🌧️ 19. Aku; Seseorang yang Mencoba Baik-Baik Saja 🌧️

2.6K 349 14
                                    

***

🌧️ 19. Aku; Seseorang yang Mencoba Baik-Baik Saja 🌧️

***

Aku mencari. Aku mencoba. Aku berharap.

Untuk memperjuangkan kebahagiaanku.

Mencarinya di segala tempat.

Di balik pintu bernama 'cinta' — keluarga, teman, kekasih. Di balik pintu bernama 'mimpi'. Di balik pintu bernama 'kekayaan'. Di balik pintu bernama 'self-love'.

Mulanya, aku memilih pintu bernama cinta. Warna pintunya warna-warni. Gagangnya hangat. Dan, saat kubuka, kulihat berbagai warna berkilauan seperti warna-warna yang mengabur dari sebuah jendela yang basah oleh hujan. Merah jambu, biru langit, putih susu, kuning bunga matahari, hijau rerumputan segar. Warna-warni. Berkilauan. Bersinar indah seperti bintang-bintang di langit.

Namun...,

Aku tidak sadar bahwa 'Patah Hati' sudah duduk di balik pintu ini, tetapi aku terbutakan oleh warna-warni yang berkilauan ini.

Jadi, aku melangkah menuju pintu berikutnya. Pintu Mimpi.

Dan, ketika kubuka...,

tiba-tiba saja aku sudah berdiri di sebuah tempat yang sangat kudambakan. Di sebuah apartemen di sebuah kota metropolitan di luar negeri, di lantai paling tinggi, kulihat lampu-lampu kota di malam hari, awan-awan, dan hujan, dan ini terasa seperti mimpi.

Namun...,

Aku tidak sadar bahwa 'Kesepian' sudah duduk di balik pintu ini, tetapi aku terbutakan oleh lampu-lampu kota di malam hari, awan-awan, dan hujan.

Sekarang, pintu bernama kekayaan berdiri di hadapanku, dan ketika kubuka pintunya...

Tiba-tiba saja aku sudah duduk di sebuah tempat tidur berukuran king, kakiku di bawah selimut putih berbulu, lampu-lampu neon di dinding, dan ada sebuah jendela yang besar, yang dari sana bisa kulihat... halaman hijau penuh rerumputan segar yang basah oleh embun membentang sejauh mata memandang, dan di tengah-tengahnya terdapat sebuah kolam renang yang luas. Kutatap lagi isi ruangan ini, dan semuanya hitam, putih, abu-abu, dan emas di sini. Aku tak sabar menelepon temanku untuk datang, tetapi...

Aku tidak sadar bahwa 'Hampa' sudah duduk di balik pintu ini, tetapi aku terbutakan oleh interior yang modern serta minimalis ini.

Pintu terakhir. Sebuah pintu yang terdengar menjanjikan. Pintu self-love. Namun, aku tak pernah tahu cara membukanya. Butuh waktu lama seakan semua kunci tak pernah cocok untuk pintu ini. Dan, saat aku berhasil membukanya, kukira hatiku bisa lebih tangguh dan bahagia, tetapi, bahkan masih di langkah pertama, kulihat monster-monster kecil bernama Insecurity dan Kesalahan Masa Lalu merayap seperti ular, menjerat kakiku, menghalangiku untuk lanjut menelusuri self-love ini.

Maka, aku menyerah. Tak tahu harus ke mana lagi. Merasa hidupku tak berguna dan hampa. Bertanya-tanya, "Untuk apa lagi aku hidup?"

Namun, aku tak sadar bahwa masih ada satu pintu yang tersisa.

Pintu yang terlupakan. Pintu yang kukira aku sudah khatam di dalamnya. Pintu yang kusepelekan porsinya karena merasa itu-lagi-itu-lagi.

Pintu itu bernama...

Pintu Mengingat Allah.[]

***

jadi, bagaimana perasaan dan kesanmu setelah baca bab ini? selalu senang baca komentar darimu. :)

anyway, buku ini sudah ada di mana-mana. di gramedia. di shopee. di tokopedia. tapi, tolong, jangan beli yang bajakan, ya. yang bajakan tuh harganya nggak wajar, di bawah rata-rata olshop pada umumnya. kasih tahu kalau kamu udah punya bukunya, ya!

next chapter:

🌧️ 20. Cara Bahagia di Dunia yang Tidak Membahagiakan 🌧️

jadwal update:

jumat - sabtu - minggu; 19:30 WIB

ig / tiktok / telegram / twitter:

ALVISYHRN ( follow dong! :D )

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now