51. Gak Terima?

36.8K 1.2K 17
                                    

"Mau makan apa? Gue pesenin nih."

Agres duduk di tepi kasur milik Anin sembari mengatak atik handphonenya, masih dengan seragam dokter yang terpasang di tubuhnya, pulang dari rumah sakit Agres langsung ke kamar Anin, jadi tidak sempat ganti baju.

"Lagi enggak mood makan, Res. Gue mau tidur aja." Anin menarik selimutnya sampai dada.

Kepulangan Erlan membuat Anin merasa kesepian lagi, dimana dirinya lebih membutuhkan sosok suaminya itu di setiap harinya.

"Udah gue pesenin nasi padang, sebentar lagi nyampe!"

Anin berdecak. "Gue belum bisa makan nasi, Res. Gimana sih! Yang ada di muntahin lagi!"

Di usia kehamilannya yang masih muda ini perutnya masih kesulitan menerima nasi apalagi makanan yang berat berat, di paksakan pun tidak enak, ujung ujungnya di keluarkan lagi.

"Dikit dikit aja Nin, nggak papa. Biar terbiasa, ponakan gue perlu asupan yang banyak biar sehat!"

Anin menghela napas kecil, menaruh tangan kirinya di atas perut. "Maunya di suapin kak Erlan."

"Nanti gue suruh laki lo balik lagi ke sini buat suapin lo, ya? Biar lo bisa makan."

"Jangan." Anin menjeda. "Kak Erlan harus fokus selesain masalahnya dulu sama Syela! Gue mau semuanya selesai Res, biar hidup gue bisa tenang! Gue cape kalo harus kepikiran terus."

"Hm, gue ngerti, tapi seenggaknya lo bisa makan sendiri tanpa dia, Nin. Lo harus jauh lebih sehat! Jangan sakit sakitan lagi! Dokter Nay bilang lo itu lemah, makanya harus banyak makan makanan yang bergizi demi keselamatan kalian berdua!"

Anin mengangguk paham, meskipun dirasa susah tapi harus tetap di jalanin.

°°°°

Di lain sisi, Erlan meremas kepalanya yang sangat pusing mendengarkan ceramahan Papanya yang tak kunjung usai.

Disana ada Syela bersama Papanya juga. Pesta pernikahan sudah ada di depan mata, terlihat delapan puluh persen hampir selesai di rencanakan. Dimana permintaan Syela yang di luar nalar mempercepat tanggal pernikahan. Bagaimana tidak stress? Surat undangan sudah selesai di cetak dan tinggal di sebar.

Memang gila.

"Minggu ini Papa mau kamu ada di rumah terus sama Syela sampai hari H tiba! Jangan kemana mana!"

Sementara Syela tersenyum dan memeluknya. "Aku seneng banget Lan kita mau nikah."

"Jauh jauh lo dari gue!" ketus Erlan dengan suara tinggi.

"Kamu kok gitu sih? Aku ini calon istri kamu, Lan. Kamu harus bersikap baik sama aku." Syela mencebikkan bibirnya kesal.

"Bacot!"

"Kurang lebih ada tiga ribu undangan, kalian tidak keberatan kan?" tanya Arhan.

Erlan mengeram emosi, tidak terima, kenapa pernikahannya sama Anin tidak mengundang orang sebanyak itu?

"Jelas enggak lah om, justru Syela seneng banget kalo pernikahan kita di saksikan sama banyak orang!" antusiasnya.

"Pede amat lo mau nikah sama gue!"

Syela mengangkat bahunya acuh tak peduli atas balasan Erlan barusan, yang ia sadari sekarang, bisa mendapatkan Erlan kembali ke dalam genggamannya tanpa susah payah lagi.

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now