Part 18 & 19

3.9K 224 0
                                    

"Anak kamu?!"

Ayna mengangkat bahu, tidak peduli dengan pertanyaan suami. Sekarang yang terpenting adalah menenangkan boca tersebut.

"Udah, ya. Nanti umma gak beliin es krim, lho."

"Z–zul takut, Umma."

Anak gadis itu menyembunyikan kepalanya di balik kerudung Ayna, membuat si empunya hanya bisa menghela napas panjang. Beginilah Zulaikha saat bertemu orang baru.

"Umma, kita pulang, yuk?"

Arkan yang sejak tadi diam menyimak kini berdiri, ia menghampiri kedua orang di depannya itu. Tanpa aba-aba, ia mengangkat Zulaikha dan membawanya menjauh. Sontak, hal itu membuat Ayna teekesiap.

"Eh, Om? Mau dibawa ke mana dia?"

"Mau aku pulangin." Untuk pertama kalinya Arkan berkata dengan ketus, tetapi Ayna tidak menanggapinya. Ia justru berlari dan menghadang Arkan di depan pintu.

"Enak aja anak orang dipulangin, emang tau rumahnya ada di mana?"

Arkan terdiam sejenak, lalu menggeleng. Ayna mendengkus dan mengambil alih Zulaikha dari gendongan suaminya. Mereka kembali ke ruang tamu.

"Na? Ayna? Hei!"

"Ya Allah, Om. Ada apa, sih?"

"Jawab dengan jujur, dia itu anak siapa dan kenapa bisa-bisanya manggil kamu dengan sebutan 'Umma'?"

"Udah dibilangin anak aku."

"Berarti sebelum kamu nikah sama aku, kamu janda dong? Iya?"

Bugh!

Satu bantal sofa mendarat sempurna di wajah Arkan, diikuti tatapan tajam yang sangat menusuk. Entahlah, Arkan merasa pasokan oksigen mulai menipis.

"Enak aja, aku ini masih gadis pas nikah sama Om, ya. Seenak jidat ngatain janda. Tuh, mulut mau diulek, hem?"

Dengan cepat Arkan menggeleng.

• • •

Kejadian tadi pagi membuat suasana hati Arkan kacau, ia bahkan tidak masuk kantor dan memilih bermalas-malasan di kamar. Sejak tiga puluh menit yang lalu, ia berguling-guling di kasur. Menyebalkan.

Sementara di bawah sana, Ayna dan Zulaikha bermain dengan gembira. Padahal waktu zuhur sebentar lagi masuk.

"Umma, orang tadi siapa?"

"Yang mana, Zul?"

"Paman tadi ... Zul takut ama dia."

"Gak usah takut, Om Arkan baik. Dia itu suami umma."

Zulaikha manggut-manggut meski belum sepenuhnya mengerti ucapan sang ibu.

• • •

Usai salat zuhur, Ayna pun menidurkan Zulaikha. Melihat kesempatan besar untuk berbicara, Arkan segera turun menghampiri istrinya. Ia menarik gadis itu ke dapur.

"Kamu jelasin sekarang, dia siapa, Na."

"Ya Allahu Akbar. Ini manusia, gak denger apa gimana, sih? Zulaikha itu anak ibu sama bapaknya, juga anak aku. Karena orang tuanya lagi dinas ke luar kota, dia pun tinggal sama Umi. Sebelum nikah sama Om, aku tuh sering main bareng dia. Udah paham belum, sih?"

Arkan mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna ucapan istrinya dengan baik. Memang belum sepenuhnya paham, tetapi garis besar yang ia mengerti adalah bahwa Zulaikha bukanlah anak Ayna. Syukur.

"Jadi, kamu gak janda dong?"

Bugh!

Satu bogeman mendarat sempurna di perut Arkan.

Menikahi Gadis Polos [Completed]Where stories live. Discover now