06

7K 920 79
                                    

Askar berkali-kali menghapus air matanya yang seolah tak mau berhenti mengalir, kertas lipatan berisi coretan pena Eljio kini basah akibat tetesan air matanya. Askar bahkan memukul dadanya sesekali karena rasa sesak.

Tulisannya memang simple.

Ini bukan salah Mas Dokter.

Mas Dokter tak pernah gagal sebagai psikolog terbaik Argantara.

Cukup 2 kalimat, sesak dan tangisnya tak terbendung lagi.

Di saat Abang, Mas, dan Ayahnya tak menerima dan terus menentang profesinya sebagai psikolog, ada Eljio yang senang dengan kehadirannya di dunia psikolog.

Di saat Abang, Mas, dan Ayahnya selalu berkata bahwa dirinya gagal, ada Eljio yang selalu berkata ia berhasil.

Askar akui, ia lemah, menyangkut semua tentang keluarga, dan pasien kesayangannya.

"Tidak bisakah Jio jadikan Mas Dokter sebagai alasan untuk bertahan, hm?"

Lagi, kalimat tak terjawab terucap dari mulut Askar.

Ia tetaplah gagal, gagal mempertahankan kehidupan dari pasiennya.

Dokter macam apa dia?

Kata orang, Dokter psikolog sepertinya adalah yang paling mudah. Tak perlu memegang jarum suntik, pisau bedah, hanya mendengarkan curhatan pasiennya, memberi obat penenang, dan mendapat uang.

Mereka tak pernah memikirkan bagaimana kondisi mental jika terlalu lama diabaikan.

Mereka tak pernah berpikir bagaimana menenangkan seseorang yang sudah hampir gila karena kenyataan.

Mereka hanya menganggap remah orang-orang yang punya gangguan mental. Padahal bisa saja keadaan mental mendorong mereka berbuat nekat.

Sama seperti Jio.

"Tuan Muda." Suara Fael menginterupsi, Askar dengan cepat menghapus air matanya sebelum Fael membuka pintu.

"Mari Saya mandikan Anda, sudah sore." Askar mengangguk, mengikuti langkah Fael menuju kamar mandi.

Sudah dimandikan Fael, bermain Mr. Duck milik Jio yang seingat Askar, ia pernah memberikan bebek karet pada Jio saat Jio konsultasi dulu.

Fael terkekeh melihat Askar asik bermain dengan Mr Duck. Yeah, biarkan mantan dokter psikolog itu bermain bebek karet dan jangan singgung soal umurnya.

Selesai memandikan Askar, Fael hendak meletakkan Mr Duck ke tempat penyimpanan mainan Askar, tapi remaja itu menolak untuk melepaskan Mr Duck.

"Tuan, Mr Duck ingin tidur di penyimpanan mainan, jadi lepaskan oke?" Askar menggeleng, ia menyembunyikan Mr Duck di belakang tubuhnya. Fael pasrah, membiarkan Askar membawa Mr Duck bahkan saat Fael memasangkan baju untuknya.

Pukul 7 malam, makan malam sudah dimulai, Askar masih memegang Mr Duck sembari menatap malas menu makan malamnya.

Askar sungguh tak punya nafsu makan kali ini, moodnya buruk, dan Thavilo menyadari hal itu.

"Askar, makan." Suara Thavilo tak membuat Askar segera membuka mulut, bahkan suapan Fael pun diabaikan.

Thavilo akhirnya menghampiri Askar, membawa Askar dalam gendongannya dan mendudukkan diri di kursinya kembali, dengan begitu Askar berada di pangkuan Thavilo.

"Fael, kemarikan." Fael yang peka segera memberikan menu makan Askar pada Thavilo, membiarkan pria 44 tahun itu menyuapi Askar.

Askar hanya menatap tanpa ada niatan untuk menyambut suapan Thavilo, dan malah sibuk bermain dengan Mr Duck.

AlaskarWhere stories live. Discover now