EM-DASH 2

1K 172 16
                                    

Tidak semudah itu menjadi orang berguna.

| DIA BABUNYA KARTAWINATA |

Sebagai ganti karena Akra tidak bisa menginap di rumah Dewa, keempat sahabatnya akhirnya berkunjung ke kediaman Kartawinata menjelang waktu makan siang.

El, si kaku yang kesigapannya persis suami siaga tiap kali ada balapan (hobinya memang balapan).

Dewa, si anak Mama yang rumahnya selalu menjadi tumbal kalau mereka punya agenda menginap.

Kris, si nonis alim yang dulu pernah mendekam di pesantren selama kurang lebih satu semester karena pernah membuat teman sekelasnya sekarat. Definisi masuk pesantren salah jurusan. Wajahnya saja berlabel nonis, bapaknya dulu malah memasukkannya ke pondok pesantren.

Kris kapok.

Dan Aal. Si ribet yang tidak mau menyahut kalau hanya dipanggil 'Al'. Namanya Aal, pengejaan A'al. Nama lengkapnya Aal Jalaludin. Si pemegang teguh absen pertama dari taman kanak-kanak sampai SMA. Juru kunci.

Lalu Akra. Akra Zeandri Kartawinata.

Kelima remaja itu duduk di ruang tamu, Aal lesehan sambil mendekap setoples kue kering rasa cokelat.

Akra benar-benar tidak peduli pada Aksara sampai-sampai kue khusus yang dibuat Bi Galuh untuk si bungsu malah diberikan kepada Aal semuanya tanpa sisa.

"Gue download film biru. Openingnya aman sih, cuma kualitas gambarnya kurang bagus, nggak HD. Plus cuma dari satu POV. Suaranya juga nggak jelas," Kris memberitahu tanpa melepas pandangan matanya dari layar ponsel yang dia pegang.

Aal tersedak seketika setelah rampung mendengarnya.

"Astagfirullah, Kris. Nggak baik, nak! Kamu baru tujuh belas tahun, masih piyik. Nanti dimarahin Mama, loh," sahut Aal.

Kris mendelik. "Nggak usah gegayaan kayak Dewa yang anak Mama. Lo piatu."

"Anjing banget omongannya," sembur Aal, kesal. "Circlenya toxic. Padahal gue anak baik-baik, dah."

Akra tertawa. "Kampret!"

Aal menggeleng pelan seraya berdecak, seperti seorang ayah yang menilai kelakuan buruk anaknya.

"Tapi Kris, suara film biru nggak jelas darimananya, anjir! Jelas-jelas mah cuma desahan doang."

El mendapati ada karet gelang di atas meja. Segera saja diraihnya karet itu dan dia tembakkan tepat ke bibir Aal.

Tak!

"Anjing!" umpat Aal. "Sialan lu, El! Sakit, woi!"

"Karma buat lo yang asal ceplos. Kalo udah gini harusnya lo tutup mulut. Filter mulut lo rusak, mending diem."

"Eh, anjing!" pekik Aal.

Dewa mendengus. "Double anjing nggak tuh."

"Seriusan, bjir! Anjing noh!"

Semua mata mengarah ke telunjuk Aal, tepatnya ke arah pintu samping yang terhubung ke rumah kaca berisi pot bunga mendiang Aileen yang kini diurus secara pribadi oleh Aksara.

EM-DASHWhere stories live. Discover now