[17] pagi yang mengejutkan

33.3K 2.5K 5
                                    

Matahari perlahan masuk lewat cela-cela gorden putih yang menghiasi jendela kamar Amara. Mata cantik itu beberapa kali mengerjap lalu tangannya bergerak mengucek sedikit matanya.

Saat hendak bangun Amara merasakan sesuatu yang besar menimpa perut dan juga pahanya. Kepalanya masih loading dengan keadaan yang sedang terjadi. Matanya turun melihat sebuah tangan kekar yang melingkar sempurna diatas perutnya. Tunggu, tak hanya itu ada sebuah kaki yang melilit pahanya.

Matanya perlahan menoleh kearah samping dimana seseorang yang tengah tertidur tenang sambil memeluknya. Untuk beberapa detik Amara menahan nafasnya melihat Arkan yang tertidur di sampingnya.

"MasyaAllah, nggak sia-sia gue bangun pagi. Untung rezeki gue kagak dipatuk ayam, tapi jangan deh kalau wajah tampan Mas Dud dipatuk ayam. Jatuhnya malah kagak tampan lagi" Batin Amara.

Dengan hati-hati Amara mencoba menyingkirkan tangan Arkan yang berada diatas perutnya. Untuk usaha yang ini alhamdulillah berhasil tapi usahanya menyingkirkan kaki yang bertengger indah diatas pahanya cukup membutuhkan tenaga yang ekstra.

"Berat amat dah nih kaki" Cicit Amara mencoba menyingkirkan kaki Arkan.

Fyuuh. Akhirnya Amara dapat menyingkirkan kaki itu dari atasnya dan dengan cepat dia langsung bangkit dari atas kasur. Saat hendak berlalu menuju kamar mandi matanya terpaku pada noda darah yang berada tepat diatas kasur.

Pikirannya sudah traveling jauh entah kemana. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi semalam antara dirinya dan Arkan.

"I-ini" Tunjuk Amara kearah kasur. Tangan Amara menutup mulutnya sangking tak percaya.

"Gue nggak perawan lagi anjirr! Ta-tapi gue nggak ngerasain apa-apa"

Arkan mulai terusik dengan suara Amara yang berada tak jauh darinya. Tatapan Arkan menatap Amara yang kini sudah dibanjiri keringat, padahal pagi ini tak terasa panas. Tapi kenapa sampai berkeringat. Hingga tatapan Arkan turun kearah kasur dimana tatapan Amara sedari tadi tertuju kesana.

Betapa terkejutnya dia saat melihat noda darah diatas kasur itu. Sumpah semalam dirinya tak melakukan apa-apa pada Amara. Yang dia lakukan hanyalah tidur semata tanpa ada niatan yang buruk lainnya.

"Mami Amara udah nggak perawan!!" Jerit Amara.

Arkan jadi gelagapan sendiri saat mendengar jeritan dari Amara "eh sumpah saya tidak melakukan apa-apa sama kamu. Semalam saya hanya tertidur disini"

"Tapi itu" Tunjuk Amara lagi.

Kembali Arkan melihat noda itu kemudian beralih menatap Amara didepannya. Saat dirinya melihat kearah celana Amara dia melihat sedikit bercak darah disana dapat dia simpulkan bahwa...

"Coba berbalik" Suruh Arkan dan Amara langsung menurutinya.

Saat berbalik dapat Arkan lihat dibelakang sana terdapat bercak merah yang lebih besar lagi "kamu sedang datang bulan, bukan?" Tanya Arkan yang membuat Amara langsung mengangguk.

"Sepertinya kamu bocor" Cetus Arkan yang membuat Amara langsung mengecek bagian belakangnya.

"Anjirr! Bisa-bisanya tembus disaat begini. Gila malu banget gue kalau begini ceritanya. Mami bawa pergi Amara dari sini!" Jerit Amara dalam hatinya.

Betapa malunya dia saat mengetahui bahwa dirinya tembus. Apa karena nyeri semalam sampai membuat darah yang keluar banyak, bahkan softek tak dapat menampungnya.

"MAS DUD KELUAR!!"

Arkan terlonjak dari duduknya dan buru-buru turun dari atas kasur. Kemudian menatap Amara dengan dada yang naik turun karena terkejut dengan suara yang sangat nyaring itu.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang