[19] satu kamar

31K 2.5K 6
                                    

"Mas Dud" Panggil Amara.

Arkan yang tengah fokus pada laptop yang ada diatas pangkuannya tak dapat mengalihkan tatapannya untuk menatap Amara jadi dia hanya membalasnya dengan dehaman saja.

"Hmm"

"Ini beneran aku harus tidur dibawah kayak gini. Tega banget sih sama istri sendiri" Amara merengut kesal melihat Arkan yang masih fokus pada layar laptop di depannya.

Kalian bayangkan Amara disuruh tidur dibawah dengan alas kasur tipis, diberi satu selimut, satu bantal dan satu bantal guling.

Arkan seolah tuli tak mendengar semua ocehan yang sedari tadi keluar dari mulut Amara. Tugasnya sekarang adalah menyelesaikan laporan yang baru saja dikirim oleh John dan hanya dirinya yang dapat mengerjakan. Laporan yang sudah harus siap besok pagi, karena besok dia akan mengadakan rapat yang membahas proyek yang ada di luar negeri.

"Mas Dud" Panggil Amara lagi. Kali ini sama sekali tak mendapatkan sahutan dari Arkan.

"Yaudah deh kalau gitu, aku pura-pura tidur aja biar nggak nganggu tugasnya Mas Dud. Semangat ngerjain tugasnya Mas Dud"

Kamar yang tadinya dipenuhi ocehan Amara kini berubah menjadi hening dan hanya terdengar suara keyboard yang tengah Arkan mainkan diatas kasur. Butuh sekitar sepuluh menit, Arkan menurut laptop miliknya kemudian merenggangkan ototnya yang sedikit terasa kaku. Dirinya sedikit menjulurkan kepalanya melihat seseorang yang berada dibawah kasurnya.

Padahal dirinya tak menyuruh Amara untuk tidur dibawah sana. Jelas-jelas tadi dirinya hanya berucap 'saya tidur dikasur' cuma itu dan Amara langsung mengambil kasur tipis untuk digelar di lantai.

Dapat dia lihat mata Amara yang sudah terpejam mungkin karena sudah capek mengoceh sedari tadi.

"Kamu sudah tidur?" Tanya Arkan.

Masih dengan matanya terpejam Amara mendengar suara Arkan "belum, aku lagi nungguin Mas Dud buat nyuruh aku tidur diatas. Dibawah nggak enak banget tidurnya"

"Yasudah naik keatas, memangnya siapa juga yang menyuruh kamu untuk tidur di bawah"

"Ya Mas Dud lah, siapa lagi coba" Kesal Amara mengambil bantalnya kemudian membawanya naik keatas kasur.

"Kan saya cuma bilang kalau saya tidur dikasur" Bantah Arkan.

"Berarti kan Mas Dud aja yang tidur diatas kasur, terus aku harus tidur dimana? Coba fikir, dimana lagi aku harus tidur kecuali dilantai."

"Kan sofa ada"

Amara mendengus kesal mendengarnya "yaudah kalau gitu aku pindah tidur kebawah aja. Lagian Mas Dud emang nggak ada niatan buat tidur bareng aku"

Arkan menahan tangan Amara yang berniat meraih bantal untuk tidur dibawah "saya tidak berniat membuat kamu marah. Tidur saja disamping saya, kalaupun kamu nggak nyaman boleh batasi pakek bantal guling" Jelas Arkan.

"Nggak perlu bantal guling. Mas Dud yang jadi gulingnya juga nggak papa, malah makin nyaman" Ucap Amara berbalik menatap Arkan dengan senyuman mengoda.

"Boleh nggak kalau aku peluk Mas Dud?" Tanya Amara penuh harap.

"Moga diizinin, sekalian grepe-grepe roti sobek nggak masalah kan? Mau mastiin aja sih ada berapa roti sobeknya. Delapan atau cuma enam, Xixixi" Batin Amara terkekeh geli.

"Bol--, nggak!" Tegas Arkan.

Amara menekuk wajahnya "yah, padahal aku mau banget loh peluk Mas Dud. Siapa tahu nanti disaat Mas Dud mau tapi akunya nggak mau gimana?"

"Kalau begitu saya akan maksa"

Amara mendelik "mana bisa kayak gitu. Kalau Mas Dud nya maksa, aku juga bakalan maksa" Tangan yang sudah Amara rentangkan ditahan oleh kedua tangan Arkan.

Istri Mas Duda  [End]Where stories live. Discover now