Memutus Jerat Pesugihan #4

3.9K 506 7
                                    

Kakek tidak datang sendirian, si Burung Emas ternyata ikut dengannya. Kakek langsung memerintahkan dia untuk masuk ke dalam tubuhku. Supaya anak buah dukun itu tidak bisa menyakitiku lagi.

Aku tak menyangka si Burung Emas memiliki energi yang cukup besar. Badanku yang tadinya terasa dingin, tiba-tiba berubah menjadi lebih hangat. Selain itu, penghilatanku menjadi bertambah. Sekarang, sukma dukun itu bisa terlihat dengan jelas.

*

"Hey, Kakek Tua! Jika kau hebat, tangkap saya!" ucap Si Dukun lalu menghilang dari pandanganku.

"Kemana dia, Kakek?" tanyaku.

"Dia tidak akan bisa pergi jauh," balas Kakek lalu memacu kudanya dan ikut menghilang.

"Loh? Kakek kemana, Kong?"

"Kakek sedang mengejar dukun tadi," balasnya sambil menggigit leher Siluman Ular itu. Ya ... Siluman Ular yang melilitku sampai nyaris pingsan.

"Sekarang giliranmu," ucapnya pada Si Raksasa, sambil menginjak kepala Siluman Ular itu hingga pecah.

"Dasar Monyet Kecil, cuih!" balas Si Raksasa.

Si Kingkong langsung terbang melesat ke arah Raksasa. Dia sama sekali tak peduli dengan hadangan anak buahnya. Dengan satu pukulan saja, anak buahnya sudah terpental jauh.

Aku mengalihkan pandangan, melihat duel maut antara si Belang melawan Siluman Anjing. Duel yang terlihat sangat seru, bagai kucing melawan anjing. Mereka saling mencakar satu sama lain.

"Tuan Brosman," panggilku.

"Ada apa, Amir?" balasnya sambil menyeret dua Genderuwo dengan kudanya.

"Hati-hati teman mereka datang," ucapku.

"Tenang saja, mungkin mereka ingin kuseret juga," balasnya tersenyum.

Puluhan Kuntilanak terbang ke arahku. Diikuti dengan satu Siluman Ular berkepala dua.

"Sepertinya mereka mau menyerang kita," ucapku pada Si Burung.

"Biar saja," balasnya.

Hihihihi ....
Hihihihi ....

Tawa Kuntilanak itu bersahut-sahutan.

"Lebih baik kalian pergi," ucapku.

"Jangan sombong anak kecil, kamu tidak akan bisa selamat dari racunku," balas Siluman Ular itu.

"Ya sudah, terserah."

Si Burung Emas mulai melebarkan sayapnya. Dengan satu kali kepakan, kuntilanak-kuntilanak itu langsung berhamburan.

"Sekarang hanya sisa kamu," ejekku pada Siluman Ular itu. Kemudian, dia mendesis dengan suara nyaring dan mulai membuka mulutnya.

Dari mulutnya itu, dia menyemprotkan cairan berwarna hitam ke arahku. Dengan sigap, Si Burung membuat benteng dari sayapnya, menghalau cairan itu. Efeknya sungguh dahsyat, sampai membakar bulu di sayapnya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku.

"Tidak."

Si Burung kembali melebarkan sayapnya. Terbang ke atas, lalu menghilang.

"Hahahaha ... dia sudah kabur. Sekarang tinggal kamu sendiri, Anak Kecil!" ucap Siluman Ular itu sambil melata ke arahku.

Wus!

Tiba-tiba ada angin besar.

"Dia kembali," ucapku ketika melihat si Burung Emas sedang terbang menukik ke bawah. Dengan cepat paruhnya mematuk kepala Siluman Ular.

CERITA AMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang