tak terduga.

'Kukira stand up comedy cuma di TV, ternyata rumah ini juga,' batin Arkan, menjerit dengan kenyataan lucu yang ada dalam hidupnya.

_ Berhenti _
TBC
💙

Menikahi Gadis Polos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang