Part 24

3.4K 195 5
                                    

"Selamat ulang tahun pernikahan, Sayang."

Arkan mencium kedua pipi Ayna, lalu memberikan setangkai melati. Warna putih yang selalu melambaikan sucinya ikatan mereka.

"Selamat juga, Papa."

Ayna membalas, kemudian mendekap tubuh besar suaminya. Dua tahun telah berlalu, banyak hal yang berubah. Usia Ayna pun telah menginjak 21 tahun dan sekarang sedang mengandung anak pertama mereka.

Kedua keluarga sangat tidak sabaran menanti kelahiran anak tersebut. Arkan dan Ayna pun sama, tetapi mereka masih harus menunggu delapan bulan lagi.

Ayna hamil muda, karena kondisinya yang begitu membuat Arkan merasa waswas. Bahkan, segala permintaan sang istri tidak pernah ditolak. Seperti saat ini, merayakan Anniversary ke-2 mereka di rumah pohon.

Memang, ada-ada saja kelakuannya Ayna. Selain itu, ada kabar gembira lagi, khususnya untuk Arkan. Lelaki itu sekarang bebas dari panggilan Om dan diganti dengan Mas.

• • •

"Beliin martabak," rengek Ayna.

"Iya, bentar dulu. Pekerjaan mas masih banyak," jawab Arkan lembut tanpa memindahkan pandangan dari kertas-kertas tersebut.

Saat ini pukul sembilan malam, waktunya Ayna tidur. Namun, wanita itu sekarang malah memeluk lengan Arkan dan merengek seperti anak kecil.

"Pliss, mau ya? Entar, habis ini Ayna gak minta apa-apa lagi, kok. Janji."

"Na, iya. Aku paham, tapi bentar dulu, ya. Ini dikit lagi kelar, kok."

"Gak mau! Maunya sekarang!" pekik Ayna.

Arkan sampai menutup telinga, lantas mengusap dada. Sabar. Dulu dan sekarang, perbandingan sikap Ayna sangat berbeda. Dulu polos, sangat polos malah ... dan sekarang malah manjanya minta ampun.

"Iya-iya, sekarang. Ayo, anak papa gak boleh marah," rayu Arkan sambil mengusap kepala dan perut datar Ayna bergantian.

Baru empat minggu, tentu saja perutnya masih rata.

"Gendong."

"Iya, Ibu Ratu."

Ayna terkekeh saat Arkan menyebutnya begitu.

• • •

"Suka?"

Ayna hanya mengangguk, karena mulutnya sekarang penuh dengan martabak.

"Mau nambah gak?"

Dengan cepat wanita itu menggeleng, lagi, Arkan mengulas senyuman. Ia tidak makan, melainkan hanya menonton aksi singa kecilnya yang sedang melahap makanan itu.

Beberapa orang yang melintas di dekat mereka hanya menggeleng, ada pula yang tertawa kecil karena gemas dengan cara makan Ayna. Belepotan, persis anak lima tahunan.

"Mas, mau makan?"

"Gak, Sayang. Makan aja, lagian kamu kan yang mau. Kalau aku udah kenyang liat kamu kayak gini, hehe."

"Uh, co cweet. Cium ...."

Arkan tertawa pelan, kemudian mencium kening dan kedua mata sang wanita. Ayna pun melanjutkan ritual makannya.

Lima belas menit berlalu, Arkan menghampiri tukang martabak dan menanyakan berapa harga makanan yang istrinya makan.

"Tiga puluh ribu, Mas."

"Ini dia, Pak. Makasih."

"Eh, Mas. Ini kembaliannya!" teriak si Tukang martabak karena Arkan dan Ayna sudah masuk ke mobil.

Namun, sayang sepertinya Arkan sengaja tidak menghiraukan panggilannya.

"Mas, itu ...."

"Biarin aja, yuk pulang. Udah mau larut."

T b c

Mon maap garing, tenang aja. Bentar lagi tamat kok. Tunggu sampai Ayna lahiran yak 😅 aku tau, kalian udab bosen. Sama.

Bosen kalian karena dari awal sampai sekarang gak pernah ada konflik. Kalo aku, bosen karena nunggu chat dari dia. Uhuk, becanda 😂😂

Yaelah, intinya bosen.
Mungkin dua tiga part lagi tamat. Sebab, bentar lagi puasa. Semoga saja kita dipertemukan dgn bulan suci itu. Aamiin.

Saranghae

Menikahi Gadis Polos [Completed]Where stories live. Discover now