56. Rese

38.5K 1.1K 3
                                    

annyeong yeorobun!
nungguin ya? hehe

.

.

.

- 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 シ︎

.

.

.

Anin menggeliat dari tidurnya karena merasa terganggu dengan suara jam alarm yang berbunyi di atas nakas samping tempat tidur, lalu tangannya meraba raba benda tersebut dan mematikannya.

Membuka matanya, dengan malas Anin bangun dari tidurnya di rasa nyawanya belum terkumpul sempurna. Kepalanya terasa pusing karena baru bisa tidur pukul 3 pagi tadi.

"Udah bangun, hm?"

Erlan datang ke arahnya tanpa mengenakan baju, alias bertelanjang dada hanya memakai celana boxer saja. Entah baju nya hilang kemana, cowok itu memang hobi buka baju.

"Kamu gak kerja?" tanya Anin melihat suaminya sudah siang tapi belum rapih.

"Enggak, males" jawab Erlan santai.

Anin menghela napas berat, "Masa gitu sih? Terus itu di kantor gimana? Siapa yang ngurus kalo kamu gak masuk kerja?"

"Ada papa, hari ini papa ke kantor sayang"

Erlan ikut duduk di samping Anin yang masih terlihat mengantuk.

"Kamu gak bisa cuti sesuka kamu kak, gak enak sama yang lain"

"Aku kan bos nya, jadi terserah aku lah" lalu mencium pucuk kepala Anin dan turun ke perut.

"Sarapan dulu ya? Aku udah bikin nasi goreng di dapur" sambung cowok itu.

"Hm? Sejak kapan kamu bisa masak?"

"Baru hari ini liat tutor di youtube, tapi aku jamin rasanya gak kalah enak sama masakan yang sering kamu bikin" ucap Erlan.

"Beneran nih?" tanya Anin memastikan.

"He'em" Erlan mengangguk, meskipun dia tidak ahli dalam memasak, tapi usaha pagi ini benar benar penuh effort memasak nasi goreng spesial khusus untuk istri tercinta.

"Ayo ayo! Aku mau cobain, tapi----- Huek... huek...."

Hendak turun dari ranjang Anin membekap mulutnya sendiri menahan sesuatu yang mau keluar, "Aku mau muntah!"

Bergegas lari ke dalam kamar mandi Anin memuntahkan isi perutnya, morning sickness sekarang menjadi rutinitasnya di pagi hari, sesuatu hal wajar yang terjadi pada awal kehamilan.

Tentu Erlan menyusul masuk, tak mau membiarkan Anin kesakitan sendirian. Anin tersentak kaget begitu merasakan tangan kekar tiba tiba melingkar sempurna di perutnya dari belakang, Erlan menaruh kepalanya di pundak Anin menghirup aroma khas istirnya.

"Aku temenin" bisiknya.

Di atas wastafel dengan air mengalir Anin terus memuntahkan cairan bening yang keluar dari mulutnya, matanya berkaca kaca menahan gejolak di perutnya yang tidak enak.

"Sakit hiks"

Anin berbalik menjadi menghadap suaminya, menyembunyikan wajahnya yang di banjiri air mata pada dada bidang cowok itu.

"Maafin aku sayang, maaf, maaf udah bikin kamu harus ngerasain morning sickness setiap hari" Erlan mengusap ngusap pinggang belakang Anin yang katanya merasa panas setiap kali muntah.

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now