02. Pulang Bareng

115K 3.6K 25
                                    

Matahari telah menampakkan sinarnya melalui celah jendela rumah yang megah. Dan di hari pertama semester genap ini, Anin akan lebih ambis mengejar target nilai, dengan datang tepat waktu, tidak bolos, juga rajin mengerjakan tugas.

Anin itu tipikal orang yang bisa dibilang pintar ya tidak, dibilang tidak ya tapi pintar. Semua tergantung mata pelajaran dan kapasitas otaknya yang mampu atau tidaknya mencerna.

Perempuan cantik lengkap berbalut setelan khas seragam sekolah di tambah kardigan itu menuruni anak tangga berjalan ke arah dapur dimana kedua orang tuanya tengah memulai sarapan di meja makan.

"Pagi Bunda, Ayah," sapa Anin sebisa mungkin tersenyum di depan mereka. Bisa dilihat matanya sembab karena semalam menangis memikirkan pernikahan yang sebentar lagi dilaksanakan.

"Pagi sayang, udah cantik aja nih anak Bunda. Mau sarapan apa hm? Bunda ambilin ya," tanya Jihan lembut.

"Em... Anin mau nasi goreng aja Bun, jangan pake telur ceplok tapi."

Lalu Jihan mengambilkan setengah centong nasi goreng ke piring untuk putrinya. "Ini nasi gorengnya. Habisin ya, bunda gak mau kalau kamu sampai kelaperan di sekolah."

Anin mengangguk dan tersenyum.

Hendra, selaku kepala keluarga yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya pun berbicara. "Anin, setelah pulang sekolah nanti kamu jangan kemana mana, begitu juga dengan Erlan."

Anin mendonggak belum sempat sendoknya masuk ke mulut. "Kenapa, Ayah? Memangnya kita mau kemana?"

"Malam ini perusahaan om Arhan akan mengadakan pesta besar besaran di Gandaria hotel yang akan di hadiri banyak orang, dan kalian juga wajib hadir sebagai pasangan."

"Tapi---,"

"Om Arhan bilang dia tidak menerima penolakan, kamu dan Erlan wajib mengikuti acara sampai selesai."

Anin menghela napasnya pelan, mau menolak pun rasanya tidak bisa, tapi bagaimana lagi? Jika Ayahnya sudah bertindak semua terasa sulit, susah untuk membantah.

"Iya Ayah, Anin usahakan pulang tepat waktu deh kalo hari ini gak ada latihan nari."

"Iya, Ayah harap kamu mau nurut," ucap Hendra sembari menyeruput kopinya.

"Bunda ikut juga?" tanya Anin pada Bundanya.

"Udah pasti ikut lah sayang, kemana pun ayah kamu pergi kan pasti bunda yang mendampingin."

"Udah kaya bodyguard pribadi aja ya bun." Anin terkekeh.

Jihan tersenyum senang melihat Anin tersenyum kembali, dan semoga saja putrinya ini bisa menerima takdir nya untuk menerima perjodohannya dengan Erlan.

°°°°

Di kelas XII IPA 1, kelasnya para cogan terkenal paling berisik, yang suaranya itu terdengar sampai ruangan guru. Tidak ada yang bisa bikin bahagia sampai jingjrak jingrak terkecuali jamkos bukan? Memanfaatkan waktu hanya untuk main main di sekolah.

Seperti sekarang, semua berkeliaran di mana mana. Ada yang tidur di kolong meja guru, ada yang menggosip, ada yang keluar masuk kelas izin ke toilet tapi balik balik bawa jajanan, ada juga yang sibuk ngerjain tugas buat di jam ke dua, dan masih banyak hal menyenangkan lainnya.

Tapi ada satu orang yang paling di hindarin di kelas ini. Ruby Shaveena, si bendahara kelas meletakkan kasar buku data nama siswa di atas meja. Dengan suara melengkingnya itu dia akan menagih uang kas, terutama di depan anak anak basket, pentolan SMA Cakrawala yang sering nunggak.

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now