EM-DASH 1

1.2K 165 1
                                    

Luka hati yang dia pikir sudah sembuh, ternyata hanya membeku untuk sesaat. Nanti akan dia ingat lagi. Menganga dan akan terus basah. Tidak semudah itu melupakan kejadian kelam yang pernah terjadi.

| KARTAWINATA'S FAMILY |

Pagi menjelang.

Cahaya matahari menyusup malu-malu mengusik tidur Axel, bujangan gila kerja yang menjadi sulung Vero dan mendiang Aileen. Suasana kamar yang masih remang-remang, mengandalkan pencahayaan yang berasal dari percikan sinar di luar jendela yang tertutup rapat, membuat hening tercipta lewat kesendirian pria dua puluh lima tahun itu.

Axel membuka matanya. Menatap langit-langit kamar sambil mengumpulkan nyawa. Tidurnya semalam lagi-lagi dihantui mimpi buruk yang paling ia benci.

Pria itu mengatur napasnya. Entah karena mimpinya sangat menakutkan atau karena kejadian di mimpi adalah kejadian nyata, Axel selalu terbangun dengan napas memburu, keringat membanjiri tubuhnya, dan kadangkala air mata terasa mengering di kedua pipinya.

Di dalam mimpinya itu, kembali terulang kejadian saat sang Mommy dinyatakan meninggal, berbarengan dengan suara tangis bayi mungil yang masih merah namun sudah menjadi piatu tepat di hari kelahirannya.

Kejadian saat Axel berusia dua belas tahun itu masih teringat jelas dalam memorinya. Tercatat sebagai ingatan paling kelam yang lebih mengerikan daripada sekadar mimpi buruk.

Dan menjadi lebih buruk saat bumbu-bumbu di dalam mimpinya terasa sangat menakutkan.

Sang Mommy terbaring di ranjang operasi, tubuhnya penuh darah, dan ekspresi kesakitan tampak di wajahnya beserta matanya yang membola sempurna. Darah berceceran di mana-mana. Di lantai, merebak di meja operasi sementara gunting, pisau bedah, dan jarum suntik menancap tegak di atas perut sang Mommy.

Tidak ada pergerakan dari ibunya.

Hanya ada keheningan yang mencekam, menguar di sela-sela bau anyir darah yang pekat dan ruang operasi yang berantakan. Dari selangkangan Mommy, sesuatu bergerak-gerak.

Dan sesuatu itu muncul dalam bentuk bayi. Berupa gumpalan kecil. Tangan-tangannya yang penuh darah, daging yang ada di sekujur tubuhnya seperti terlapisi selimut merah darah. Bayi itu menjerit setelah keluar dari gua garba tempatnya bersemayam. Lengkingannya sangar, dan entah mengapa membuat gentar tiap kali Axel memimpikannya.

Dia meluncur dari sela-sela paha Mommy yang mengangkang.

Bayi itu--terlahir sebagai Aksara.

Axel selalu terbayang hal itu sampai mengira bahwa adik bungsunya tak lebih dari iblis.

Aksara mendesis. Tubuhnya yang masih mungil berdarah-darah tampak sangat rapuh, namun mengerikan di saat yang bersamaan. Dia merangkak di lantai, meninggalkan jejak darah, sampai ke mana pun yang bayi kecil itu lewati.

Axel mundur selangkah saat Aksara menyadari keberadaannya. Dia ketakutan.

Berbanding dengan Axel yang menggigil gemetar, Aksara bayi malah mendekat ke arahnya. Seolah keberadaan Aksara mampu memusnahkannya.

Axel sampai setakut itu.

Kala dirasanya tangan kecil Aksara tampak merangkak di atas lantai, dengan seringai khas bayinya yang tidak lucu sama sekali, kemudian meraih kaki Axel dan mencakarnya, sensasi sakit itu masih membekas walau hanya dalam mimpi.

Lalu Axel terbangun.

Selalu seperti itu.

Mimpi buruknya selalu terulang-ulang seperti CD. Waktu saat mimpi itu berlangsung adalah pada saat Aksara mencakari sekujur tubuh Axel, diikuti jeritan pilu. Axel bangun dengan kondisi tubuh gemetar hebat.

EM-DASHOnde as histórias ganham vida. Descobre agora