🌧️ 15. Bahagia Juga Punya Risiko 🌧️

2.5K 361 14
                                    

***

🌧️ 15. Bahagia Juga Punya Risiko 🌧️

***

Bahagia selalu punya risiko.

Aku punya pertanyaan:

"Apakah kamu mau menikah dengan seseorang yang kamu kagumi dan cintai? Dan, nanti, setelah pernikahan ini, pasanganmu adalah seorang yang amat penyayang dan peduli, menghargai setiap momen bersamamu, menghadapi dunia ini seperti sahabat sejati."

Aku yakin, tanpa pikir panjang, kamu pasti mengangguk yakin. Tanpa sadar tersenyum membayangkan hidup lebih membahagiakan.

Tetapi, bagaimana kalau aku tambah detail pertanyaannya?

"Apakah kamu mau menikah dengan seseorang yang kamu kagumi dan cintai? Dan, nanti, setelah pernikahan ini, pasanganmu adalah seorang yang amat penyayang dan peduli, menghargai setiap momen bersamamu, menghadapi dunia ini seperti sahabat sejati.

"Tapi...

"Akan ada hari-hari penuh konflik.

"Akan ada hal-hal yang kamu nggak sangka dia lakukan terhadapmu, atau mungkin sebaliknya.

"Dan, satu yang sudah pasti akan terjadi: Akan ada satu hari ketika dia harus meninggalkanmu. Maut yang memisahkan. Dan, setelah bertahun-tahun tahu rasanya disayangi, satu-satunya orang yang paling kamu cintai ini... harus meninggalkanmu, sendirian lagi seperti masa mudamu dulu di hari-hari yang sudah tak muda lagi.

"Apakah kamu siap menerima risiko ini?"

Setelah kuberi tahu tentang risiko-risiko dari kebahagiaan seperti ini, kamu mungkin jadi berpikir lebih panjang. Mungkin, kamu masih akan mengangguk, tetapi anggukan itu tak lagi setegas sebelumnya.

Dan, senyum yang tadi mengembang? Berganti dengan mata yang memandang objek yang acak seakan melihat sesuatu di kejauhan, lalu ada helaan napas yang panjang, dilanjutkan sebuah embusan napas yang lemas.

Mungkin, kamu akan mempertahankan harapan ini, dan tak ada masalah tentang itu. Siapa, sih, yang tak ingin memiliki momen indah seperti di atas? Tetapi, kita juga harus ingat kalau bahagia selalu punya risiko.

Semua yang ada di dunia ini selalu punya konsekuensi, dan itu normal.

Maksudku mengatakan ini..., supaya kita tidak mengagungkan kebahagiaan seakan-akan kebahagiaan adalah all the things we need, meanwhile, bahagia selalu punya risiko.

Kesedihan mengintai Kebahagiaan, Kebahagiaan selalu menyusul Kesedihan. Selalu beriringan.

Sekarang, aku punya pertanyaan lain.

Kalau aku bertanya, "Apakah kamu ingin jadi seorang yang sukses dan kaya raya? Memiliki pekerjaan yang sesuai impian, finansial yang stabil dan berlebih, punya rumah sendiri."

Aku yakin, tanpa pikir panjang, kamu pasti mengangguk yakin. Membayangkan hidup yang lebih mudah, lebih bahagia.

Tetapi, bagaimana kalau aku tambah detail pertanyaannya?

"Apakah kamu ingin jadi seorang yang sukses dan kaya raya?

"Tetapi...

"Di puncak kesuksesanmu, waktumu bersama keluarga adalah waktu-waktu yang jarang seperti hujan pada teriknya Agustus.

Keberadaanmu begitu berarti untuk bisnis ini sampai-sampai waktu untuk diri sendiri pun tak ada. Berbaring di kamar di hari libur? Lupakan. Ada banyak surel penting yang perlu dibalas. Ada ide-ide yang perlu kamu tangkap sebelum ia lari. Ada para pekerja lainnya yang nasibnya ada pada kinerjamu pula. Kamu orang sukses dan penting, dan tanggungjawab untuk orang banyak adalah kawan karib kesuksesan seperti ini.

Belum lagi, di puncak kesuksesan ini, akan ada oknum-oknum yang berusaha menyabotase pencapaianmu, berusaha menjatuhkan posisimu, meruntuhkan usahamu. Dan, itu sangat mengganggu keadaan mentalmu.

"Apakah kamu mau menerima risiko ini?"

Setelah kuberi tahu tentang risiko-risiko dari kebahagiaan seperti ini, kamu mungkin jadi berpikir lebih panjang. Aku tak yakin kamu mau mengangguk kali ini. Mungkin, kamu akan mengganti harapan.

"Aku pengin yang biasa-biasa aja kalau gitu."

Masalahnya, bisakah kamu merasa cukup dan bersyukur yang dari biasa-biasa itu?

Dalam sesuatu yang biasa-biasa saja juga ada risiko. Semua yang ada di dunia ini selalu punya konsekuensi.

Dan, itu normal.

Maksudku adalah...

Kita ingin bahagia, tetapi kita mendefinisikan arti bahagia menurut kemauan kita. Menurut imaji penuh ilusi kita. Kita ingin bahagia, tetapi kita lupa kalau bahagia itu juga punya risiko. Kita ingin bahagia, tetapi lupa...

kalau hidup itu nggak melulu tentang kebahagiaan, dan itu normal.

Dan, tujuan hidup ini... tak pernah tentang mengejar kebahagiaan.

Kita semua ingin bahagia, berpikir itulah yang kita inginkan dalam hidup ini, tetapi tak ada hidup yang bahagia melulu.

Maka, kita semua mengejar kebahagiaan seolah ia adalah tujuan hidup.

Namun, tujuan hidup ini tidaklah seremeh mengejar kebahagiaan.

Apalagi kebahagiaan yang sebatas berdasar keinginan kita.

Yang selalu punya risiko.

*

Dan, kalau dalam hidup ini kita hanya sibuk mengejar kebahagiaan...

... meranalah kita sepanjang usia...

... karena tak ada hidup yang selalu penuh kebahagiaan.

***

jadi, bagaimana perasaan dan kesanmu setelah baca bab ini? selalu senang baca komentar darimu. :)

anyway, buku ini sudah ada di mana-mana. di gramedia. di shopee. di tokopedia. tapi, tolong, jangan beli yang bajakan, ya. yang bajakan tuh harganya nggak wajar, di bawah rata-rata olshop pada umumnya. kasih tahu kalau kamu udah punya bukunya, ya!

next chapter:

🌧️ 16. Tujuan Hidup Bukan Kebahagiaan 🌧️

jadwal update:

jumat - sabtu - minggu; 19:30 WIB

ig / tiktok / telegram / twitter:

ALVISYHRN ( follow dong! :D )

Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik SajaWhere stories live. Discover now