Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #1

3.6K 492 46
                                    

Malam ini, aku dan beberapa teman kampus sedang kumpul di sebuah kafe. Soalnya ada salah satu dari kami sedang ulang tahun. Dia adalah Manda. Temanku yang pernah diteror Kuntilanak Merah Tol Cipularang.

"Nda, katanya sekarang lu jadi lebih sensitif, Ya?" tanya Hendra pada Manda.

"Jadi lebih sering merinding sama pusing gitu lah, Hen. Terus kadang-kadang, nyium bau aneh ampe mual," balas Manda.

"Kok bisa gitu, Mir?" tanya Hendra.

Aku yang sedang ngemil kentang goreng otomatis berhenti mengunyah. Melotot ke arah Hendra.

"Hen," ucapku.

"Ya, Mir?" balasnya.

"Sekarang kan lagi ngerayain ulang tahun Manda. Napa lu bahas begituan sih!"

"Yee ... penasaran, Mir."

"Tau tuh si Hendra!" timpal Wildan yang duduk di sampingnya.

"Stt!" Hendra menyodorkan nugget ke mulut Wildan.

Aku dan Manda pun tertawa melihatnya.

"Jujur sih, Mir. Gw juga penasaran kok bisa begitu, Ya?" Kali ini Manda yang bertanya. Terpaksa aku harus menjawabnya.

"Gini loh, Nda. Kan lu pernah kesurupan. Bahkan ampe sukma lu dibawa ke dunia mereka. Nah ... otomatis lu pernah melakukan interaksi secara langsung dengan mereka. Jadi aja gerbang di badan lu sedikit kebuka. Efeknya ya itu, jauh lebih sensitif," jelasku.

"Oh, begitu," ucap Hendra.

"Setelah kejadian itu, lu pernah liat si Kunti Merah lagi gak? Atau liat makhluk lain gitu," sambungnya.

"Si Hendra emang ya!" Wildan mencubit perut Hendra. Spontan Hendra berteriak kesakitan.

"Dibilang gak usah kepo masalah begituan!" sambungnya.

"Ntar kalau tuh Kunti Merah datang gimana," sambungnya lagi.

"Kali ini gw dukung lu, Dan. Semongko!" ucapku.

"Pernah liat sekelebatan doang sih," ucap Manda.

"Ah elah, si Manda malah dijawab. Alamat gak bakal kelar ini ampe tengah malem," timpal Wildan.

"Itu bisa ditutup gak, Mir? Gerbangnya," tanya Hendra. Kali ini Wildan sudah tak sanggup berkata-kata lagi. Memilih untuk menghabiskan nugget di hadapannya.

"Susah sih, Dra. Mungkin orang lain bisa, kalau gw sih kagak," balasku.

"Soalnya kan dulu gerbangnya di dobrak paksa. Nah jadi aja engselnya rusak. Berusaha ditutup pun pasti gak bakal rapet banget. Tetep gampang dijebol lagi," sambungku.

"Lucu juga ya, bisa engselnya rusak gitu," ucap Wildan.

"Dulu si Wildan kan pernah kesurupan. Tapi kenapa kagak sensitif sama begituan tuh, Mir?" tanya Hendra.

"Kenapa lu bahas kejadian itu, HENDRA!" Wildan terlihat kesal.

"Sebagai contoh, Dan," balas Hendra.

"Dah mending lu ngemil lagi aja," sambungnya seraya menggeser satu piring kentang goreng ke hadapan Wildan.

"Kalau kasus Wildan itu kesalahan gw. Lupa nutup rapet pintunya," balasku.

Wildan mengacungkan jembol ke wajahku. Tanda setuju.

______

Beberapa saat kemudian, beberapa teman Manda pun datang. Ikut bergabung. Terdiri dari dua orang pria dan satu wanita.

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now