[23] Amara & Kelvin

29.7K 2.5K 19
                                    

Malam harinya setelah memastikan jika Anta sudah tidur Amara kembali kedalam kamarnya yang berada tak jauh dari kamar milik Anta. Tak ada yang dapat dia lakukan didalam sana, hanya berbaring menatap langit-langit kamar yang hanya dihiasi dengan dua lampu.

Amara masih mengingat mimpi yang pernah dia alami beberapa hari yang lalu dimana laki-laki bernama Kelvin yang merupakan satu-satunya harapan baginya untuk bisa kembali. Tapi sangat disayangkan baginya yang hanya dapat bertemu dengan Kelvin didalam mimpi dan malam ini Amara akan meminta untuk dipertemukan lagi dengan sosok Kelvin itu.

"Semoga malam ini gue kembali di pertemukan dengan Kelvin, walaupun cuma sebentar nggak papa. Gue cuma mau nanya apa benar gue bisa kembali" Amara memejamkan matanya kemudian masuk kealam mimpi yang masih gelap.

Sedangkan diluar hujan rintik perlahan turun membasahi bumi. Hujan yang tadinya hanyalah rintik kecil kini berganti menjadi butiran-butiran air yang besar ditambah dengan suara petir yang sesekali menyambar.

Dialam mimpinya Amara tak mendapati keberadaan seorangpun disana. Dengan tempat yang sama seperti yang pernah dia lihat tapi dengan keadaan pintu yang semakin banyak terbuka. Apa ini Kelvin yang melakukannya?

"Kelvin!!" Teriak Amara yang berharap agar Kelvin dapat mendengar dan menghampirinya disini.

"Kelvin lo dimana?! Keluar Vin!"

"Muncul dihadapan gue sekarang!"

Sekuat tenaga Amara melafalkan nama Kelvin tapi tak mendapat sahutan apa-apa dari si pemilik nama hingga akhirnya Kelvin muncul dibalik pohon besar yang tak jauh dari sana. Kali ini berbeda dengan Kelvin yang dia temui dulu. Tubuh Kelvin nampak sedikit redup dan berwarna abu-abu bukan putih lagi seperti yang pernah dia temui dulu.

"Vin, lo kenapa?" Tanya Amara khawatir dengan perubahan warna tubuh dari Kelvin.

Kelvin tersenyum menanggapi kekhawatiran Amara "gue nggak kenapa-napa Ra, cuma jangkauan gue terlalu jauh buat ketemu sama lo. Makannya warna kulit gue berubah, kalau nanti gue dekat sama lo warna tubuh gue bakalan berubah lagi jadi warna putih kok"

"Itu semua lo buka?" Tunjuk Amara pada sederet pintu yang nampak terbuka disana.

"Emang siapa lagi orang disini yang berusaha buat ngedobrak pintu itu cuma buat cari jalan pulang" Ucap Kelvin dengan kekehannya.

Dengan tatapan serius Kelvin kini menatap Amara "lo serius mau pulang Ra?" Tanya Kelvin dengan nada tak main-main.

Ditanya seperti itu membuat rasa ragu dihati Amara tumbuh. Apakah dirinya yakin untuk pulang menemui keluarganya disaat dia juga memiliki keluarganya sendiri disini. Tapi jika memikirkan nasib keluarganya disana membuat Amara sedih.

"Apa nggak lama lagi gue bisa tinggal disini?" Tanya Amara ragu.

"Kenapa Ra? Lo udah betah disini?"

Amara menggeleng kuat "bukan! Maksud gue, apa gue masih lama bisa berada disini? Karena gue belum buat bahagia Anta, Arkan sama Refan. Kalau bisa tunggu gue bahagiain ketiga orang itu dulu baru gue mau pulang"

"Ingat Ra, waktu kita nggak lama. Gue juga sempat mikir kalau gue nggak mau pulang, karena disini semua orang sayang sama gue. Tapi gue kangen sama Bunda gue disana yang pasti lagi nungguin gue bangun"

"Bangun? Maksud lo?" Amara mengerutkan keningnya bingung.

Perlahan tubuh Kelvin berubah memudar seiring dengan serpihan cahaya yang melayang keudara "gue nggak bisa lama disini Ra"

"Kelvin---!!"

Bunkkkk!

"Aaaakkh!!" Teriak Amara saat sesuatu yang berat tiba-tiba terjatuh diatas perutnya membuat matanya terbelalak sangkin terkejut dan juga sakit apalagi menghimpit perutnya.

Istri Mas Duda  [End]Where stories live. Discover now