Part 22

3.4K 208 9
                                    

Sebulan telah berlalu, banyak yang berubah terlebih dari Ayna. Ya, meskipun sifat kekanak-kanakannya sering kambuh. Seperti asam lambung saja kambuhan.

Sementara Arkan, selama itu pun tidak pernah memiliki keluhan. Karena Ayna selalu melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Walau terkadang, dirinya jengkel setengah mati.

Seperti sekarang, Ayna disuruh bikin kopi ... malah yang dikasih teh manis.

"Na, mata kamu nggak minus, kan?"

Ayna menggeleng sambil melepas celemek, karena ia baru selesai masak untuk makan siang.

"Gak, tuh. Mana Ayna seribu persen masih jernih."

"Lha, terus ini? Kopi malah jadi teh, gimana ceritanya?"

"Gak ada ceritanya, cuma emang takdirnya kek gitu."

"Astagfirullah."

Arkan mengusap dada agar tidak terbawa emosi, apalagi dengan cuaca yang panas.

• • •

"Ya Allah. Inikah yang namanya keajaiban?!"

Pekik Ayna sambil berjingkrak di dalam kamar. Arkan yang baru saja keluar dari kamar mandi mengangkat sebelah alis.

'Nih, bocah kesurupan lagi atau gimana, sih?' batin lelaki itu.

"Kenapa, sih? Seneng amat."

"Ini, lho. Ayna dapet kabar kalau Kak Aurin hamil anak kedua. Berarti bentar lagi keponakan Ayna nambah dong, terus juga Zul bakalan punya adek."

Arkan berdeham, lalu berjalan ke lemari mengambil baju.

• • •

"Selamat, ya, Pak. Bentar lagi jadi ayah," ucap Askaf.

Arkan melongo. Ayah?

"Selamat, Pak."

Satu per satu pengawai kantor memberi ucapan selamat, bahkan ada yang memberi hadiah dan beberapa mainan anak-anak. Lelaki itu semakin bingung, apa maksud semua ini.

Ayah? Memang Ayna mengandung, ada-ada saja mereka. Arkan menggeleng saat pikiran aneh itu muncul di kepalanya.

Ia kemudian memasuki ruang kerjanya, tak lupa meletakkan semua hadiah tadi di sofa. Lalu mulai fokus pada komputer di meja.

Beberapa menit, sebuah pesan masuk. Dengan santai membuka dan membaca tulisan itu. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah foto yang dikirim bersamaan dengan pesan tadi.

[Selamat, Ar. Bentar lagi umi jadi nenek.]

Mata elang itu membulat.

Apa-apaan semua ini?

Tidak ingin mati penasaran, Arkan segera menghubungi Ayna untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, nomor sang istri malah tidak aktif.

• • •

"Assalamualaikum, Umi."

"Ayna? Wa'alaikumsalam, Nak. Masuk."

Mertua dan menantu itu berpelukan, melepas rindu masing-masing. Setelah menikah, ini pertama kalinya Ayna berkunjung tanpa Arkan.

"Kok, sendiri? Suamimu mana?" tanya ibu mertuanya.

"Lagi di kantor, Mi."

"Kamu udah makan, Nak?"

"Udah, kok. Aku ke sini malah bawain makanan kesukaan Umi."

Ayna menyerahkan rantang yang terbuat dari aluminium itu. Dengan senyum, sang ibu menerimanya. Akhirnya setelah itu, terjadilah perbincangan panjang antara menantu dan ibu mertua.

T b c

Nah, lho.
Kenapa sih pada heboh bilang Arkan bakalan jadi Ayah?

Menikahi Gadis Polos [Completed]Where stories live. Discover now