🌧️ 5. Aku Rindu Diriku Sebelum Mengenal Cinta 🌧️

6.9K 757 79
                                    

untuk seseorang yang sedang mencari dirinya yang dulu, dirinya yang belum mengenal cinta, berharapnya kembali, kutuliskan bab ini untukmu

***

🌧️ 05. Aku Rindu Diriku Sebelum Mengenal Cinta 🌧️

***

Sebelum jatuh cinta, semuanya baik-baik saja.

Langit biru musim panas. Cahaya matahari yang hangat. Bunga-bunga bermekaran merah muda. Daun-daun hijau yang ditiup angin. Hati yang baik-baik saja; warna-warni, terorganisir.

Lalu, cinta mengetuk pintu hatimu.

Oh, tidak. Cinta tidak pernah mengetuk pintu hatimu.

Cinta menerobos pintu hatimu, tetapi dengan penerobosan yang lembut.

Tanpa aba-aba. Tanpa langkah kaki yang terburu-buru. Hanya canda-tawa yang halus. Obrolan-obrolan hingga larut malam. Lalu, tahu-tahu, cinta sudah ada di dalam.

Mengacaukan seluruh warna-warni di dalam hatimu.

Mengacaukan warna-warni, tetapi tidak menjadikannya berantakan.

Malah menjadikannya indah.

Perpaduan biru dan merah muda yang menyatu dalam satu kubangan. Warna kuning mengalir tipis-tipis seperti liukan tumbuhan yang merambat. Ornamen jingga tersebar dalam bentuk titik-titik. Dalam hatimu, seperti ada danau. Danau warna-warni. Mungkin, mungkin saja, itu cinta.

Lalu, langit biru musim panas terlihat lebih biru dari biasanya. Cahaya matahari yang hangat terasa lebih hangat dengan seseorang yang kamu cintai duduk di sampingmu. Bunga-bunga bermekaran merah muda seakan menyala terang setiap kali kamu berjalan bersamanya, melewati bunga-bunga itu.

Cinta menjadikan metafora ini terdengar berlebihan, tetapi itulah yang terjadi.

Sebab setelah mengenal cinta, hati ini seperti menemukan rumah yang dulu tak pernah ada. Ada kehangatan yang baru. Ada keteduhan tersendiri. Ada kenyamanan yang tak terungkap.

Namun, lama-kelamaan, cinta jadi terasa seperti obat penenang.

Suatu pagi, kamu bangun dengan kecemasan. Namun, selamat pagi darinya akan membuat hari sedikit lebih baik. Malam harinya, dia akan menjemputmu, mengelilingi kota tanpa tujuan, membawamu lari dari kecemasanmu. Dan, cukup ada dia di samping, tanpa butuh tujuan ke mana harus pergi, tanpa butuh topik lucu untuk menyegarkan suasana, tanpa butuh kata-kata romantis, tanpa butuh materi ini-itu; hanya cukup dia di samping— itu sudah cukup.

Lebih dari cukup.

Dia selalu jadi penenang yang bekerja dengan baik.

Tidakkah ini terdengar seperti... candu?

Karena setiap kali kesedihan mendobrak pintu kamarmu; atau saat kesepian dan kecemasan mencekikmu, kamu selalu bisa menghubunginya. Mungkin, dia akan menemanimu sepanjang malam lewat telepon. Mungkin, dia akan datang mengunjungimu. Apa pun itu, dia selalu jadi penenang yang bekerja dengan baik.

Sungguh, ini jadi semacam candu.

Dia adalah obat yang selalu kamu minum setiap kali merasakan perasaan tak enak dalam hati.

Karena dia selalu berhasil menaklukannya.

Tetapi, hari ini, dia sudah tak ada di sini lagi.

Kisah cinta telah berakhir, tetapi hati masih mencintai, masih berharap.

Sebelum jatuh cinta, semuanya baik-baik saja.

Setelah jatuh cinta, mengapa hati ini jadi begitu lemah?

Sebelum jatuh cinta, kamu mungkin kesepian.

Namun, setelah jatuh cinta, mengapa kesepian terasa semakin intens?

Mungkin, mungkin saja, karena kamu mengonsumsi cinta terlalu berlebihan.

Sedih sedikit, kamu hubungi dia. Kesepian sedikit, kamu hubungi dia. Cemas sedikit, kamu hubungi dia. Hatimu selalu menginginkannya, dan kamu selalu turuti keinginanmu—untuk bersama dia; selalu dia.

Hatimu terlalu terbiasa dengan keberadaannya.

Dan, ini tidak sehat untuk hatimu.

Memang butuh berpisah.

Seperti narkoba, mereka yang mendambakan narkoba akan selalu menginginkannya lagi dan lagi dan lagi. Memang, mereka mendapatkan kesenangan sesaat setiap kali mendapatkan narkoba itu. Namun, mereka jadi terbiasa dengan mengonsumsi narkoba untuk melegakan pikiran sejenak. Terbiasa sehingga melepasnya begitu sulit. Tersiksa. Sakau. Tak tahan. Kembali lagi dengan habit yang buruk itu.

Tidakkah kamu melihat kesamaan pola di sini?

Namun, kabar baiknya, dia tak lagi ada di sisimu; dia tak bisa lagi kamu hubungi; dia tak bisa lagi kamu temui.

Tentu, ini menyakitkan. Tetapi, ini rasa sakit yang dibutuhkan hatimu.

Dan, sebagaimana cinta yang pergi, sakit ini juga akan pergi.

Banyak racun menempel di hatimu. Ini momen-momen pembersihan. Racun-racun itu menempel erat di dinding-dinding hatimu. Proses pengelupasannya memang akan menyakitkan.

Tetapi, pada akhirnya, ia akan bersih lagi.

Seperti sebelum jatuh cinta.

Saat semua baik-baik saja.[]

*

catatan penulis:

jadi, gimana setelah baca bab ini? :") ceritakan kesanmu dong.

harusnya, aku pos 'apa kabar yang tak pernah tersampaikan', ya. tapi nggak jadi, hehe. maaf, ya. tapi aku punya alasan yang lebih baik tentang itu. jadi, buku ini tuh nggak melulu tentang cinta, sebenarnya. porsi utama buku ini ada di perasaan nggak bahagia, perasaan nggak baik-baik saja. tapi, emang, sih, mulainya dari cinta dulu. tapi, makin pertengahan, enggak, kok.

makanya, aku skip 'apa kabar yang tak pernah tersampaikan', biar itu ada di buku aja. aku pengin kamu segera tiba di porsi utama buku ini. oke? :D

lagi dan lagi, aku nggak mau lelah mengucapkan terima kasih buat kamu yang udah mau baca ini. bahkan mau beli buku ini. makasih juga yang mau baca di wattpad dan 'membayarnya' dengan vote, komen, dan support. that means a lot to me, thank you so much yaa.

insyaallah, next, aku akan pos bab yang juga sering di-request, dan itu adalah...

🌧️ 06. Bagaimana Mau Melupakan Kalau Memiliki Saja Tak Pernah? 🌧️

dari judul, udah relate belum sama keadaanmu? :D

Insyaallah, Sabtu besok, 20:00 WIB. PENASARAN? :D

Jadwal upload: Jumat & Sabtu, 20:00 WIB

Buku ini sudah tersedia di Gramedia, Shopee, Bukabuku, Grobmart, Tokopedia, well, everywhere! Tapi, jangan beli yang bajakan, ya. Kalau nemu yang harganya di bawah 50ribu, itu fix bajakan.

Sampai jumpa minggu depan!

- Alvi Syahrin, follow me on IG/Tiktok/Twitter: @alvisyhrn

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now