08

6.4K 945 46
                                    

"Om Fael, sebenarnya Askar hidup untuk apa?"

Ruang makan mendadak hening, bahkan Clara dan Calista sama sekali tak membuka suara ketika pertanyaan Askar terlontar pada Fael.

"Kenapa Anda berucap seperti itu?" Fael tak mengerti, bukankah Askar baik-baik saja kemarin? Remaja itu masih semangat meskipun kemarin sempat demam, tapi kenapa tiba-tiba Askar menanyakan sesuatu yang menakutkan seperti ini?

"Om, Askar ingat kenapa Askar bertahan di saat Daddy dan Abang gak peduli sama Askar."

"Gue ingat, alasan kenapa gue bertahan di saat Ayah dan Mas Kendra gak peduli sama gue."

"Alasan itu sudah hilang, Om. Orang yang menjadi semangat hidup Askar sudah tertidur, lantas apa gunanya Askar hidup? Dia sudah tidak ada, lantas adakah alasan lagi untuk Askar bertahan?"

"Tuan Askar, tidak bisakah Anda menjadikan Saya alasan untuk Anda bertahan juga?" tanya Fael tanpa ragu, kedua tangan besarnya menggenggam tangan Askar.

"Tuan, bisakah Saya egois dan meminta Anda menjadikan Saya alasan untuk Anda bertahan?" tanya Fael sekali lagi, matanya berkaca-kaca, dan fokus kepada Askar.

"Bukankah masih ada yang lainnya? Dokter Kenzie memang sudah tidak ada, tapi bukankah masih ada Saya, Tuan Thavilo, Tuan Arsel, dan Tuan Arsky?" Fael kembali berbicara.

Ia tak mau Askar menyerah secepat ini. Tuan Mudanya berubah, Fael tahu, Fael peka, ia kira perubahan Askar bisa menjadi sesuatu yang baik untuk ke depannya.

Fael berharap perubahan Askar bisa membuat pandangan Thavilo dan ketiga putranya yang lain berubah, sekaligus berharap bahwa Calista dan Clara tersingkirkan dari keluarga Dirgantara.

"Arsky?" gumam Askar, ia baru teringat adiknya.

Wajah bahagia, senyum, dan tangis Arsky waktu itu terpikir begitu saja.

Askar tertawa hambar, kenapa ia baru menyadari, masih ada satu lagi alasan untuknya tetap bertahan.

Adik satu-satunya.

"Om Fael, dada Askar sesak," adu Askar. Fael memeluknya dan Askar menangis. Terisak di pundak pengawal Eljio.

Ia, Alaskar Kenzie Argantara, alasan kenapa Eljio bertahan di tengah kepahitan dunia.

Dia, Alaskar Kenzie Argantara, punya dua alasan untuk tetap bertahan, Eljio dan Arsky.

Semudah itu, dan Askar bisa-bisanya melupakan hal sesederhana itu.

"Drama apa lagi yang dimainkan putramu, kak?! Seperti orang gila saja!" Calista berujar sinis pada Thavilo.

"Kak Askar memang haus kasih sayang ya? Sampai pura-pura stress gitu?" Clara ikut berucap sinis pada Askar.

Tapi Askar tak peduli, ia tengah menertawakan diri sendiri yang melupakan alasan kenapa ia hidup.

"Calista, Clara, jangan berlaku tidak sopan!" tegur Thavilo.

"Katakanlah saja kau malu punya putra gila sepertinya!" balas Calista tak tahu keadaan.

"Calis—"

"Tante, sejak Saya bangun dari tidur waktu itu, Saya terus memperhatikan Anda, semakin Saya perhatikan, semakin kelihatan jika Anda benci dengan Saya." Askar memotong ucapan Thavilo.

Ia mendongak, menatap Calista dengan tatapan malas. Tunggu, mata sembab, pucuk hidung memerah, ah imutnya. Thavilo saja terpana.

"Bisa katakan alasan Anda membenci Saya?" tanya Askar, ia terbiasa hidup dengan menghindari masalah.

"Saya curiga Anda menghasut keluarga Saya untuk membenci Saya." Askar meminta Fael memangkunya sembari masih berbicara dengan Calista.

"Apa ini berhubungan dengan harta warisan juga?" Askar menaikkan sebelah alisnya menuntut jawaban dari Calista.

AlaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang