>No!<

35.7K 2.9K 99
                                    

.

.

.

   Hari ini, hari ulang tahunnya yang ke-17, atau 13? Ah entahlah. Sudah beberapa bulan ya ia bangkit dari kematian?

Sifatnya tidak berubah, karna sejatinya ia hanyalah anak berumur 13 tahun.

Teman teman juga kolega papa Alex di undang ke acara yang di gelar tepat di pelataran halaman mansion, juga beberapa teman dari Kevin.

Karna ia tak mau jauh dari rumah, Ethan tetaplah Ethan yang masih tabu dan terlalu takut dunia luar.

"Hey, baby. Kau senang?"

Dan sekarang tubuh mungilnya sedang berada di pangkuan abang pertama, sambil menikmati brownis yang nikmat dan manis.

"Yes!"

Ia senang saat teman temannya memberikan banyak kotak kotak dengan berbagai warna dan motif, mereka bilang itu hadiah ulang tahun.

Ia jadi teringat, bunda dan ayah juga suka memberinya kado. Saat tanggal ... berapa ya? Mengapa ia lupa?

Hm?

Ayo otak, ingatlah!

Akhir akhir ini juga ia melupakan segala hal di kehidupannya yang pertama, yang ia masih ingat hanya seorang perempuan yang ia panggil 'bunda' juga 'ayah'. Kelaparan. Kesedihan. Kerinduan. Makam.

Juga ... bentakan seorang perempuan.

Sepertinya ingatan ia menyusut. Ya, pasti itu!

"Sweety, lihat! Mas bawa apa? "

Rangga menunjukan sebuah boneka beruang cokelat di hadapan adiknya. Tapi justru yang terlihat bukan ekspresi yang ia inginkan malah ketakutan yang ia dapatkan.

"No! Ga mau ... jangan .. sakit," ia merengek dan terus mencoba menjauh dari hadapan boneka itu, "abang, ga mau! No.. "

Sagara mengangkat tubuh adiknya yang bergetar, menatap boneka teddy di genggaman adik pertamanya dengan alis mengkerut bingung.

Kenapa?

"No! No teddy .. sakit." ia terisak kecil.

Ethan benci rasa sakit, teddy itu mengingat kan ia dengan rasa sakit di kepala juga tubuhnya. Bagaimana kendaraan itu menghantam keras dirinya, hingga terpental beberapa meter di sertai gesekan aspal jalanan.

Rasa sakit pertama yang membuat ia meregang nyawa. Rasanya sangat sakit untuk ia yang masih tidak bisa menahan rasa sakit jatuh dari sepeda.

"Ssst .. don't cry baby, Mas rangganya udah buang boneka itu."

Para tamu hanya mengalihkan pandangan saat di tatap manik setajam dan sedingin itu oleh Sagara.

Oh ayolah, mereka mana mungkin sudi membiarkan wajah cantik adiknya ketika menangis di tatap secara gratis.

Alex mengambil alih tubuh yang masih saja bergetar, tidak sehebat tadi karena sekarang getarannya terasa lemah.

"Papa .. no teddy!" Lirihnya.

Alex mengelus tengkuk putih si bungsu, " yes Angel, tidak ada teddy."

Teman teman sekelasnya melongo, sikap dan perlakuan Nathan terhadap mereka memang berbeda dari Nathan biasanya, yang ketus dan selalu mengumpat. Yang gemar bertarung juga mengikuti ajang balap, yang berandal juga selalu hadir di kost salah satu murid.

Tapi tidak pernah mengira bahwa sebeda ini, sejak kapan keluarga itu mau memanjakan anak terakhirnya? Setelah masalah 3 tahun kematian istri dari Alex?

E-than ✔Where stories live. Discover now