05

6.8K 922 43
                                    

"Kakak...?" Arsky tertegun, punggung kecil itu, mengapa mengingatkannya pada sang kakak yang telah berpulang?

"Ah, gak mungkin." Remaja itu meraup kasar wajahnya.

Sementara Askar menghela nafas lega, jantungnya serasa pindah ke otak sesaat setelah Arsky memanggilnya 'kakak'.

"Gue Abang lu, bego!! Kenapa lu malah ngelindungin musuh gue, hah?!" sentak Arsel tak suka. Askar menatapnya dengan remeh.

"Abang? PERNAHKAH LU SEKALI AJA peduli sama gue?" tanya Askar dengan suara bergetar.

"Gue tanya sekali lagi, Sel! Pernah gak lu ngelindungin gue waktu gue kena bully? GAK PERNAH, SEL!! LU BAHKAN GAK TAU KALAU SELAMA INI GUE KENA BULLY 'KAN?!!" teriak Askar emosi. Ia ingin meluapkan semua yang dialami pasien kesayangannya, sang pemilik raga yang kini ditempatinya.

"Lu cuma peduli Clara, Clara, Clara, DAN CLARA!!! Dengan dalih dia masih bermarga yang sama kayak kita, dia bisa dapetin kasih sayang keluarga! LANTAS, GUE JUGA PUNYA MARGA YANG SAMA, KENAPA GUE GAK BISA DAPAT KASIH SAYANG ITU, SEL?!!"

"Dan sekarang, lu punya hak apa untuk gak terima ketika gue malah ngelindungin orang lain, huh?"

Grep.

Askar tertegun, ia sontak menatap pergelangan tangannya yang dicekal oleh Arsky.

"Cukup. Udah, gak perlu dilanjutin." Arsky menarik Askar dalam gendongannya, kemudian pergi dari lapangan seolah tak terjadi apa apa.

"Brengsek lu, SKY!! BALIKIN ADEK GUE!!" Arsel hendak mengejar Arsky, tapi tangannya lebih dulu ditarik oleh seorang gadis.

"Abang gak apa apa?" Gadis itu, Clara menatap penuh khawatir pada Arsel. Pemuda itu urung untuk mengejar Askar, dan lebih memilih menenangkan Clara yang khawatir padanya.

Di sisi lain Askar cukup terkejut, karena Arsky yang menggendongnya, belum lagi wajah putra bungsu Kevin Argantara itu nampak datar.

Askar shock, mana adiknya yang periang? Mana adiknya yang cerewet? Mana adiknya yang selalu bercerita tanpa memperdulikan topiknya menarik atau tidak?

Kenapa adiknya berubah? Datar, cuek, dengan tatapan dingin yang seolah menusuk mata.

Keculek😭

Sekarang Askar tau kemana Arsky membawanya, tak lain dan tak bukan adalah unit kesehatan sekolah alias UKS, di sana Askar dibaringkan di atas brankar, kemudian Arsky duduk di kursi sebelahnya.

"Hah? Lu ngajak gue bolos?" tanya Askar tak percaya.

"Hm." Hanya deheman yang Askar dapatkan, tapi ia peka, adiknya mengiyakan pertanyaannya.

Padahal setiap bercerita padanya, Arsky selalu berkata ia tak pernah bolos, paling kenakalannya hanya sekedar berantem dengan cowok.

"Gimana lu bisa dengan santainya bolos, hah? Dimarahin Ayah mampus lu!" Askar meringis, kenapa ia lupa jika ia bukan lagi Alaskar Kenzie?!

"Ayah...?" beo Arsky yang merasa heran karena Askar menyembut 'ayah' seolah Ayahnya adalah Ayah Askar juga.

(Tapi emang bener)

"Maksud gue, Ayah lu, gak takut lu dimarahin sama b-bokap lu?"

"Gak. Gue gak takut sama si brengsek itu," ucap Arsky. Benar-benar terdengar jelas nada tak suka di kalimatnya.

"Seburuk-buruknya Ayah lu, lu gak boleh ngatain beliau, tanpa Ayah lu, lu mana sanggup bertahan hidup?" Askar tak suka, ketika adiknya berbicara buruk tentang Kevin, Ayahnya.

Meskipun sudah berkali-kali dikasari oleh Kevin, Askar sadar, ia tak akan hidup selama 23 tahun jika bukan karena Kevin yang merawatnya. Apalagi setelah kematian Bundanya.

AlaskarDär berättelser lever. Upptäck nu