>Villa<

27K 2.4K 54
                                    

.

.

.


"Abang, terlalu pendek..."

Pengaduan dengan suara kecil itu Ethan lontarkan saat merasakan paha dalamnya di terpa angin.

Sagara acuh, ia lebih memilih melilitkan selimut berbulu lembut hingga adiknya terlilit seperti bayi di bedong.

Aku bisa gila.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan raut penuh kekesalan di wajah Rangga juga raut datar dari kevin, keduanya diam menatap Ethan yang sedang berusaha menggerakan tangannya.

"Eh? Mas? Kakak?"

  Mendengar lirihan dari yang lebih kecil, anak sulung Alex itu berbalik menatap dingin kedua adiknya yang sedari tadi terus mengganggu persiapan mereka.

"Tidak."

Rangga yang baru saja membuka mulut terpaksa di bungkam dengan satu kata dari Sagara, abangnya.

Padahal jelas jelas ia belum melontarkan satu kata pun.

Kevin mendengus, pemuda yang di kenal misterius itu memilih pergi menjauh meninggalkan satu abangnya yang sibuk mendumal.

" .. Abang?"

"Hm?"

Ethan menatap sagara, lalu mengalihkan pandangan ke arah seseorang yang masih berdiam diri menatap mereka sambil menyender di pintu.

"Bareng bareng aja? Please?"

Sagara menghela nafas, tanpa sepengetahun adik bungsunya ia melempar bantal ke belakang, anak sulung itu mengecup kening Ethan membuat yang lebih kecil memejamkan mata.

"Gak akan, kan papa cuma ngizinin kita berdua--"  Jemari besarnya menyisir lembut rambut dengan wangi vanilla. "--tidak dengan mereka," Perubahan wajah yang tiba tiba membuat Ethan lebih memilih bungkam.

  Sagara mengangkat tubuh adiknya yang terselimuti, ia senderkan kepala kecil itu ke dadanya.

Saat mereka berbalik hanya ada bantal biru langit dengan gambar kartun bus yang bisa bicara sedang tergeletak di depan pintu.

"Eh?" Ethan menatap wajah abangnya yang terlihat cuek saja lalu mereka melewati bantal mengenaskan itu.

"Bantal Ethan .." Lirihnya.

><

Setelah melewati perdebatan panjang antara saudara, sekarang mereka berempat sudah berada di depan pintu kayu dengan wangi khasnya.

Ya, Rangga dan Kevin memaksa untuk ikut, di awali perdebatan ringan, rengekan Rangga, ucapan dingin Sagara lalu berakhir permohonan Ethan.

Memang semua akan lemah pada waktunya.

"Abang, villanya Ethan suka!"  Mata itu menyipit karena tersenyum, kedua telapak tangannya mengepal ke atas.

Rangga memeluk Ethan dari belakang, ia gerakan pelukannya ke kanan dan ke kiri membuat Kevin mendengus kasar.

"Lucuunyaa," Gumam Rangga.

Sagara menyentak lengan berotot sang adik pertama, matanya menyorot tajam sambil mengangkat tubuh mungil Ethan ke gendongan.

Tadi sebelum sampai di depan pintu, anak itu merengek lirih meminta jalan karena ingin menikmati rumput lembut tanpa alas.

E-than ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang