10

5.6K 635 41
                                    

Malam harinya Kevin dan ketiga putranya hendak kembali ke kediaman Argantara, tetapi Askar terus merengek ingin ikut, tentu saja mengundang perdebatan Kevin dan Thavilo.

"Tidak!"

"Itu tidak masalah untuk Askar menginap di kediaman Argantara," ujar Kevin mengundang tatapan tak suka dari Thavilo.

"Sekali tidak ya tidak!" balas Thavilo kesal.

Levan dan Kenzo kompak menghela nafas mendengar ayah mereka saling berdebat.

"Mas Kendra, Askar mau ikut, boleh ya? Ya? Ya?" Askar memeluk kaki Kendra dengan erat.

Sejenak Kendra terhenyak, teringat tentang Alaskar Kenzie. Kendra selalu mengabaikan panggilan itu, bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia mendengar suara Kenzie memanggil namanya.

"Mas Kendra ... Ish!" Askar mengembungkan sebelah pipinya, hal tersebut mengundang pekikan tertahan dari Arsky dan Arsel.

"Askar gak mau sama Avas aja?" Alvas berusaha membujuk lagi setelah seharian didiamkan oleh Askar.

"Gak! Avas cuek! Mending pacaran sama HP sana!" balas Askar kesal.

"Mas!" Arsky menyenggol lengan Kendra yang masih terdiam.

"Mas Kendra, Askar ikut ya?" Askar menggoyangkan kaki Kendra agak kencang.

Kendra lantas tersadar, ia menggendong Askar dengan satu tangan. "Askar mau ikut Mas?" tanya Kendra yang diangguki antusias oleh Askar.

"Izin sama Daddy dulu, kalau dibolehin nanti ikut Mas pulang," ucap Kendra seraya tersenyum tipis.

"Daddy!!" seru Askar. Thavilo menoleh ke arahnya, menghentikan perdebatan dirinya dengan Kevin.

"Ya?"

"Askar ingin ke rumah Ayah, ya? Ya? Ya?" pinta Askar dengan puppy eye.

"Lihat? Putramu lebih suka bersamaku," ujar Kevin dengan nada sombong.

"Ck, aku tidak berbicara padamu," kesal Thavilo.

"Ya, Daddy, ya?" Askar merengek. Hampir tantrum jika Thavilo tidak segera mengangguk menyetujui.

"Yeay!" Binar bahagia terlihat jelas di wajah Askar, sementara wajah Thavilo masam.

"Jaga putraku! Jangan sampai dia terluka!" Thavilo menatap tajam pada Kevin.

"Aku paham," balas Kevin. Mereka tak lagi menggunakan bahasa formal, karena Askar yang memaksa.

Thavilo mengambil Askar dari gendongan Kendra, menatap netra Askar dengan lembut. "Jadi anak baik, oke? Tidur tepat waktu, dan jangan berlarian. Daddy sayang Askar."

Keluar, kata-kata yang tak pernah Thavilo ucapkan pada si bungsu. Sejujurnya ia tak tahu mengapa ia membenci Askar dulu, mungkinkah karena hasutan Calista? Maka betapa bodohnya Thavilo karena mempercayai orang asing.

"Askar sayang Daddy juga, kalau gitu Askar mau nginap di rumah Ayah 2 minggu ya?" Askar cemberut begitu mendapat penolakan Thavilo.

"2 hari saja. Setelah itu Daddy akan berusaha memaksa Om Kevin untuk tinggal bersama kita." Thavilo sengaja menekan sebutan Kevin.

Mana rela ia membagi Askar dengan orang lain, huh?

"Beneran? Ayah bakal tinggal sama Askar? Askar mau bobok bareng Ayah sama Daddy!" ucap Askar semangat.

Wajah Thavilo makin masam. "Sudahlah. Sepertinya Askar lebih sayang pada Om Kevin."

"Askar sayang Daddy sama Ayah kok! Sayang dua-duanya!!" seru Askar. Thavilo menatap Kevin dengan wajah sombongnya, seolah berkata 'Askar menyebutku lebih dulu dibandingkan kau.'

AlaskarWhere stories live. Discover now