🌧️ 20. Cara Bahagia di Dunia yang Tidak Membahagiakan 🌧️

2.3K 306 8
                                    

***

🌧️ 20. Cara Bahagia di Dunia yang Tidak Membahagiakan 🌧️

***

Selama ini, kita selalu mencari kebahagiaan lewat hal-hal duniawi.

Kasih sayang keluarga dan kawan. Menghabiskan waktu dengan hobi-hobi yang baik. Membeli barang-barang yang kita suka dan bermanfaat. Jalan-jalan ke tempat yang melegakan hati.

Dan, tak ada yang salah dari itu semua.

Kadang, kita butuh hal-hal eksternal seperti itu. Asal selalu tahu porsinya, ya.

Namun, kita juga butuh hal-hal internal demi meraih kebahagiaan kita.

Mendirikan salat di sepertiga malam. Salat yang sedikit lebih lama, lebih memaknai setiap ayat yang dibaca. Lalu, merapal doa-doa yang panjang, dalam, dan tulus. Sampai keluar air mata.

Atau, berpuasa sunnah di siang hari saat tak seorang pun tahu. Cukup Allah yang tahu. Berharap Allah menyayangimu lewat usahamu mengerjakan amal baik ini.

Membaca Al-Quran. Pelan-pelan. Membaca artinya. Pelan-pelan. Menghayati maknanya. Pelan-pelan. Namun, jangan menafsirkan sendiri, ya. Pahami makna Al-Quran sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ kepada para sahabat, seperti yang telah dirangkum pada buku-buku tafsir seperti Tafsir Ibnu Katsir. Tetapi, lebih baik lagi bila bisa bertanya kepada ahli agama yang berpegang teguh pada ajaran yang sesuai pemahaman para sahabat.

Atau, mungkin, sesederhana mendengar lantunan ayat Al-Quran, sambil membaca artinya.

Juga, berzikir lebih banyak. Berusaha mengingat Allah di setiap waktu, sebagaimana kita terbiasa mengingat orang-orang yang kita cintai nyaris di setiap waktu. Saatnya lebih banyak mengingat Allah lewat zikir-zikir ringan di mulut.

Selama ini, kita sibuk mencari hal-hal eksternal demi kebahagiaan kita. Kali ini, kita butuh hal-hal internal demi kebahagiaan kita.

Rasanya menenangkan; seperti momen saat awan mendung menggelayut, lalu angin berembus sedikit kencang, membawa kesejukan dan aroma tanah basah, lalu rintik-rintik berbunyi di atap rumah, dan kamu berteduh di kamarmu yang hangat. Seteduh itu.

Namun, hal-hal internal seperti ini juga tak bukan sesuatu yang langsung magical. Langsung berhasil. Langsung tenang.

Kadang, butuh usaha berkali-kali. Seperti batu yang butuh banyak tetesan air sampai bisa melapuk.

Kadang, sekali langsung tenang. Lalu, saat sudah tenang, kita jadi lalai lagi, berhenti melakukan hal-hal internal tadi.

Jangan. Jangan karena kita sudah mendapatkan ketenangan yang mendalam, kita jadi lebih lalai.

"Maka, apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)."

 — Quran Al-Ankabut: 65

Janganlah kita jadi orang-orang yang datang kepada Allah hanya saat butuhnya saja. Bahkan saat sudah bahagia, kita lebih harus mendekatkan diri kepada Allah sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah ketenangan yang kita harapkan.

Dan, untuk terus melakukan amalan-amalan baik, juga ada kepayahan.

Maka, sebagaimana kamu berusaha bersabar dari takdir yang tak mengenakkan, bersabarlah pula dalam menjadi hamba Allah yang taat.

Dan...

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

— QS An-Nahl: 97

***

jadi, bagaimana perasaan dan kesanmu setelah baca bab ini? selalu senang baca komentar darimu. :)

anyway, buku ini sudah ada di mana-mana. di gramedia. di shopee. di tokopedia. tapi, tolong, jangan beli yang bajakan, ya. yang bajakan tuh harganya nggak wajar, di bawah rata-rata olshop pada umumnya. kasih tahu kalau kamu udah punya bukunya, ya!

next chapter: 🌧️ 21. Caraku Mencintai Diri Sendiri 🌧️

jadwal update: jumat - sabtu - minggu; 19:30 WIB

ig / tiktok / telegram / twitter: ALVISYHRN ( follow dong! :D )

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now