Aya - Liebestraum

14 2 0
                                    

Characters: Aya, Rangga

Story: I am (not) a Good Girl

*

Beberapa bola lampu besar yang bersinar bagai bintang di atas kepala. Udara kering bercampur aroma debu. Sudah empat tahun. Kecuali bangku penonton yang tak terisi, semua masih sama dengan waktu itu.

Ya, semua. Tak terkecuali debar dalam dadaku.

Di tengah-tengah bangku penonton, aku berhenti untuk menatap panggung. Kosong, tetapi bayangnya yang mengepakkan sayap kebebasan masih membekas di sana. Dia yang memegang busur, membuat seluruh dunia membisu dengan hasrat dalam setiap melodi yang dimainkannya.

Ah, sudah lama aku tidak mengobrol dengan si penggemar Beethoven itu. Kejadian di ruang musik sekolah pun sudah empat tahun berlalu. Kira-kira apa kabarnya sekarang?

“Ternyata kamu di sini juga?”

Suara serak itu terdengar tak asing. Aku spontan menoleh, demi mendapati bayang familier hanya berjarak lima kursi dari tempatku berdiri.

“Rangga?!” seruku tak percaya, lalu berjalan mendekat. “Aku nggak nyadar ada kamu pas masuk. Sejak kapan kamu di sini? Pasti dateng buat nostalgia juga, kan? Kamu nggak pernah berubah ya sejak SMA. Oh ya, kamu kamu masih main biola, kan? Udah pernah nyoba ikut audisi Menuhin Competition?” 

Jarak kami hanya tersisa selangkah. Rangga yang tampaknya masih sama seperti dulu – masih tidak suka berekspresi – memundurkan kepala. “Aku mesti jawab yang mana dulu?”

Seperti air yang sudah lama tertahan oleh dinding bendungan, semua pertanyaanku meluncur begitu saja. Aku menggaruk kepala, menyeringai tipis. “Maaf.” 

Aku tertawa. Padahal yang ingin kukatakan, Aku kangen

Astaga, selalu saja begini. Aku bisa terus terang soal apa pun, kecuali perasaan terdalamku.

Tidak, Aya. Kamu tidak boleh terus begini. Kapan lagi kamu punya kesempatan untuk reuni?

Tidak ada cara selain memberanikan diri. Karenanya, aku menarik napas dalam-dalam, menguatkan tekad. “Rangga, aku–”

Tenggorokanku tercekat. Tangan yang mencoba meraihnya hanya menggapai udara kosong. Aku mengerjap-ngerjap. Tak ada siapa pun. Tepatnya, tak ada tanda-tanda keberadaan siapa pun selain aku. Bayangnya sudah pergi, tak menyisakan apa pun kecuali senyum getir di wajahku.

Ah, Rangga. Kau hanya hidup dalam liebestraum milikkku.

*

19 Juli 2023, 17:30 WITA.

[1] Liebestraum: Secara harfiah berarti “mimpi cinta” dalam bahasa Jerman. Liebestraum juga merupakan judul salah satu komposisi milik Franz Liszt yang paling terkenal.

Ditulis untuk memenuhi kewajiban menulis bulanan dari Blackpandora_Club

__________________________________

Prompt:

“Apa kabarmu wahai cinta pertama?” 
(Flash fiction, minimal 100 kata)

______________________

Among The StardustWhere stories live. Discover now