02

8.6K 1K 72
                                    

Netra coklat terangnya terbuka secara perlahan.

Apakah ini kematian? Begitu yang ada di pikiran Kenzie. Gelap menyapanya saat ia terbangun.

"Tadi cuma mimpi berarti?" gumam Kenzie.

"Kasurnya empuk"

Kenzie meraba sekitarnya, berusaha mencari selimut tebal untuk menghangatkan tubuh dari suhu ruangan dingin ini.

"Tuan Muda?"

Lampu menyala terang, membuat Kenzie menyembunyikan kepalanya dalam selimut.

"Anda harus bangun, Tuan Askar. Tuan besar beserta kakak kakak Anda sudah menunggu di meja makan. Jam makan malam sudah terlewat 2 menit"

"Gue gak laper" Kenzie bergerak membelakangi pintu, kemudian menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya termasuk kepala.

"Tuan Askar, Tuan Thavilo akan marah jika Anda tidak segera turun"

"Thavilo siapa?" tanya Kenzie.

"Satu satunya ayah kandung Anda, Tuan Muda"

"Hah?" Kenzie menyibakkan selimutnya dan langsung berbalik menatap pria yang berdiri di dekat pintu.

"Ayah gue cuma si bajingan Kevin itu!" ucap Kenzie bingung.

"Maksud Anda?"

Mata Kenzie terbelalak ketika menyadari siapa pria yang berdiri di dekat pintu itu.

"Pak Fael ngapain di rumah Saya?!!" seru Kenzie seraya bangun dan beringsut mundur sembari mengeratkan selimut.

"Saya memang berkerja disini, Tuan" ujar Fael bingung.

"Tunggu apa? Dunia pasti gak bener nih!"

"Ashhhh" Kenzie meringis saat merasakan nyeri tertahan di kedua lengannya, terdapat bercak darah mengering di sana.

"Ini mimpi pasti" gumam Kenzie saat menyadari goresan goresan di kedua lengannya itu. Kenzie memperhatikan setiap garis menuju ke arah mana.

"Luka baru ini...." Kenzie menoleh ke sana kemari mencari benda tajam. Netranya menangkap sebuah cutter di dekat tempatnya berbaring.

"Cutter-nya diarahin memutus nadi. Dengan kata lain, g-gue tadi coba bundir? Gue loh, psikolog terkenal dari Argantara" gumam Kenzie.

"Pak! Ambilin kotak p3k!" seru Kenzie pada Fael, ia segera berlari menuju kamar mandi dalam kamar itu. Kenzie membasuh lukanya pada air mengalir.

"Apa gue secara gak sadar melukai diri sendiri? Apa gue kena kepribadian ganda? Mustahil! Gue menjaga mental gue tetep sehat walau bajingan Kevin itu terus nuntut kesempurnaan" cerosos Kenzie.

"Tuan Muda. Ini kotak p3k-nya" Fael muncul sembari membawa kotak p3k.

"Besok, kotak p3k-nya taruh di deket wastafel sama deket meja belajar ya, Pak" pinta Kenzie.

"Baik, Tuan Muda"

Kenzie dengan telaten membersihkan lukanya. Mulai dari membasuhnya dengan air, dikeringkan dengan tisu, dan dibalut dengan kain kasa berserta perban.

"Selesai!" seru Kenzie semangat.

"Tuan Muda, Anda bisa memanggil Saya dengan sebutan 'Om' seperti biasa. Saya permisi. Ada hal yang perlu Saya urus, Anda juga harus segera ke meja makan. Tuan Thavilo dan yang lainnya sudah menunggu" pamit Fael. Kenzie mengangguk malas.

Ia masih bingung kenapa bisa ada Fael di kediaman Argantara, lalu siapa juga Thavilo?

Kenzie dengan malas membereskan kotak p3k, kemudian menatap dirinya di pantulan cermin wastafel.

AlaskarWhere stories live. Discover now