>who's Saga?<

24.9K 2.2K 120
                                    

.

.

.

"Pegang botol dot mu, Sweety ..!"

   Ethan mengambil botol berisi susu cokelat yang di sodorkan abang keduanya, manik boba itu menatap sayu lantai putih berbau obat.

Di kedua tungkai kakinya di pasang kaos kaki berbulu lembut, Rangga juga tadi memakaikan sweater berbahan halus agar tak melukai sang adik.

Celana yang di pakai juga sangat lembut dan pendek, lagipula anak kedua Alex itu tak akan membiarkan tubuh Ethan terekspos. Akan ia pakaiakan selimut kecil berbulu halus.

"Papa?" Ethan mencicit sambil meremat ujung kemeja Rangga.

"Papa dan yang lain akan menyambut kita di rumah, Ethan sama mas dulu, ya?"

Mahkota cokelat itu bergoyang saat sang empu mengangguk lemah, botol dot di kedua tangannya ia genggam erat.

Hatinya berdesir tidak nyaman, ia takut jika keluar dari ruangan ini semua orang akan menatapnya aneh, atau di antara mereka ada yang tiba tiba memukulnya.

Ethan takut.

"Mas .."

Rangga masih sibuk memasukan baju dan dalaman ke dalam tas, ia tak mendengar suara adiknya kendati Ethan hanya mencicit dan tak berani mengeluarkan suara.

"Mas .."

Ethan memilih turun dari atas brankar, kakinya berjalan pelan ke arah Rangga.

Grep!

"Mas .." Lirihnya, Ethan memeluk erat pinggang Rangga, wajahnya ia sembunyikan agar sang abang tak melihatnya.

"What hapend, Sweety?"

Rangga berbalik, mendudukan diri di sofa lalu mengangkat tubuh adiknya ke atas pangkuan, pipi bulat itu ia tangkup. Kedua manik boba adiknya ia kecup lembut.

"Kenapa, hm?" Rangga bertanya dengan lembut, karena ia yakin sang adik akan takut dengan suara keras.

Bahkan tadi malam hanya buku yang jatuh dari atas nakas anak itu sudah menutup kedua telinga sambil memejam erat.

"Ethan .. takut, nanti di luar ketemu orang jahat."  Sampai dirinya sendiri saja tidak berani mengeraskan suaranya.

Untung saja mereka sekeluarga mempunyai pendengaran yang tajam, jadi tidak akan ada yang tidak mendengar lirihan anak itu.

"Ssst ... Nanti mas gendong, Ethan ngumpet di badan mas aja, oke sweetheart?."

"Um!"

><

   Selama di perjalanan menuju parkiran, Ethan terus menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rangga.

Ia benar benar tak berani, bahkan jika hanya sekedar mengintip saja.

Saat sudah menaruh barang barang di kursi belakang, Ethan merengek tak ingin duduk sendirian.

Jadi, dengan agak susah Rangga menggunakan seatbealt untuk dua tubuh, sangat di untungkan Ethan mempunyai tubuh yang kecil.

Kedua jemari bantet itu memegang dot yang sedang ia kenyot dengan rakus, matanya menatap jalanan sesekali terpejam.

Sedangkan Rangga fokus menyetir sambil menggunakan satu tangan untuk mengirim pesan di ponselnya, memberitau jika ia sudah di jalan.

E-than ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang