Portal Gaib di Pemandian Air Panas #3

3.7K 535 7
                                    

Aku terus memperhatikan sosok yang ada di samping Sang Ratu. Seekor macan besar berkulit loreng. Tentu saja aku sangat mengenalnya dengan baik.

"Belang? Ngapain di sini?" tanyaku.

"Saya lagi menjalani tugas, menjaga Sang Ratu," balasnya.

"Jadi Sang Ratu ini ...?" Belum sempat aku selesaikan pertanyaan, dia sudah menjawabnya duluan. Seperti tau kemana arah pertanyaanku.

"Iya," balasnya.

Belang, salah satu sosok penjaga yang ada di rumahku. Awalnya aku mengira dia penjaga utama ibu. Namun kehadiran Sang Ratu membuatku mengerti, bahwa ada sosok lain di atasnya.

"Dia salah satu penasehat saya," ucap Sang Ratu.

Sang Ratu memberikan sedikit gambaran, tentang bagaimana wujud asli si Belang pada saat dia masih hidup.

Seorang Kakek yang membawa tongkat kayu, sedang berjalan memasuki istana. Dia sempat berbincang-bincang sebentar dengan Sang Ratu, lalu berjalan ke luar Istana. Dia berjalan, masuk ke dalam hutan, menuju sebuah goa. Di dalam goa, dia duduk bersila, melanjutkan pertapaannya.

"Itu tugas saya, berdoa dan bertapa untuk menjaga kerajaan dari mara bahaya," ucap Si Belang.

*

"Saya mengundang kamu ke sini hanya untuk memperkenalkan diri," ucap Sang Ratu.

"Jadi ... gerbang dan pagar gaib ini, Ratu yang buat?" tanyaku. Sang Ratu hanya menggangguk pelan.

"Tidak hanya saya, ada sosok lain yang ingin berkenalan denganmu," ucap Sang Ratu.

"Siapa?"

"Dia sudah bertemu denganmu sebelumnya."

"Bertemu denganku sebelumnya?"

"Nanti, biar dia saja yang menjelaskan maksud dari tindakannya itu," balas Sang Ratu.

"Sekarang, saya harus kembali ke Kerajaan. Jaga baik-baik ibumu, jangan sampai ada makhluk jahat yang mendekatinya," sambung Sang Ratu seraya membalikan badan, berjalan menuju gerbang gaib. Diikuti Si Belang yang berjalan di belakangnya.

Dalam seketika, gerbang dan pagar gaib di dekat area pemandian pun menghilang. Aku pun membuka mata, melihat area pemandian yang lebih sepi.

*

"Udah belum, Mir? Daritadi gw panggil gak nyaut," tanya Hendra.

"Hah? Kapan lu manggil?" tanyaku.

"Tadi lu anteng bener, nutup mata. Gw kira ketiduran."

"Udah, cuman sebentar aja kok tadi."

"Loh? Kok gw gak liat apa-apa."

"Kan untuk anggota kerajaan aja, Hen."

"Beuh, songongnya berasa pangeran aja. Pangeran Kodok iya."

"Tuh Pangeran Kodok, yang lagi liatin Si Kuning," balasku sambil menunjuk Wildan yang masih melirik-lirik manja wanita di kolam depan.

"Iya daritadi gak kedip-kedip itu anak, padahal kalau tau itu siapa, pasti bakal buru-buru minta pulang." Ucapan Hendra itu membuat kami berdua tertawa kencang.

"Ada apaan ketawa-ketawa?" tanya Wildan menoleh ke arah kami dengan wajah bingung.

"Eh udah sadar dia," ejek Hendra.

"Apaan?"

"Udah puas belum liatin 'Ayang' berendem?" tanyaku.

"Belum, asli cantik, Mir. Baliknya bentar lagi ya," balas Wildan.

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now