🌧️ 10. Aku Melepaskanmu karena Allah 🌧️

2.8K 392 8
                                    

***

🌧️ 10. Aku Melepaskanmu karena Allah 🌧️

***

Aku selalu percaya satu hal:

Ketika kita melepaskan seseorang atau sesuatu karena Allah, Allah pasti beri balasan yang lebih baik.

Ini bukan kepercayaan buta. Ini juga bukan ucapanku. Ini adalah sabda seorang nabi; penyampai wahyu terakhir, Nabi Muhammad ﷺ.

"Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta'ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu yang lebih baik darinya." [HR. Ahmad]

Dan, janji Allah pasti benar.

Tetapi, kita tak bisa berekspektasi seperti...

Aku sudah meninggalkan, tetapi kok nggak ada balasan baik dari Allah?

Aku sudah melepaskan, tetapi kok malah semakin berat rasanya?

Janji Allah itu pasti, tetapi... apakah kita sudah jadi orang yang tulus dan jujur kepada Allah?

Kita selalu menggembor-gemborkan jujur kepada orang lain, tetapi apakah kita sudah jujur kepada Allah?

Sudahkah kita jujur ketika berusaha melepaskan seseorang? Apakah rela berkorbannya kita terbukti tulus? Atau, hanya mengharapkan balasan baiknya?

Sebenarnya, siapa yang kita lebih cintai? Allah atau balasannya?

Ada sebuah kisah di masa lalu–kisah yang termaktub di Al-Qur'an, dan begitu menginspirasi, dan aku yakin kamu pernah mendengar sebelumnya.

Tentang Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail.

Allah memerintah Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail.

Nabi Ismail adalah anak dari Nabi Ibrahim, dan Nabi Ibrahim sangat mencintai anaknya. Lalu, mendapat perintah ini. Bagaimana tidak bimbang? Bagaimana tidak sedih? Bagaimana tidak berat?

Menyembelih anak sendiri.

Jika hari ini kamu belum tahu rasanya memiliki anak, tak usah jauh-jauh... Bayangkan kamu memelihara seekor kucing sejak kecil, lalu kucing itu tumbuh dan tumbuh, lalu kamu diperintah untuk menyembelihnya, akankah kamu tega?

Tidak mungkin tega.

Padahal itu hanyalah seekor kucing, sebuah hewan yang bahkan tak tahu cara berkomunikasi denganmu.

Lalu, ini, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri.

Dan, sungguh, meski berat, cinta Nabi Ibrahim kepada Allah telah terbukti ketika beliau memilih aturan Allah daripada apa yang dicintainya.

Nabi Ibrahim lebih memilih aturan Allah daripada apa yang dicintainya.

Dan, sungguh, kisah beliau adalah teladan.

Cintanya kepada Allah terbukti.

Dan, ketika beliau merelakan apa yang dia cintai untuk Allah, Allah memberi balasan yang lebih baik.

Allah menggantikan Nabi Ismail dengan qurban sebuah kambing, dan Nabi Ismail... tak jadi disembelih.

Tetapi, cinta Nabi Ibrahim kepada Allah telah terbukti ketika beliau lebih memilih aturan Allah daripada apa yang dicintainya.

Dan, Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sekarang adalah momen kita. Momen untuk membuktikan bahwa kita lebih mencintai Allah daripada apa yang kita cintai.

Memang berat, memang sulit, tetapi ingat...

kita sedang belajar berkorban untuk Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.[]

***

jadi, bagaimana perasaan dan kesanmu setelah baca bab ini? selalu senang baca komentar darimu. :)

anyway, buku ini sudah ada di mana-mana. di gramedia. di shopee. di tokopedia. tapi, tolong, jangan beli yang bajakan, ya. yang bajakan tuh harganya nggak wajar, di bawah rata-rata olshop pada umumnya. kasih tahu kalau kamu udah punya bukunya, ya!

next:

🌧️ 11. Aku Butuh Seorang Sahabat 🌧️

jadwal update:

jumat - sabtu - minggu; 19:30 WIB

ig / tiktok / telegram / twitter:

alvisyhrn ( follow dong! :D )

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now