>SMA?<

36.8K 3K 62
                                    

.

.

.

Ethan sudah tiga minggu lebih berada di dalam mansion dan hidup di kehidupannya yang kedua. Baru dan asing.

Di tambah seminggu ia di rumah sakit, 1 bulan beberapa hari ia sudah menjalani kehidupan setelah mati.

Ia masih tidak mengerti apapun, Ethan juga diam saja saat di perlakukan seperti bayi.

Tidak memberontak.

Dirinya juga masih takut jika keluarganya yang baru mulai memakai intonasi suara rendah, seakan akan itu meng-intimidasi.

Ia merasa seperti santapan hewan buas, mereka juga terlihat senang saat dirinya mengkerut takut.

Mereka tersenyum senang saat dirinya menangis lirih. Terkadang mencicit membuat suasana hati mereka lebih membaik.

Ethan masih tidak paham.

"Angel .. "

Tubuh mungil yang sedang di pangku di paha Alex, mendongak.

Menarik botol dot dari celah bibirnya. Hari ini tidak seperti hari biasa.

Karna semua orang sedang berkumpul di ruangan yang biasa ia gunakan untuk menonton kartun.

Di samping kanan Alex ada Sagara yang memainkan gawai. Di kiri ada Kevin yang baru saja duduk membawa selimut putih kecil.

Menutupi pahanya yang ter ekspos bebas. Senyum miring itu di tujukan untuknya.

"Eung?"

Rangga membuang muka, dia ini suka gemas dengan adiknya yang sekarang. Tapi suka kesal juga kalo inget sikap adiknya yang dulu.

Tangan kasar Alex menyisir lembut mahkota cokelat anaknya, menguar wangi vanilla yang sangat kentara.

"Mau sekolah?"

Ethan berjengit, tidak! Ia tidak mau keluar rumah, Di luar dunia terlalu menakutkan untuknya, Ethan tak mau mengulangi kehidupan di luar, semua orang tak sebaik apa yang bunda bilang.

Di dalam rumah saja, ia suka merasa takut. Apalagi jika ia berkeliaran di luaran sana.

" .. no!"

Ethan merasa dirinya sangat cengeng.

Kepala itu menggeleng ribut, tubuh kecilnya bangkit. Berbalik ke arah sang papa, Alex menyerngit ketika merasakan tubuh anak bungsunya bergetar.

Memeluk leher Alex dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher yang lebih tua.

Ia juga menggelengkan kepalanya, terkesan lemah.

"No! .. it's scary .. papa!.. no Papa .. "

Mereka semua terkejut, adiknya kenapa? Tidak ingin keluar rumah? Bukan kah itu keinginannya setiap saat?

Ah, mereka lupa.

Ethan kan lupa ingatan, mungkin saja kebiasaan buruknya juga terlupakan?

"Hey, hey Angel .. "

Alex mengusap punggung sempit anaknya, pelan dan penuh kelembutan. Mengecup puncak kepala yang lebih kecil darinya.

Ethan menatap papanya, bulu mata itu basah, pipi dan pucuk hidungnya yang memerah dengan bibir mengerucut sedih. Ethan tidak mau keluar dari rumah.

Bagi mereka, adiknya sangat cantik saat menangis.

"Kenapa, hm? Bukankah sekolah enak? Banyak teman ... "

E-than ✔Where stories live. Discover now