Capek

524 12 0
                                    

Setelah selesai acara resepsi di hotel, dan acara pernikahan dirumah keluarga Dario,kini Senja bisa santai menikmati pemandangan yang sangat indah, ternyata rumah Dario masih perdesaan yang sangat asri.

Dario mencari keberadaan dimana istrinya berada, apakah hilang sedangkan Senja tidak tau daerah sini, akhirnya Dario menemukan Senja dia duduk di pinggiran sungai.

"Aku cari kamu disini ternyata,sejak kapan kenapa tidak bilang" Dario langsung duduk disampingnya, apakah wajib harus bilang kan tidak terlalu jauh.

"Ya aku kira gak perlu bilang mas,lagian mumpung disini kan jadi main-main di sungai,di kota kan gak ada kayak gini"

"Kamu pernah mandi di sungai gak, mau tau rasanya" Senja menjadi penasaran bagaimana rasanya ketika mandi sungai, bagaimana jika dia dan Dario mandi di sungai.

"Boro-boro mandi di sungai,kan aku lahir dan besar di kota mas, jadi ya gak pernah" sungguh Dario terpesona akan kesederhanaannya, padahal dia seorang aktris ternama gadis kota,tapi dia menyesuaikan dimana ia berada,kadang bersama keluarganya dia seperti layaknya gadis biasa, walaupun terkadang tidak mengerti.

"Yaudah ayo mandi di sungai, tapi airnya dingin sekali kamu berani kan" Dario takut jika Senja kedinginan,tapi kali ini Senja mencobanya benar saja masih kakinya dingin sekali.

"Dingin sekali mas, eh tapi memang air disini dingin kan mas" kadang senja selesai mandi ia selalu menggigil kedinginan.

Dario banyak di sapa oleh warga setempat,iya karena Dario menang sangat ramah kepada siapapun, apalagi setelah sekian lama ia pulang.

"Sudah sore ayo pulang, keburu magrib nanti" Dario dan Senja berjalan beriringan, tapi siapa sangka jika Dario sudah berusia tiga puluh empat tahun, wajahnya sangat baby face terlihat seperti usia dua puluh lima tahun.

Delizea dan Delisa mencari dimana papanya,kenapa hilang sih, padahal mereka ingin mengajak jalan-jalan papanya,iya Delizea dan Delisa memang pertama kali kemari,jadi mereka ingin keliling bersama.

"Tante sama Papa habis darimana,kencan ya" Delizea menyapa keduanya terlebih dahulu,kencan bagaimana masak iya kencan sih.

"Panggil Bunda kalau gak Mami, jangan Tante Zea dia juga ibumu" Dario memberitahu kepada kedua putrinya agar memanggil Senja dengan sebutan mami.

"Iya maksud Zea, adalah Mami Senja nama yang cantik" jujur saja Delizea merindukan mamanya,kini dia mempunyai seorang mami, tapi rasanya canggung sekali.

Senja hanya tersenyum menatap keduanya,Senja juga harus banyak belajar menjadi istri dan ibu yang baik, Dario mengajaknya untuk masuk ke kamar,di kamar Dario langsung menyuruhnya untuk mandi.

Benar,Senja menggigil hebat aduh rasanya ia butuh kehangatan,Dario yang melihat istrinya kedinginan langsung memeluknya, lihatlah tinggi Dario mencapai 195 cm sedangkan Senja hanya 175 cm, Senja memeluk Dario dengan erat, untungnya dia sudah mengenakan baju.

"Hei kamu gpp kan dek, apa perlu kita ke dokter" Senja mengernyitkan dahinya,untuk apa? dia hanya kedinginan bukan sakit, bukankah sudah biasa tapi kali ini berbeda dinginnya, berpelukan dengan Dario sangat hangat dan nyaman.

"Apa sih mas, cuma kedinginan saja kok entah kenapa malam ini sangat dingin ya mas" Senja tidak ingin berlama-lama berada dalam pelukannya,ia langsung melepaskannya.

"Kenapa dilepas dek, gak nyaman ya, apa karena kamu gak suka aku peluk ya?" wajah Dario berubah cemberut,ada apa Dario menjadi sangat manja seperti ini.

"Eh, enggap mas maaf ya hehehe,mandi gih keburu dingin banget loh airnya, apa mau air hangat saja?" bayangkan menjadi istri di usia dua puluh tiga, dengan pria yang berusia tiga puluh empat tahun, rasanya luar biasa, dewasa banget, sering ngalah bahkan luar biasa Dario.

Dario selesai mandi, rambutnya saja masih basah, Senja was-was apabila ia akan datang bulan, apalagi tidak membawa stok pembalut, bagaimana ini Senja langsung ke kamar mandi, benar ia datang bulan.

"Mas, boleh minta tolong gak si " Dario yang masih memakai bajunya pun segera menoleh kearah istrinya, aduh gak enak juga ngomongnya.

"Iya dek, mau minta tolong apa hmm" terlihat Senja gugup ingin mengatakannya tapi daripada kemana-mana .

"Minta tolong belikan pembalut mas, yang ada sayapnya ya sama yang panjang,terus yang dingin, sama camilan juga kutunggu ya mas" Dario bingung dengan apa yang dikatakan Senja,selama menikah mantan istrinya tidak pernah menyuruhnya eh kenapa Senja sekarang menyuruhnya.

"Oke aktifkan handphonenya, kalau gak tau aku telfon dek" Dario segera keluar, sesampainya di Indomaret terdekat ia bingung memilih yang mana karena menurutnya sama.

Dario memegang dua pack tapi ia bingung yang mana "yang ini apa yang ini".

Untungnya ada mbak kasir yang memberikan saran,semoga saja cocok tak lupa Dario membeli Camilan untuknya dan istri beserta kedua anaknya.

"Buat pacarnya ya mas,apa buat istrinya nih" goda mbak-mbak yang juga belanja,Dario hanya cengengesan saja, apakah ia seperti mas-mas harusnya seperti om dua anak kan.

Sesampainya dirumah ia langsung masuk ke kamar, Senja pun beranjak dari duduknya ketika mengetahui suaminya sudah datang.

"Hehehe maaf lama, bingung soalnya yang mana,ini kan" Dario memberikan contoh satu pack terlebih dahulu,oke benar tapi kenapa banyak tas belanjaan,astaga Dario membeli enam pack.

"Kebanyakan mas, tapi terimakasih aku ganti dulu" bahaya nih istrinya sedang datang bulan pasti akan marah-marah,Dario was-was tapi bagaimana lagi kan.

Mereka tidak jadi keluar,karena anak-anak keluar dengan adik-adiknya dan Oma Opanya, jadi tinggal mereka berdua dikamar, Dario menghabiskan waktu malam berdua dengan Senja.

"Aduh" Dario pun panik ketika melihat senja memegang perutnya, apakah istrinya keguguran tapi melakukannya saja belum.

"Astaga dek kenapa, kamu baik-baik saja kan" sudah biasa bagi perempuan ketika datang bulan nyeri, tapi ini kenapa nyeri sekali bagi Senja.

"Gpp mas, tenang aja" Dario menyuruhnya untuk berbaring saja, Dario ingin membawanya ke rumah sakit tapi Senja menolaknya.

Dario mengompres perut Senja dengan air hangat, rasanya nyaman tidak terlalu sakit, sungguh Senja tidak enak tadi sudah menyuruhnya untuk membeli pembalut sekarang Dario malah membantunya.

"Gimana dek, sudah enakan atau masih sakit perlu minum obat, biasanya apa yang kamu minum,kamu laper gak aku laper nih dek,pengen makan apa biar aku pesen dek"

"Nasi goreng katsu sama martabak telur ya mas,kamu apa"

"Samain aja, yaudah aku pesen dulu" biasanya Senja jika merasakan nyeri dia akan berguling-guling tapi sekarang ada suaminya yang mengompres perutnya.

Tiga puluh menit makanan pun datang, Dario mengajaknya turun ia dengan hati-hati ia turun karena sangat nyeri,Dario mempersiapkan makanan kali ini dilayani suami kan.

Saat Dario mengompres perutnya tadi sengaja Senja memotretnya,dan mengunggahnya tentu banyak yang komentar katanya iri pengen dapat suami seperti itu dimana.

Selesai makan, mereka menikmati martabak telur pesanan senja, emang bawaannya laper banget untungnya Dario sabar jika tidak ia bisa dimarahi karena terlalu kekanak-kanakan.

Rahim TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang