[25] tetap sama

27.2K 2.4K 15
                                    

"Bisakah kamu jangan terlalu dekat dengan pemuda itu?" Tanya Arkan.

Kini mereka berdua tengah berada didalam kamar, Amara yang tengah berada didepan meja rias sambil memakai skincare pun dengan spontan berbalik menatap Arkan.

"Memangnya kenapa?" Tanyanya, padahalkan tak ada yang salah jika dirinya dekat Refan. Kan Refan adiknya jadi dari mana salahnya?

"Ya, saya tak suka saja jika kamu terlalu dekat dengan lelaki lain. Apa kamu ingin menjalin hubungan dengan brondong macam pemuda itu?"

Amara melotot tak percaya, apa Arkan menganggapnya tengah berselingkuh atau menjalin hubungan dengan Refan. Oh ayolah dia lebih memilih Arkan dibandingkan dengan Refan yang masih bocah bau kencur. Apa yang bisa dia banggakan dari seorang Refan, jika Arkan sih banyak mulai tampan, kaya raya, terus apa lagi ya. Ah pokonya banyak deh.

"Mas Dud tau, aku nggak pernah ada niatan buat punya hubungan sama Refan. Mendingan sama Mas Dud aja yang udah terjamin halal dan haramnya" Kata Amara mengedipkan sebelah matanya kearah Arkan yang membuat Arkan salah tingkah.

Amara terkekeh melihat tingkah Arkan yang sangat lucu dimatanya. Inilah yang dia mau, membuat orang tersayangnya selalu tersenyum. Tak ada keinginan lain dalam hatinya selain itu. Setelah selesai dengan pekerjaannya Amara berjalan menuju kasur dimana Arkan tengah menyibukkan dirinya dengan sebuah laptop.

"Mas Dud," Panggil Amara.

"Hmm"

"Liat sini dulu, masa iya laptopnya lebih cantik dari aku. Liat sini dulu deh bentar, dijamin nggak akan rugi"

Arkan menoleh menatap Amara yang kini terlihat tengah tersenyum manis kearahnya.

"Ada apa?"

"Mas Dud cinta nggak sama aku?" Tanya Amara yang langsung memancing keterdiaman dari Arkan.

Melihat keterdiaman Arkan Amara tersenyum kecut lalu meremas selimut disampingnya dengan kuat. Memangnya apa yang harus dia harapkan, hati Arkan tetap akan untuk Syella bukan untuk dirinya.

"Kan saya sudah pernah bilang sama kamu kalau saya cu----," Amara buru-buru menutup mulut Arkan dengan tangannya.

Lalu dia cengengesan menatap Arkan "aku cuma bercanda kok, bukan itu yang mau aku nanya." Kata Amara menutup rasa sesak dalam hatinya.

"Terus apa?"

"Ulang tahun Anta kapan sih? Aku lupa soalnya"

"Tanggal dua sembilan bulan ini, memangnya kenapa?" Tanya Arkan menatap Amara.

"Aku cuma mau nyiapin kado terbaik untuk Anta, biar dia senang terus nggak akan sedih kalau nanti aku perg---" Amara membekam mulutnya sendiri kenapa jadi keceplosan seperti ini. Memang mulut laknat batin Amara kesal.

"Pergi kemana?" Tanya Arkan serius saat mendengar kata pergi dari mulut Amara membuat hatinya tak tenang.

Amara menyentuh lengan Arkan "nggak pergi kemana-mana kok, cuma aku ada niatan buat jalan-jalan ke Paris sih, cuma itu" Bohong Amara agar tak menimbulkan kecurigaan dari Arkan.

Arkan menatap tepat dimata Amara untuk mencari kebohongan dapat dia lihat didalamnya memang ada kebohongan tapi dia tak ingin memperpanjang masalah. Akhirnya dia percaya saja pada Amara.

"Sekarang tidur, nggak baik wanita bergadang." Kata Arkan menaruh laptopnya lalu menarik selimut. Amara yang sudah berbaring pun langsung diselimuti olehnya.

Dia beranjak menuju kamar kamar mandi sebentar sebelum kembali dan membaringkan tubuhnya tepat disamping Amara. Tangan besar dan kokoh Arkan bergerak memeluk pinggang ramping milik Amara yang langsung membuat Amara terlontar kaget dalam tidurnya ditambah dengan hati yang sudah deg-degan tak beraturan.

Istri Mas Duda  [End]Where stories live. Discover now